Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
boneka voodoo di Museum Voodoo New Orleans (commons.wikimedia.org/Claudia Brooke)

Intinya sih...

  • Boneka voodoo bukan digunakan untuk menyakiti orang lain, melainkan untuk tujuan baik
  • Boneka voodoo asli dibuat menggunakan bahan-bahan spesifik dan proses pembuatannya melibatkan ritual.
  • Kepercayaan tentang boneka voodoo berasal dari budaya Karibia dan Afrika Barat serta terdapat kepercayaan serupa di Mesir Kuno dan Asyur kuno.

Saat ini, boneka voodoo dijual di banyak tempat sebagai aksesori dan hiasan. Boneka voodoo sendiri cukup terkenal, nih, dalam budaya populer. Boneka ini digadang-gadang mirip boneka santet yang lebih populer di Indonesia.

Dalam kepercayaan modern, boneka voodoo dimaksudkan untuk menyakiti atau menyantet seseorang sebagai aksi balas dendam. Biasanya, boneka voodoo akan ditusuk dengan jarum. Namun, bisa juga, nih, ia dibakar, dicabik-cabik, atau dirusak dengan berbagai cara. 

Namun, semua itu hanya mitos. Nah, lho! Dikutip Live Science, boneka voodoo hanyalah salah satu dari sekian banyak kesalahpahaman tentang kepercayaan Voodoo. Hal ini bertentangan dengan apa yang sebenarnya diyakini dan dipraktikkan oleh para pengikut Voodoo itu sendiri.

Kisah boneka voodoo yang digambarkan Hollywood sebenarnya jauh berbeda dengan sejarahnya dan penggunaan boneka voodoo sebenarnya. Yuk, kita gali lagi fakta-fakta tentang boneka voodoo!

1. Tidak semua boneka menyeramkan adalah boneka voodoo, salah satunya boneka kacang mete (cashew doll)

boneka kacang mete atau cashew doll (commons.wikimedia.org/Francisco Anzola)

Kepercayaan tentang boneka voodoo modern berasal dari sesuatu yang bisa dibilang cukup baru, yaitu cashew doll (boneka kacang mete) yang diimpor dari Haiti pada 1950-an. Cashew doll ini dijual ke Amerika, yang saat itu sangat tertarik dengan benda-benda eksotis. Sayangnya, boneka ini sangat berbahaya, terutama bagi anak-anak. Mengapa, ya?

Yap, soalnya, mata boneka ini terbuat dari kacang rosario atau jequirity, yang mengandung racun yang mirip dengan poison ivy. Racun ini bisa berakibat fatal bagi bayi jika tertelan. Pada 1959, Dinas Kesehatan Masyarakat AS mengeluarkan peringatan tentang sifat beracun dan mematikan dari boneka ini. Nah, peringatan inilah yang akhirnya membuat kepercayaan Voodoo dan boneka voodoo dikaitkan dengan hal-hal buruk.

Padahal, cashew doll dan boneka voodoo itu berbeda, lho. Hal ini pun menjadi stereotipe tersendiri di kalangan masyarakat umum. Selain itu, masyarakat juga menyamakan semua boneka yang menyeramkan sebagai boneka voodoo. Stereotip tentang boneka voodoo ini sulit banget, nih, dihilangkan dari kepercayaan masyarakat. Apalagi, boneka voodoo sering dikaitkan dengan tujuan jahat. Ingat, ya! Ini hanya mitos dan kesalahpahaman saja.

2. Boneka voodoo adalah objek yang sering digunakan dalam ritual Voodoo

boneka voodoo di Museum Voodoo New Orleans (commons.wikimedia.org/Claudia Brooke)

Ada banyak ritual dalam kepercayaan Voodoo. Benda yang digunakan dalam ritual Voodoo biasanya untuk menghubungkan dunia nyata ke alam roh. Adapun, ritual yang melibatkan benda ini disebut pwen. Ritual pwen dilakukan untuk menarik perhatian dewa dalam kepercayaan Voodoo, yakni lwa atau loa.

Setiap ritual pwen dibuat khusus untuk Iwa tertentu. Biasanya, ia menggunakan benda tertentu untuk menarik perhatian roh. Tujuannya untuk meminta dukungan dari dewa tertentu agar keinginannya bisa dicapai melalui ritual tersebut. Yap, mungkin ini seperti meminta keselamatan saat ingin melakukan perjalanan jauh, meminta agar cuaca cerah, atau tujuan dengan maksud baik lainnya.

