Mengenal Haenyeo, Kisah Para Wanita Penyelam Pulau Jeju

Walau sudah senior, stamina menyelam masih terus berjalan

Menyelam mungkin merupakan salah satu dari kegiatan olahraga yang banyak dilakukan oleh kalangan orang tertentu. Menyelam merupakan salah satu kegiatan yang tergolong ekstrim, selain dalam menyelam seorang penyelam membutuhkan peralatan yang lengkap, tentunya kegiatan seperti ini agak sulit dilakukan oleh sebagaian orang yang sudah tidak memiliki fisik prima seperti contoh faktor usia yang terus bertambah.

Namun usia dan fisik yang tidak lagi muda bukan penghalang bagi kelompok ini. Kelompok wanita yang satu ini cukup dikenal sebagai "putri duyung", hal ini tidak terlepas dari kemampuan kelompok wanita ini dalam menyelam walaupun di usia yang bisa dikatakan sudah cukup senior. Menyelam dilakukan kelompok wanita ini untuk menangkap ikan demi mencari nafkah. Kelompok wanita ini cukup terkenal terutama di pulau Jeju yang merupakan salah satu pulau yang cukup terkenal di Korea Selatan.

Seperti apakah kisah kelompok wanita ini? Dan mengapa mereka melakukannya walaupun di usia yang tidak lagi prima masih melakukan aksi menyelam ini? Simak ulasannya yuk!

1. Kelompok haenyeo dan budaya matriaki di Jeju

Mengenal Haenyeo, Kisah Para Wanita Penyelam Pulau JejuHaenyeo sebagai icon Pulau Jeju (instagram.com/visitjeju.en)

Nama kelompok wanita tangguh ini adalah Haenyeo. Berawal dari tiga bangsa di Asia Timur yakni Tiongkok, Korea dan Jepang yang sama-sama menganut prinsip Konfusianisme yang memiliki arti pria sebagai pencari nafkah utama sementara wanita hanya mengurusi urusan dapur saja. Namun, hal ini berbeda keadaannya di Pulau Jeju.

Meski merupakan bagian dari Negara Korea Selatan, di pulau ini wanita yang memegang peranan lebih penting dibandingkan pria. Hal ini disebabkan di Pulau Jeju wanita yang berperan mencari nafkah utama dengan melakukan pekerjaan bertani, menjadi nelayan atau profesi lainnya. Salah satu dari pekerjaan yang wanita Jeju lakukan selama berabad-abad lamanya adalah sebagai penyelam yang mencari hasil-hasil laut yang disebut sebagai Haenyeo.

2. Catatan dan sejarah awal mengenai Haenyeo

Mengenal Haenyeo, Kisah Para Wanita Penyelam Pulau JejuPotret wanita Haenyeo di Jeju Island (instagram.com/visitjeju.en)

Profesi Haenyeo ini sendiri diperkirakan sudah digeluti para wanita di Pulau Jeju ini sejak masa Dinasti Silla pada sekitar tahun 434 M. Pada awalnya diketahui bahwa pria yang pertama kali menjadi seorang Haenyeo. Keterlibatan wanita pada kegiatan Haenyeo serta catatan awal dari bangsa barang mengenai Haenyeo muncul dari catatan seorang pelaut asal Belanda yang bernama Hendrick Hammel yang pada saat itu kapalnya terdampar di Pantai Jeju pada tahun 1653.

Hendrick Hammel dalam catatannya ia menulis dimana saat di Pulau Jeju dirinya menyaksikan para wanita yang sudah berusia cukup tua berteriak dengan garang dan menyelam di tengah dinginnya perairan Jeju. Para wanita ini menjadi penyelam Haenyeo karena para pria biasa berprofesi sebagai nelayan yang berada di atas kapal sehingga hal ini dinilai saling melengkapi dimana roda perekonomian Jeju saat itu sangat bergatung pada hasil perikanan.

3. Sempat booming pada periode abad ke-20

Mengenal Haenyeo, Kisah Para Wanita Penyelam Pulau JejuPotret wanita Haenyeo di Jeju Island (instagram.com/visitjeju.en)

Saat Jepang menganeksasi Korea pada tahun 1910, profesi Haenyeo sudah menjadi salah satu mata pencarian yang dicari seiring dengan meledaknya pasar perdagangan mutiara sehingga banyak dari mereka kemudian dipekerjakan oleh perusahaan baik dari Jepang maupun Korea sendiri untuk memanen mutiara yang dibudidayakan.

