Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret sepah kecil jantan dewasa
potret sepah kecil jantan dewasa (commons.wikimedia.org/Tisha Mukherjee)

Sepah kecil (Pericrocotus cinnamomeus) merupakan satu dari 15 spesies burung dalam genus Pericrocotus yang masih tergolong kelompok burung pengicau. Penampilan antara jantan dan betina dari spesies ini terbilang kontras. Sebab, jantan punya perpaduan bulu berwarna jingga cerah di perut, sebagian sayap, dan ekor serta warna hitam di kepala, punggung, dan sebagian sayap yang lain. Sementara itu, betina justru punya perpaduan warna kuning pucat dan abu-abu di bagian tubuh yang sama.

Burung yang satu ini tumbuh dengan panjang sekitar 16 cm dan bobot 9—14 gram saja sehingga terbilang spesies burung berukuran kecil. Tentunya ada beberapa fakta menarik dari sepah kecil selain dari perbedaan ciri fisik jantan dan betina. Maka dari itu, yuk, kita telusuri sekaligus kenalan dengan si kecil dengan penampilan cantik ini. Langsung gulir layarmu ke bawah, ya!

1. Peta persebaran dan habitat pilihan

seekor sepah kecil yang sedang bertengger di dahan (commons.wikimedia.org/Vivekpuliyeri)

Persebaran sepah kecil ternyata terbilang sangat luas. Bayangkan saja, mereka tinggal mulai dari Asia Selatan hingga Asia Tenggara. Artinya, negara seperti Pakistan, India, Sri Lanka, Nepal, Bangladesh, Bhutan, serta seluruh negara di Asia Tenggara (termasuk Indonesia, tepatnya di Sumatra dan Jawa) jadi rumah bagi burung yang satu ini. Data Zone by Birdlife mengatakan bahwa luas wilayah yang jadi persebaran sepah kecil mencapai 13,1 juta km persegi.

Jenis habitat pilihan mereka berupa hutan tropis dan subtropis, padang rumput, serta perkebunan atau pertanian manusia. Beragamnya jenis habitat itu membuat mereka mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai kondisi, selama tempat itu menyediakan makanan yang cukup. Sepah kecil bisa ditemukan pada elevasi atau ketinggian antara 0—2.250 meter di atas permukaan laut.

2. Makanan favorit

sepah kecil betina sedang mencari makan (commons.wikimedia.org/Tisha Mukherjee)

Dilansir Animalia, sepah kecil tergolong sebagai insektivor yang mengonsumsi berbagai jenis serangga. Selain serangga, ada beberapa jenis hewan kecil lain yang sering diburu mereka, semisal kumbang, ulat, kelabang, dan artropoda kecil lain. Uniknya, ketika sulit untuk mencari serangga dan hewan kecil, sepah kecil mengubah pola makan dengan berbagai jenis buah kecil, beri-berian, dan nektar yang ada pada bunga.

Sepah kecil termasuk hewan diurnal sehingga waktu mencari makan yang paling sesuai berlangsung selama Matahari terbit. Kalau harus berburu hewan kecil, mereka mampu melakukannya dalam keadaan terbang ataupun saat sedang bertengger di dahan pohon. Sepasang mata yang tajam membantu burung ini mendeteksi keberadaan mangsa. Alhasil, proses perburuan berlangsung dengan relatif mudah.

3. Kehidupan sosial

kelompok sepah kecil sedang bertengger bersama-sama (commons.wikimedia.org/J.M.Garg)

Sepah kecil termasuk burung yang gemar bersosialisasi dengan individu lain. Secara umum, mereka membentuk kelompok kecil dengan spesies sendiri. Namun, berdasarkan informasi dari laman Bird Buddy, kadang-kadang sepah kecil turut menerima berbagai spesies burung pengicau lain di dalam kelompok mereka sampai membentuk satu komunitas campuran dengan jumlah besar. Komunitas besar ini selalu bergerak, bertengger, dan mencari makan di lokasi yang berdekatan.

Selain itu, masing-masing anggota kelompok yang sudah tidak mencari makan berganti tugas menjadi pengawas keadaan sekitar guna memperingatkan anggota lain dari potensi predator. Selayaknya kelompok burung pengicau lain, sepah kecil mampu menghasilkan berbagai suara kicauan dengan tujuan yang berbeda-beda. Ada yang berfungsi untuk memanggil pasangan, memperingatkan keberadaan predator, siulan penanda wilayah, dan sebagainya.

4. Sistem reproduksi

kepakan sayap indah dari sepah kecil (commons.wikimedia.org/Ady Kristanto)

Burung yang satu ini ternyata termasuk hewan monogami alias setia dengan satu pasangan. Proses terbentuknya satu pasangan terbilang menarik karena jantan dan betina sama-sama berkicau sambil melakukan aksi akrobatik ketika terbang. Sementara itu, musim kawin bagi sepah kecil berlangsung antara bulan Maret—Agustus.

Bird Buddy melansir, dalam satu musim kawin, betina menghasilkan 2—4 butir telur yang menjalani masa inkubasi selama 2 minggu. Telur tersebut diletakkan di sebuah sarang berbentuk cangkir yang dibangun sendiri oleh pasangan sepah kecil. Setelah anak-anak menetas, jantan dan betina secara kompak bergantian dalam memenuhi kebutuhan makan dirinya, pasangan, dan anak-anak sambil menjaga dari potensi serangan predator.

Setelah 2—3 minggu dirawat kedua induk, anak-anak sepah kecil mulai dilatih untuk mencari makan sendiri. Namun, masih butuh waktu sekitar 1—2 minggu lagi sebelum mereka siap untuk hidup mandiri. Adapun, usia rata-rata yang mampu diraih sepah kecil di alam liar sebenarnya hanya 2,5 tahun. Akan tetapi, ada beberapa individu yang mampu bertahan hingga usia 5—10 tahun.

5. Status konservasi

status konservasi sepah kecil masih terbilang aman (commons.wikimedia.org/Francesco Veronesi)

Berdasarkan data IUCN Red List, status konservasi sepah kecil masuk dalam kategori hewan dengan risiko rendah (Least Concern). Selain itu, tren populasi mereka terbilang stabil, meski tidak disebutkan angka populasi yang pasti. Hal tersebut sangat wajar mengingat persebaran burung ini yang sangat luas dan habitat pilihan cukup beragam.

Jadi, upaya konservasi yang dilakukan lebih pada menjaga ekosistem hutan ataupun padang rumput yang jadi rumah mereka, bukan perlindungan secara langsung. Sebab, hadirnya habitat yang sehat saja sudah cukup bagi burung kecil ini untuk bertahan hidup tanpa perlu khawatir mengalami penurunan populasi yang signifikan. Selain itu, ekosistem yang terjaga juga berarti kita turut menjaga keberlangsungan hidup makhluk lain yang ada di dalamnya.

Keberadaan sepah kecil di alam itu terbilang cukup penting karena burung ini mengontrol populasi serangga yang berpotensi menjadi hama bagi perkebunan dan pertanian manusia. Selain itu, kebiasaan mereka untuk mengonsumsi buah, beri-berian, dan nektar turut membantu proses penyerbukan tanaman. Tak hanya cantik, ternyata burung yang satu ini juga sangat bermanfaat untuk alam, bukan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team