Eugenika: Ketika Manusia Cacat Dianggap Tak Sempurna dan "Dimusnahkan"

Biasanya sekolah mengajarkan kita kurikulum standar yang sudah ditetapkan sistem pendidikan. Dan sejarah yang diulas biasanya sejarah kemerdekaan Indonesia atau pahlawan nasional di masa lalu. Namun rupanya, sekolah tidak memberitahu kita fakta-fakta yang benar-benar kelam dalam masa lalu umat manusia.
Contohnya seperti perkembangan eugenika umat manusia. Hal ini dimulai dari seorang pria kulit putih Eropa yang menginginkan versi terbaik dari manusia. Tapi ada hal-hal mengerikan di balik sejarah eugenika, apa sajakah itu? Simak di bawah ini ya!
1. Eugenika tercetus dari seorang pria Perancis bernama Galton
Adalah Galton dari Perancis yang mengenalkan istilah "eugenika" pada tahun 1883, dan dia menciptakannya untuk menggambarkan sebuah teori yang telah dia kembangkan selama bertahun-tahun. Universitas Virginia mengatakan bahwa eugenika sebagai "well-born," tapi akar gagasan ini pertama kali tercetus oleh Charles Darwin.
Kebanyakan dari kita mungkin sudah akrab dengan karya Charles Darwin mengenai evolusi. Itulah yang membuat Galton terpikat oleh ide itu, dan mengembangkannya. Menurut Galton Institute, ia menerbitkan teks-teks tentang eugenika sekitar tahun 1864. Dia percaya karakteristik yang diinginkan dari umat manusia adalah kesuksesan, kecerdasan, dan karakter yang baik, jujur - diturunkan dari generasi ke generasi.
Galton "membuktikan" teorinya dalam sebuah karya yang disebut jenius herediter, di mana dia menggunakan pohon keluarga dari laki-laki terkenal untuk menggambarkan bagaimana kesempurnaan berjalan dalam sebuah keluarga. Tidak semua orang setuju - beberapa orang menganggapnya salah, karena gagasannya mengabaikan pengaruh eksternal.