Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menguak Rahasia Burung Ciduk Terbang dan Berjalan di Dalam Air

Burung ciduk amerika berdiri di sungai berarus.
Burung ciduk amerika berdiri di sungai berarus. (commons.wikimedia.org/Larry Lamsa)
Intinya sih...
  • Burung ciduk adalah burung pengicau unik yang hidup di sungai berarus deras.
  • Perilaku aneh burung ciduk termasuk bergoyang-goyang dan adaptasi terhadap habitatnya.
  • Burung ciduk memiliki adaptasi khusus untuk berenang, menyelam, dan bertahan di dalam air.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Burung ciduk tidak seperti burung pengicau pada umumnya. Alih-alih bertengger dan berkicau di dahan pohon, burung ini justru hidup di tengah derasnya sungai pegunungan. Alih-alih terbang di udara, burung ciduk malah terbang di dalam air. 

Ya, burung ciduk adalah satu-satunya jenis burung pengicau yang bersifat akuatik. Itu artinya burung ini hidup dan mencari makan di dalam air. Ia tidak sekadar berenang dan menyelam, tapi juga berjalan di dasar sungai yang bergejolak. Di balik tubuh bulat mungilnya, burung ciduk punya banyak adaptasi yang membuatnya mirip burung penyelam. Lantas, bagaimana cara burung ciduk terbang dan berjalan di dalam air? 

1. Apa itu burung ciduk?

Burung ciduk amerika berdiri di tengah derasnya arus sungai.
Burung ciduk amerika berdiri di tengah derasnya arus sungai. (commons.wikimedia.org/TRinaud)

Burung ciduk (genus Cinclus) merupakan jenis burung pengicau unik yang bersifat akuatik. Seluruh hidupnya dihabiskan di sungai berarus deras di dataran tinggi atau pegunungan. Makanannya berupa telur ikan dan invertebrata air yang bersembunyi di balik batu di dasar sungai.  

Meski umumnya burung pengicau berwarna-warni, burung ciduk tampil sederhana. Warnanya kusam dan seragam, antara hitam keabu-abuan atau kebiruan dan cokelat. Tubuhnya kecil dengan panjang sekitar 18 sentimeter, menurut laman Britannica. Ekornya pendek dan tumpul, dengan paruh pendek runcing khas burung pengicau. 

Gaya hidup akuatik dan pilihan habitat yang tidak biasa membuat burung ciduk dikategorikan dalam keluarga tersendiri di ordo burung pengicau. Cinclidae namanya. Keluarga ini berkerabat dekat dengan keluarga burung anis atau thrush, Turdidae. Di keluarga Cinclidae, burung ciduk dibagi jadi 5 spesies, di antaranya:

  • ciduk leher putih (C. cinclus) yang hidup di wilayah palearktika Eropa dan Asia,

  • ciduk cokelat (C. pallasii) di bagian timur palearktika Asia,

  • ciduk amerika (C. mexicanus) di Amerika Utara dan Tengah, serta

  • ciduk bertopi putih(C. leucocephalus) dan ciduk leher merah (C. schulzii) dari Amerika Selatan.

2. Perilaku aneh di balik namanya

Burung ciduk leher putih berdiri di tengah sungai.
Burung ciduk leher putih berdiri di tengah sungai. (commons.wikimedia.org/Erikottodamm)

Dalam bahasa Indonesia, burung ciduk disebut “ciduk” karena kebiasaannya minum air dengan cara menciduk dengan paruh. Paling menariknya, dalam bahasa Inggris burung ini disebut dipper. Saat bertengger di tengah sungai yang deras, burung ciduk sering terlihat bergoyang-goyang ke atas-bawah seperti mencelupkan tubuhnya (dipping) berulang kali. 

Burung ciduk tidak sekadar bergoyang. Burung ini diamati selalu bergoyang, baik saat mencari makan maupun kawin. Ia juga bergoyang saat sekadar merasa senang atau terganggu. Menurut informasi dari laman Audubon, spesies ciduk amerika diamati ber-”goyang” sekitar 50 kali dalam semenit.

Di balik goyangan yang menginspirasi namanya itu, diduga ada salah satu bentuk adaptasi burung ciduk terhadap habitat seekstrem sungai berarus deras. Di habitatnya, air senantiasa bergerak. Predator lebih mudah menemukan objek yang diam di tengah pemandangan yang terus bergerak. Kemungkinan, inilah alasan kenapa burung ciduk selalu bergoyang. Ia menghindari deteksi predator dengan menyesuaikan diri dengan habitatnya yang terus bergerak.

