Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Black flying fox (commons.m.wikimedia.org/Andrew Mercer)

Black flying fox merupakan salah satu spesies kelelawar terbesar, tapi cukup kecil jika dibandingkan dengan anggota genus Pteropus lainnya. Panjang tubuhnya mencapai 153--191 mm, beratnya kisaran 500--1000 gram dan lebar kepakan sayap sekitar 1 meter. Seluruh tubuhnya berwarna hitam, kecuali bulu berwarna kemerahan di sekitar leher dan juga bulu berujung putih di bagian perutnya.

Mereka berada dalam famili Pteropodidae dengan nama ilmiah Pteropus alecto. Oh iya, kelelawar ini juga dikenal sebagai kelelawar buah hitam, lho. Yuk, kenalan lebih jauh melalui fakta berikut ini.

1. Wilayah penyebaran black flying fox

Black flying fox (commons.m.wikimedia.org/John Robert McPherson)

Penyebaran black flying fox berada di bagian selatan Papua Nugini, Nusa Tenggara dan Sulawesi, di Indonesia. Mereka juga berada di Australia, khususnya di bagian utara, timur dan barat dari kontinen tersebut.

Animalia menginformasikan bahwa di dalam wilayah jelajahnya, kelelawar ini menghuni area pesisir dan sekitarnya. Mereka berkumpul dalam koloni besar di hutan bambu, hutan hujan, hutan terbuka, hutan sabana dan rawa bakau.

2. Berkumpul dalam koloni besar

Black flying fox (commons.m.wikimedia.org/gailhampshire)

Spesies kelelawar ini cenderung lebih aktif saat malam hari, sementara di siang hari mereka akan bertengger di tempat yang disebut sebagai kamp. Menakjubkannya, satu kamp bisa menampung ratusan ribu black flying fox, lho. Akan tetapi, kamp di wilayah utara biasanya hanya menampung kurang dari 30.000 kelelawar. Mereka bahkan bertengger bersama red flying fox, lho.

3. Menjelajah sejauh 50 kilometer untuk mencari makan

Black flying fox (commons.m.wikimedia.org/Andrew Mercer)

Waktu mencari makan black flying fox baru dimulai saat malam hari. Mereka tidak ragu untuk melakukan perjalanan panjang sejauh 50 kilometer agar rasa laparnya terpenuhi. Menu makannya tergantung pada musim dan pola makannya yaitu herbivora. Makanan utamanya adalah nektar, serbuk sari dan buah-buahan.

Untuk melengkapi dietnya, black flying fox juga mengonsumsi bunga pohon eukaliptus dan pohon kertas. Jika jenis makanannya sulit ditemukan, mereka akan beralih pada mangga dan buah-buahan komersial lainnya.

4. Memiliki cara tersendiri untuk beradaptasi dengan iklim habitatnya

Black flying fox (commons.m.wikimedia.org/Andrew Mercer)

Saat habitat yang dihuni black flying fox sedang panas, mereka akan bergantung di pepohonan yang berada di dalam air. Itu adalah cara mereka untuk mendinginkan diri, selain itu mereka akan melebarkan dan mengepakkan sayapnya berulang kali.

Sementara saat kedinginan atau basah, kelelawar ini akan melakukan pemanasan dengan melingkarkan sayapnya erat-erat pada tubuhnya. Menarik, bukan?

5. Sistem perkawinan black flying fox

Black flying fox (commons.m.wikimedia.org/Andrew Mercer)

Tidak banyak informasi yang tersedia mengenai sistem perkawinan black flying fox. Akan tetapi, betina yang melahirkan berkaitan dengan periode produktivitas tanaman di habitatnya. Jadi, waktu kelahiran juga bervariasi tergantung pada lokasi yang dihuninya. Melansir Animal Diversity, di Brisbane, Australia sebagian besar kelahiran terjadi pada bulan Oktober hingga November.

Sementara itu, di wilayah utara Australia, puncak kelahiran terjadi pada bulan Januari hingga Maret. Kelahiran di bulan November sangat jarang terjadi.

6. Perannya sangat penting!

Black flying fox (commons.m.wikimedia.org/James NIland)

Black flying fox bisa mengakses berbagai sumber daya yang tersedia di habitatnya, belum lagi wilayah jelajahnya saat mencari makan bisa sejauh 50 kilometer. Hal tersebut berkaitan dengan peran pentingnya dalam menghubungkan bagian hutan hutan yang terisolasi dengan mengangkut benih dan serbuk sari ke tempat tersebut. Bisa dikatakan bahwa black flying fox adalah penyerbuk penting dari dua spesies eukaliptus di bagian utara Australia.

Menarik, bukan? Black flying fox ternyata bertengger bersama dalam jumlah yang sangat besar, bisa mencapai ratusan ribu! Saat ini, mereka diklasifikasikan sebagai Least Concern oleh IUCN tapi jumlah populasinya tidak diektahui, diperkirakan masih stabil saat ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team