Benda dalam ritual pwen biasanya boneka. Adapun, boneka menjadi salah satu yang paling umum digunakan. Namun, tidak semua pwen adalah benda fisik karena ritual pwen bisa berupa apa saja. Nah, kalau versi boneka ini, boneka bisa berupa apa saja, mulai dari patung hingga representasi yang paling sederhana. Namun, tujuannya sama, yakni untuk menyembuhkan, melindungi, dan membimbing.

Setelah objek tersebut memenuhi tujuannya, objek tersebut akan kehilangan sifatnya. Rohnya pun kembali ke tempat asalnya. Jadi, benda tersebut tak lebih dari sekadar benda biasa atau rohnya tidak mendiami objek tersebut lagi.

3. Boneka voodoo berasal dari Afrika Barat

tarian voodoo (commons.wikimedia.org/Ahya ATINDEHOU)

Jika mau memahami sejarah boneka voodoo, kamu harus memahami apa itu voodooism. Kebanyakan orang mengaitkan voodooism dengan wilayah seperti New Orleans dan Haiti karena dianggap sebagai pusat voodooism. Sementara itu, orang-orang Haiti membawa kepercayaan Voodoo ini dari Afrika Barat.

Awalnya, orang-orang dari Afrika Barat dibawa ke Amerika dan Karibia untuk dijadikan budak. Mereka pun membawa serta kepercayaan adat mereka. Kepercayaan ini berupa ritual yang menggunakan patung dan boneka.

Namun, mereka bukan satu-satunya suku yang menggunakan boneka dalam ritual keagamaan. Beberapa suku asli Amerika juga menggunakan boneka kachina untuk mewakili roh yang mereka sembah. Penggunaan boneka secara ritual juga telah didokumentasikan dalam sejarah di Timur Tengah dan Eropa. Namun, dengan perkembangan agama seperti Kristen dan Islam, penggunaan boneka untuk ritual tidak diizinkan dan tentunya praktik ini jadi menurun.

4. Boneka voodoo dimaksudkan untuk tujuan baik

minkisi yang terbuat dari kayu, tanduk, logam, dan kulit binatang, dari suku Songye di Republik Demokratik Kongo yang dipajang di British Museum (commons.wikimedia.org/Ji-Elle)

Boneka voodoo sebenarnya dimaksudkan untuk tujuan baik, bukan tujuan jahat seperti yang diyakini banyak orang saat ini. Boneka voodoo digunakan untuk seseorang yang membutuhkan bantuan. Definisi bantuan di sini berbeda-beda pada setiap orang.

Jenis bantuan yang dibutuhkan juga menentukan jenis boneka yang akan digunakan. Untuk tujuan pengobatan, misalnya, seorang dukun atau ratu voodoo akan membuat minkisi, sejenis patung manusia yang terbuat dari kayu dengan kantong untuk menyimpan obat. Setelah orang yang sakit berhasil disembuhkan, obatnya akan dikeluarkan dari boneka tersebut. Nah, boneka tersebut pun dianggap sudah mati dan selesai.

Tujuan ritual boneka voodoo juga dimaksudkan agar sebuah pernikahan bisa berjalan bahagia. Selain itu, ia juga untuk membantu anak-anak lulus ujian sekolah. Tak hanya itu, seseorang yang ingin melakukan perjalanan jauh juga biasanya mengikuti ritual ini agar selalu dilindungi dalam perjalanannya. Tujuannya pun masih banyak lagi.

Boneka voodoo dapat digantung di pohon dekat kuburan. Hal ini dilakukan agar alam roh bisa dijangkau saat dibutuhkan. Di samping itu, ada jenis boneka yang dikenal sebagai nkondi, yang digunakan untuk mencari pelaku kejahatan lewat alam roh. Jadi, tujuan ritual dengan boneka itu positif, ya, tidak ada hubungannya dengan santet, balas dendam, atau penyiksaan.