Meletusnya Perang Korea serta perburuan komunis yang menewaskan banyak orang di Jeju oleh Presiden Syngman Rhee membuat populasi pria di pulau ini menurun sehingga lagi-lagi membuat para Henyeo menjadi tulang punggung dari perekonomian Jeju dan khususnya Korea Selatan sendiri yang pada saat itu sedang mengalami booming dalam industri ekspor seafood seperti lobster, tiram, dan abalon serta mutiara. Hingga memasuki dekade 1970an, Haenyeo diperkirakan berkontribusi pada sektor perikanan Jeju sebesar 60%

Baca Juga: 5 Karakter Haenyeo di Drakor Our Blues yang Patut Jadi Panutan

4. Kehidupan para Haenyeo

Mengenal Haenyeo, Kisah Para Wanita Penyelam Pulau JejuPotret wanita Haenyeo di Jeju Island (instagram.com/visitjeju.en)

Para wanita penyelam ini atau Haenyeo biasanya berumur kisaran 60 hingga 70 tahun ke atas. Meski sudah sangat lanjut, mereka masih memiliki stamina yang tak kalah dengan kaum muda yang memiliki fisik prima. Hal ini disebabkan karena setiap harinya mereka para Haenyeo ini menyelam baik pada saat musim panas maupun musim dingin.

Para Haenyeo ini juga biasa memulai menyelam pada pukul 7 pagi hingga menjelang matahari terbenam dengan kedalaman sekitar 15 meter untuk mencari bahan seafood atau hasil perikanan seperti gurita, abalin, rajungan, kerang hingga rumput laut. Hasil laut yang para Haenyeo ini dapat biasanya akan mereka jajakan di tepi pantai dan dihindangkan secaa langsung kepada pengunjung. Jika dalam kondisi laut yang tidak memungkin untuk para Haenyeo ini bekerja, mereka biasanya akan bertani di rumahnya. Jadi dapat dikatakan para Haenyeo ini merupakan perempuan tangguh untuk bisa mendapatkan makan dan bertahan hidup.

5. Haenyeo diambang kepunahan

Mengenal Haenyeo, Kisah Para Wanita Penyelam Pulau JejuWanita Haenyeo saat melakukan melaut di Jeju Island (instagram.com/visitjeju.en)

Di balik profesi yang dikategorikan ekstrim serta dijalankan oleh orang tua, tentunya hal ini tidak akan sama dengan anak-anak Jeju lakukan. Seperti lazimnya anak muda Korea Selatan yang ingin bekerja kantoran atau merantau ke kota besar seperti Seoul dan kota-kota lainnya. Ini membuat profesi Haenyeo semakin kurang diminati oleh anak-anak muda di Jeju Island. Dimana menurut statistik terdapat 15 ribu yang berprofesi sebagai Haenyeo di tahun 1970an hingga menyusut hingga menjadi 2500an di tahun 2010 dan 98% dari para pekerja Haenyeo ini sudah berusia di atas 50 tahun.

Selain karena pilihan karier yang dipilih oleh anak muda di Jeju Island. Faktor utama punahnya pekerjaan Haenyeo selain terdapat pilihan karier yang baik bagi wanita dan minim resiko kematian yang tinggi, ditambah berkembangnya industri jeruk dan pariwisata di Korea Selatan yang membuat profesi Haenyeo ini menjadi tergerus. Pemerintah Korea Selatan sebenarnya telah berusaha melestarikan profesi ini dengan memasukkannya sebagai bagian dari atraksi pertunjukkan pariwisata Jeju yang sebenarnya sudah diterapkan oleh Jepang di Perusahaan Mutiara Mikimoto dan juga berharap Pemerintah Korea Selatan bisa merekrut para wanita muda untuk menjadi penerus pekerjaan Haenyeo.

Fadel Muhammad Sulthon Photo Writer Fadel Muhammad Sulthon

hello, new as content creator

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya