5 Cara Jitu Hemat Air untuk Mencegah Krisis Air

Langkah mudah kurangi water footprint

Kita tahu bahwa ada banyak cara untuk menghemat air secara gamblang di sekitar kita. Misalnya mematikan keran saat tidak dipakai atau tidak boros air ketika mencuci dan mandi. Namun, ada beberapa kondisi secara tidak langsung kita mengonsumsi sebuah produk yang dalam prosesnya menghabiskan ratusan liter air bersih. 

Menurut laman 2030 Builders, beberapa sektor yang menghabiskan banyak air dalam prosesnya adalah industri pertanian, pakaian, hingga energi. Bagi kita yang tak terlibat secara langsung dalam proses produksinya, kita tidak menyadari bahwa beberapa barang yang kita konsumsi setiap hari ternyata menjadi penyebab pemborosan air dan meninggalkan water footprints atau jejak air. Berikut beberapa tindakan yang perlu kamu lakukan untuk menghemat ketersediaan air bersih untuk mencegah krisis air secara tidak langsung.

1. Hindari bungkus plastik

5 Cara Jitu Hemat Air untuk Mencegah Krisis Airilustrasi tumpukan botol plastik (pexels.com/messina)

Plastik menjadi produk yang paling tidak ramah lingkungan. Selain materialnya yang sulit terurai, proses produksi plastik juga membutuhkan banyak air. Mulai dari tahap ekstraksi sampai menjadi barang plastik. Plastik atau mikroplastik yang mengontaminasi air bersih menjadikan air tidak layak konsumsi.

Plastik menjadi salah satu sampah yang paling mengotori ekosistem. Di daratan, plastik bisa mendegradasi kandungan unsur hara pada tanah. Sedangkan di laut, mikroplastik merusak terumbu karang, dan masuk ke dalam tubuh ikan. Hal ini tentu akan berdampak buruk pada kesehatan manusia bila mengonsumsi ikan yang mengandung mikroplastik.

Menghindari produk-produk plastik adalah cara yang paling ampuh untuk meminimalisir dampak plastik pada ketersediaan air bersih. Beralihlah ke barang-barang reusable, contohnya botol tumbler, tas kain, pembalut kain, kapas kain. Bawa set peralatan makan saat berada di luar rumah untuk menghindari membeli sedotan dan sendok plastik. Meskipun hal ini tidak berdampak langsung pada keberlanjutan lingkungan, setidaknya kamu sudah melakukan cara terbaik untuk merawat alam.

2. Minimalisir pemakaian kertas dan tisu

5 Cara Jitu Hemat Air untuk Mencegah Krisis Airilustrasi menulis di papan ketik (pexels.com/tima-miroshnichenko)

Selain plastik, produk-produk sekali pakai juga wajib dihindari. Misalnya kertas, tisu, dan kapas. Barang-barang tersebut dalam prosesnya mengonsumsi cukup banyak air. Melansir The World Counts, setiap pabrik yang membuat satu lembar kertas membutuhkan minimal dua liter air. Jumlah ini belum termasuk irigasi pohon-pohon yang menjadi bahan baku pembuatan kertas dan tisu.

Dua liter pembuatan selembar kertas setara dengan kebutuhan konsumsi air manusia setiap harinya. Bayangkan, untuk membuat buku yang berjumlah 38 lembar, setidaknya akan membutuhkan 72 liter air. Lalu, kira-kira berapa liter air terbuang untuk buku-buku yang kamu beli selama sekolah?

Penggunaan air yang banyak oleh pabrik kertas, bukan berarti membuatmu harus berhenti memakai kertas. Akan tetapi, kamu harus lebih bijak menggunakan kertas. Di era modern sekarang, digitalisasi bisa jadi solusi pengganti kertas sebagai alat tulis. Selain pemakaian kertas, kamu juga harus mengurangi pemakaian tisu yang juga berasal dari kayu pohon. Kamu bisa mengganti tisu sekali pakai dengan sapu tangan atau lap kain untuk membersihkan noda. 

Baca Juga: 10 Tips Hemat Air saat Musim Kemarau, Mudah Dilakukan!

3. Kurangi limbah pakaian

5 Cara Jitu Hemat Air untuk Mencegah Krisis Airilustrasi memilah pakaian (pexels.com/olly)

Industri tekstil atau pakaian menjadi penyumbang water footprint terbesar kedua dalam proses produksinya. Masih melansir 2030 Builders, untuk membuat satu kaos membutuhkan sekitar 2.700 liter air. Sedangkan untuk membuat satu buah jeans membutuhkan sekitar 7.000 liter air.