5. Boneka voodoo yang asli dibuat dengan bahan yang rumit

boneka voodoo minkisi di museum Jerman (commons.wikimedia.org/Daderot)

Boneka voodoo yang dijual di pasaran biasanya dibuat dengan bahan-bahan sederhana, seperti katun, busa, benang wol, dan kain. Bahan-bahan seperti ini akan lebih mudah untuk ditusuk jarum. Selain itu, bahannya mudah diperoleh sehingga tidak butuh biaya mahal atau banyak tenaga kerja. 

Di sisi lain, boneka voodoo yang asli dibuat berdasarkan kepercayaan Voodoo, yang dikenal sebagai minkisi atau nkisi. Boneka ini dibuat dengan material yang sangat spesifik, seperti keramik, kayu, kain, kulit binatang, atau bahan lainnya. Proses pembuatannya pun dilakukan dengan sangat spesifik.

Namun, bagian terpenting dari boneka voodoo ini adalah kantongnya. Kantong ini akan dikenakan di leher boneka atau diukir dalam boneka itu sendiri, seperti di perut boneka sebagai tempat penyembuhan. Di kantong itulah, tabib akan menaruh benda-benda kecil yang berkhasiat obat, yang bisa berupa bagian tubuh hewan, tanaman obat dan biji-bijian, hingga batu dari kuburan. 

Lalu ada patung nkondi, yang juga merupakan patung kayu. Namun, patung-patung ini memiliki paku yang ditancapkan ke tubuhnya untuk meminta bantuan alam roh dalam mengungkap pelaku kejahatan. Patung-patung ini memiliki komposisi yang mirip dengan minkisi, tetapi tidak memiliki kantong. Selain itu, ia pun ditancapkan dengan banyak paku. Ini berbeda banget, ya, sama boneka voodoo yang kita lihat dalam film-film.

6. Proses pembuatan boneka voodoo dilakukan dengan cara yang spesifik

suku di Kongo yang mempraktikkan ritual Voodoo (commons.wikimedia.org/Révérend Père Jean François Audema)

Proses pembuatan boneka voodoo yang asli tidaklah mudah. ​​Proses ini berlangsung dalam beberapa tahap. Para pembuatnya juga akan melakukan ritual tersendiri. Proses ini dimulai dengan pembuatan boneka fisik. 

Penulis Kongo bernama Nsemi Isaki menjelaskan keseluruhan prosesnya dalam Joukowsky Institute for Archaeology and the Ancient World.

"Dahulu, ketika orang-orang memahat figur, mereka akan saling mengamati dengan saksama dan kemudian menebang pohon yang cocok untuk dipahat sesuai dengan keahlian mereka. Seorang pemahat akan membuat mata, telinga, hidung, mulut, leher seperti yang telah diamatinya. Ketika ia telah mempersiapkan fitur-fitur ini, jika ia telah menggambarkan orang tersebut dengan benar, orang tersebut akan terlihat seperti dirinya. Oleh karena itu, mereka terlebih dahulu membentuk wajah dan seluruh kepala serta leher, lalu menyelesaikan bagian tubuhnya."

Namun, itu baru bagian pertama dari proses tersebut. Kemudian, dukun atau ratu voodoo akan memberikan khasiat penyembuhan melalui penggunaan macam-macam obat yang dijejalkan ke dalam kantong kecil dalam boneka voodoo. Langkah ini hanya dapat dilakukan oleh dukun penyembuhan dalam kepercayaan Voodoo yang sudah berkualifikasi. Seperti halnya pengobatan modern, hanya dokter yang sudah berlisensi yang bisa meresepkan obat. Setiap kantong boneka akan diisi dengan bahan-bahan yang berbeda tergantung pada tujuan pasien.

7. Kepercayaan boneka voodoo modern yang disalahpahami mungkin terinspirasi dari kisah yang bukan dari kepercayaan Voodoo itu sendiri

Boneka perempuan dalam posisi berlutut diikat dan ditusuk dengan 13 jarum. Boneka ini ditemukan dengan tablet timah bertuliskan mantra pengikat. (commons.wikimedia.org/Marie-Lan Nguyen

Di samping kepercayaan voodooism dari masyarakat Karibia dan Afrika Barat, ternyata ada juga kepercayaan berbeda di belahan dunia lain yang memercayai kalau boneka bisa mengubah takdir. Menurut buku berjudul The Faces of LaFwa: Vodou & Ancient Figurines Defy Human Destiny (2009) karya Sara Rich, di Mesir kuno ada dua boneka yang digunakan untuk memikat orang yang disayang.

Seseorang yang ingin memikat orang lain akan diberi instruksi untuk menusuk kepala boneka dengan jarum tembaga sambil berkata, "Aku menusuk otakmu, [menyebut nama korban]." Mereka kemudian harus menusukkan 12 jarum lagi ke telinga, mata, mulut, perut, tangan, alat kelamin, dan kaki patung itu sambil berkata, "Aku menusuk anggota tubuhnya ini dan itu, [menyebut nama korban], sehingga dia tidak akan mengingat siapa pun kecuali aku, [menyebut nama sendiri]."

Di Asyur kuno, ada dua orang raja yang mengikatkan diri mereka satu sama lain dengan boneka. Mereka sambil berkata, "Seperti lilin ini yang terbakar, aku akan terbakar. Seperti manusia lilin yang dibutakan, aku akan dibutakan." Kedua kisah ini memang mirip seperti keyakinan masyarakat modern tentang sihir boneka voodoo, tetapi ritual tersebut justru tidak ada hubungannya dengan kepercayaan Voodoo yang asli.

8. Boneka nkondi menjadi salah satu boneka voodoo

nkondi dari Afrika di Institut Seni Chicago (commons.wikimedia.org/Sailko)

Ada gambar yang sangat populer yang dikaitkan dengan boneka voodoo, yaitu gambar paku atau peniti yang ditancapkan ke boneka. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menyiksa korban santet. Sebenarnya, ada jenis patung yang digunakan oleh orang Kongo. Ia terbuat dari kayu seperti minkisi dan dimaksudkan untuk ditancapkan paku. Boneka-boneka ini adalah jenis minkisi yang dikenal sebagai nkondi.

Namun, seperti minkisi, tujuannya bukanlah untuk kejahatan, tetapi untuk kebaikan. Nah, setiap kali paku ditancapkan ke patung, bantuan dari alam roh akan terpanggil untuk memburu penyihir dan penjahat. Jadi, meski menancapkan paku ke boneka kayu terlihat kejam, tetapi tujuannya baik karena untuk meminta bantuan dalam menghentikan perbuatan jahat.

Jika ada seseorang menderita sakit kepala dan nyeri, ia akan ditetapkan sebagai pelaku dan dihukum sesuai dengan apa yang ia lakukan. Meski terdengar tidak adil, begitulah kepercayaannya. Kemudian, nkondi yang telah digunakan akan dihancurkan atau dibuang beberapa komponennya untuk menetralkan kekuatannya. 

Nkondi sendiri dianggap sebagai patung terpenting dalam kepercayaan di Afrika. Hingga akhirnya, para misionaris menghentikan praktik tersebut karena takut dengan kejahatan yang mereka lakukan. Meski begitu, sebenarnya patung-patung itu digunakan untuk melindungi diri dari kejahatan.

9. Dalam kepercayaan Voodoo, boneka voodoo dibuat bukan untuk seni atau pajangan

koleksi dari Afrika di Museum Würth France Erstein (commons.wikimedia.org/Ji-Elle)

Dalam budaya populer, boneka voodoo dijual untuk menjadi hiasan dan aksesori. Namun, dalam kepercayaan Voodoo, benda-benda ritual semacam itu tidak dimaksudkan untuk menjadi artistik atau pajangan. Pasalnya, setelah menyelesaikan tugasnya atau sudah selesai digunakan dalam ritual, boneka voodoo tersebut dianggap mati dan tidak memiliki tujuan lagi.

Namun, bagi seorang seniman, boneka-boneka tersebut bisa digunakan untuk seni, bukan untuk mencari kekuatan spiritualnya. Ada banyak sekali patung atau boneka voodoo yang asli dan dipajang di berbagai museum di seluruh dunia. Boneka-boneka ini biasanya bekasan atau telah digunakan dalam ritual Voodoo.

Boneka voodoo yang kita lihat dan tertancap di benak kita adalah boneka kain yang bisa ditusuk-tusuk dengan jarum. Sayangnya, boneka voodoo yang asli justru sangat berbeda dengan boneka yang dijual di pasaran. Semoga dengan adanya artikel ini, kamu jadi mengerti, ya, apa itu boneka voodoo sebenarnya dan apa tujuannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha