5 Fakta Salamander Api, Racunnya Menyebabkan Kejang Otot dan Kematian 

Meskipun beracun, namun hewan ini punya masalah fatal

Bagi kamu yang ingin menemui salamander api akan sangat mudah, karena ciri mereka menonjol yakni bertumbuh ramping warna hitam dan bercorak kuning di sekujur tubuhnya.

Di beberapa tempat, corak mereka adalah merah atau oranye, bukan kuning. Panjangnya sendiri sekitar 15-30 cm dan beratnya 40 gram. Tak hanya ramping, ada juga salamander yang berukuran sedang dan bertubuh kekar. Nama latinnya Salamandra salamandra.

Salamander api ini gak boleh dipegang dengan tangan telanjang, lho karena fisik mereka beracun, begitupun ke predator yang mengancam salamander api. Meskipun demikian ternyata salamander api juga punya kasus yang sangat fatal bagi mereka. Daripada penasaran, yuk simak saja fakta lebih lanjut salamander api.

1. Sejarah salamander api mendapatkan namanya

5 Fakta Salamander Api, Racunnya Menyebabkan Kejang Otot dan Kematian Salamander api. (pixabay.com/tawnyowl)

Dilansir san diego zoo wildlife explorers, usut punya usut kenapa dinamai salamander api. Pada zaman dulu, orang-orang percaya bahwa mereka dilahirkan dari api lantaran tanda kuning atau oranyenya itu menyala, pada kenyataannya itu keliru. 

Alasan lain karena salamander api sering bersembunyi di bawah batang kayu, ketika orang-orang mengumpulkan kayu utuk menghasilkan api. Oleh karena itu dirasa sudah melekat momen itu. Legenda Eropa juga mengatakan bahwa salamander api ini mampu bertahan jika terkena api.

2. Daerah persebarannya

5 Fakta Salamander Api, Racunnya Menyebabkan Kejang Otot dan Kematian Salamander api. (pixabay.com/alois wonaschuetz)

Salamander api umumnya ditemukan di Eropa seperti Albania, Andorra, Austria, Belgia, Bosnia dan Herzegovina, Bulgaria, Kroasia, Perancis, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Yunani, Ukraina dll. Jelas the animal facts.

Mereka biasanya ditemukan di daerah perbukitan dengan ketinggian kisaran 200-1.000 meter. Selain itu salamander api menyukai hutan gugur sebab dapat bersembunyi di balik dedaunan yang berguguran dan berdiam di sekitar batang pohon berlumut.

3. Reproduksi salamander api

5 Fakta Salamander Api, Racunnya Menyebabkan Kejang Otot dan Kematian Salamander api. (pixabay.com/inkoalseibua)

Dilansir a-z animals, periode kawin pasangan salamander api dimulai dari musim semi hingga musim gugur, namun sering kali terjadi di akhir musim semi dan awal musim panas.

Caranya si jantan akan menggosok betina dengan dagunya sebagai tanda ketertarikan, kemudian memegang kaki depannya dan sang jantan akan menyimpan spermatofor (berisi paket sperma) ke betina.

Uniknya, paket spermanya ini bisa disimpan hingga dua tahun, lho. Jika betina memasukan paket sperma dan terjadi pembuahan telur, mereka bisa melahirkan 20-75 anak dengan rata-rata 20-30 anak.

Subspesies salamander api yakni fastuosa dan bernadezi bersifat vivipar maksudnya tentu melahirkan anak bukan berupa sel telur. Sedangkan spesies bersifat ovivar, anak-anaknya akan berkembang di dalam telur di dalam induknya hingga menetas.

4. Racun yang mereka miliki mampu menangkis ancaman predator maupun membunuhnya

5 Fakta Salamander Api, Racunnya Menyebabkan Kejang Otot dan Kematian Salamander api. (pixabay.com/kathy büscher)

Pada umumnya predator mudah untuk memangsa rantai makanannya, tetapi tidak pada salamander api. Ketika ada predator yang memangsa salamander api, si predator akan terkena racun alkaloid samandrin yang berasal dari kulitnya.

Racun tersebut menyebabkan kejang otot, hipertensi dan hiperventilasi pada predatornya yang ujung-ujung nya sakit bahkan mati terbunuh. Selain kulit, racunnya juga terdapat di sekitar kepala dan ekornya. Adapun predatornya yakni ular rumput, elang termasuk elang yang besar. Intinya salamander api memiliki sedikit predator alami.

5. Bsal, jamur yang menjadi ancaman serius bagi salamander api

5 Fakta Salamander Api, Racunnya Menyebabkan Kejang Otot dan Kematian Salamander api. (pixabay.com/Hans)

Meskipun salamander api punya racun pada beberapa komponen fisiknya, sebaliknya hal tersebut tak mempan bagi Bsal. Jamur ini dibawa ke Eropa oleh orang-orang yang mengimpor kadal air Asia untuk dijual sebagai hewan peliharaan.

Bsal memilki spora kuat untuk menginfeksi kulit hewan, menyebabkan lesi kulit, anoreksia, apatis, ataksia dan jelas kematian. Hal tersebut cukup menggemparkan hewan ampibi terutama salamender api, kerena terbukti mampu membunuh ribuan salamander api di Eropa pada tahun 2013. Seperti dilansir laman amphibia web.

Salamander api sendiri memangsa serangga, laba-laba, cacing tanah, siput, kadal air dan katak muda. Kisaran umur mereka 6-14 tahun dengan rata-rata maksimal 30 tahun, bahkan ada yang sampai 50 tahun namun itu jarang terjadi.

Baca Juga: 5 Hewan Unik yang Hidup di Gurun Sahara, Ada Hewan Berbahaya!

FAISAL Faitoshi Ahmad Photo Verified Writer FAISAL Faitoshi Ahmad

Pecinta: 1. kebudayaan Jepang, 2. sejarah (Nusantara, dunia, dll), 3. Trivia. Seorang self employed yang sedang berjuang untuk sukses.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ane Hukrisna

Berita Terkini Lainnya