Konsumsi air bersih oleh industri pakaian ini meliputi budidaya tananam kapas sebagai bahan baku pakaian. Tanaman kapas terkenal sebagai tanaman yang boros air untuk pertaniannya. Selain bahan baku, proses pewarnaan pakaian juga membutuhkan banyak air. Proses pewarnaan ini juga menghasilkan limbah yang bisa mencemari lingkungan sekitar.

Setelah mengetahui jumlah konsumsi air untuk membuat pakaian, kamu harus semakin bijak dalam merawat pakaianmu. Hindari overconsumption dalam membeli pakaian. Sebelum membeli pakaian, pastikan bajunya berasal dari kain organik dan ramah lingkungan.

Saat kamu tidak membutuhkan pakaianmu lagi, jangan langsung membuangnya ke tempat sampah dan menjadi limbah. Modifikasi baju menjadi model baru, atau menjualnya sebagai preloved. Sebaliknya untuk menambah koleksi baju, sebaiknya membeli dengan metode secondhand.

4. Berkebun di halaman rumah

5 Cara Jitu Hemat Air untuk Mencegah Krisis Airilustrasi menyiram tanaman (pexels.com/quang-nguyen-vinh)

Sektor pertanian juga membutuhkan banyak air. Mulai dari penanaman, pengairan, pemupukan, hingga penyemprotan pestisida. Pemakaian pupuk dan pestisida jadi proses yang paling riskan, karena meninggalkan residu kimia. Jika pemupukan dan penyemprotan pestisida dilakukan terus menerus di lahan yang sama, maka akan mengontaminasi sumber air yang ada di sekitar lahan pertanian.

Menerapkan sustainable agriculture jadi cara yang terbaik untuk mewujudkan sektor pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Misalnya memilih varietas unggul, rotasi tanaman, manajemen pengairan, dan lain-lain. 

Nah, di skala rumah tangga kamu juga bisa menerapkan sustainable agriculture dari hal yang paling sederhana. Misalnya beralih ke pupuk organik atau pupuk kandang. Kemudian mengganti pestisida kimia dengan bahan-bahan dapur. Kamu juga bisa memanfaatkan sisa makanan untuk dijadikan kompos sekaligus mengurangi food waste dari dapurmu.

Berkebun dan menumbuhkan sayuran di halaman rumah secara tidak langsung dapat menghemat konsumsimu terhadap orang lain. Jejak karbon dan jejak air yang ditimbulkan dari berkebun secara organik di rumah, hampir mendekati nol. Dengan berkebun pula, kamu sudah menyediakan sebagian kebutuhan panganmu.

5. Pilih produk lokal

5 Cara Jitu Hemat Air untuk Mencegah Krisis Airilustrasi mencuci buah-buahan (pexels.com/any-lane)

Membeli produk lokal berarti mendukung pelestarian lingkungan dengan memotong jejak karbon dari proses distribusi. Misalnya untuk menghadirkan satu kilogram daging sapi impor di meja kita, membutuhkan sekitar 15 ribu liter air bersih. Bila membeli daging sapi dari peternakan lokal, setidaknya kita bisa menghemat jejak air atau water footprint yang dihasilkan dari penyimpanan dan transportasi daging.

Produk lokal tak hanya sebatas pada daging-dagingan, tapi juga pada kebutuhan pangan, buah-buahan, pakaian, hingga kebutuhan rumah tangga. Sayuran dan buah-buahan dari lokal atau dalam kota juga lebih segar karena jarak penjual ke pembeli lebih dekat. Membeli dan mengonsumsi yang ada di sekitarmu adalah cara paling ramah lingkungan untuk mengurangi jejak karbon dan jejak air.

Krisis air bersih tidak selalu disebabkan oleh kita yang tidak bisa hemat air. Namun, kita harus lebih bijak untuk mengetahui seberapa banyak sebuah barang dalam menghabiskan air bersih di setiap prosesnya. Sehingga kita bisa mencegah dan memperkirakan barang apa saja yang punya kontribusi pada jejak air.

Baca Juga: 5 Tips Mencuci Piring dalam Jumlah Banyak, Hemat Air dan Efektif!

Ema Endrawati Photo Verified Writer Ema Endrawati

Temannya burung hantu

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Hella Pristiwa

Berita Terkini Lainnya