3. Adaptasi “terbang” di dalam air

Burung ciduk cokelat berenang di permukaan sungai.
Burung ciduk cokelat berenang di permukaan sungai. (commons.wikimedia.org/Alpsdake)

Di samping kebiasaan uniknya, burung ciduk paling dikenal dari kemampuan berenang dan menyelamnya. Layaknya penguin dan burung penyelam lainnya, burung ciduk mengepakkan sayapnya di dalam air. Sayap pendeknya itu disusun dari otot-otot yang sangat kuat untuk mendayung di dalam sungai yang berarus deras.

Burung ciduk juga menyimpan lebih banyak oksigen berkat kadar hemoglobin yang sangat tinggi di dalam darahnya untuk bantu menyelam dalam waktu lama. Ia juga bisa mengontrol lensa matanya untuk bantu melihat lebih jelas di dalam air. Lubang hidungnya dilindungi lipatan khusus untuk mencegah masuknya air. Matanya pun dilindungi dari air lewat kelopak mata tambahan alias membran pengelip.

Semua adaptasi ini tidak ditemukan pada burung pengicau lainnya karena burung pengicau memang tidak menyelam. Adaptasi seperti ini justru umum dimiliki burung penyelam dan burung laut seperti penguin, pecuk, bebek selam, alka (auk), dendang laut (gannet), hingga beo laut (puffin). Namun adaptasi ini dikembangkan oleh burung ciduk lewat evolusi selama ribuan, bahkan jutaan tahun.

Menariknya lagi, burung ciduk tidak sekadar berenang dan menyelam. Ia menambatkan tubuhnya di dasar sungai dan berjalan di dalam air. Berkat jari kaki yang panjang serta cakar yang kuat, burung ciduk bisa mencengkeram dasar sungai yang licin untuk berjalan di bawah air yang mengalir deras. Dengan begini, ia bisa menggapai telur ikan, larva serangga, dan invertebrata air yang hidup di dasar sungai.

4. Bulunya tidak bisa basah

Burung ciduk amerika mencelupkan kepalanya ke dalam air.
Burung ciduk amerika mencelupkan kepalanya ke dalam air. (commons.wikimedia.org/Knecht03 )

Gaya hidup akuatik membuat burung ciduk berevolusi jadi burung pengicau yang tahan air. Bulunya sangat lembut dan padat. Seekor burung ciduk diduga memiliki bulu 1,5 kali lebih banyak dari burung sikatan yang bertubuh lebih besar. Diungkapkan laman Birds of the World, seluruh permukaan tubuh burung ciduk ditumbuhi bulu. Padahal, umumnya unggas punya area kulit telanjang yang disebut feather tract di mana bulu tidak tumbuh. 

Burung ciduk juga punya kelenjar preen atau kelenjar minyak di dekat ekor yang berukuran lebih besar dari burung lainnya. Minyak inilah yang bantu bulu burung ciduk senantiasa tahan air. Saat di dalam air, burung ini terlihat seperti dilindungi lapisan keperakan yang menyelimuti sekujur tubuhnya.

Menurut laman Discover Wildlife, lapisan perak ini sebenarnya ribuan gelembung udara yang diperangkap oleh minyak pada bulu-bulu burung ciduk. Itulah kenapa burung ciduk bisa berenang dan berdiri di tengah sungai tanpa basah kuyup. Lapisan perak ini juga bantu burung ciduk berkamuflase di dalam air supaya tidak terdeteksi oleh predator. 

Tidak ada yang menyangka kalau di balik tubuh bulat mungil burung ciduk terdapat deretan panjang adaptasi yang membuatnya mampu bertahan hidup di sungai berarus deras. Ini jadi bukti kalau kehidupan pasti menemukan cara untuk bertahan hidup di lingkungan yang paling ekstrem sekalipun. Burung pengicau seperti burung ciduk yang umumnya tidak tinggal di sungai berarus deras pun bisa jadi ahlinya hidup di wilayah tersebut. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Neuschwanstein, Istana Dongeng yang Menginspirasi Disney

11 Des 2025, 12:49 WIBScience