Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Cacing pendar (commons.wikimedia.org/Alan Rockefeller)

Cacing pendar bukanlah cacing, melainkan kumbang. Mereka mendapat namanya dari cahaya yang dipancarkan. Cacing pendar ditemukan di seluruh dunia, namun hewan ini terkenal di Selandia Baru. Hewan ini kerap menghiasi banyak langit-langit gua dan hutan semak melalui cahaya remang-remangnya di Selandia Baru.

Sebenarnya, cacing pendar atau cacing bercahaya adalah larva yang menghasilkan tabung lendir bercahaya. Hewan ini masuk dalam famili lampyridae bersama saudaranya yakni kunang-kunang dan serangga petir. Habitatnya meliputi hutan, padang rumput, kebun, goa dll.

Nama ilmiahnya arachnocampa luminosa artinya ‘cacing laba-laba yang terang’. Mari telusuri apa saja hal-hal unik dari hewan bercahaya tersebut. Check this out.

1.Ciri fisik cacing pendar

Cacing pendar (commons.wikimedia.org/Uwe Schneehagen)

Cacing pendar berbentuk larva muda (menyerupai cacing) di mana panjangnya hanya beberapa mm. Namun ketika memasuki periode 6 hingga 9 bulan, larva akan terus tumbuh hingga panjang kisaran 3-4 cm, terang Teara.

Cacing pendar kedapatan menggantung secara longgar di tempat lembap dan terlindungi di dalam sebuah tabung berbentuk horizontal yang terbuat dari sutra dan lendir. Kumbang ini hidup di gua yang memilki garis sepanjang 500 mm.

Setiap garis terbuat dari sutra disertai tetesan lendir yang lengket seperti manik-manik. Biasanya cacing dapat membuat hingga 25 garis dalam semalam yang menghabiskan waktu selama 15 menit untuk membuat garis.

Tetesan dihasilkan banyak dimulai dari terbesar, ditambah sehelai sutra pendek, dan tetesan lainnya dan sehelai sutra lagi. Larva yang hampir dewasa memiliki sebanyak 70 garis. Tabungnya bersifat fleksibel membuat larva dapat mondorong kepalanya keluar untuk mengambil tali, kemudian menelannya untuk digunakan kembali.

2.Cahaya yang dikeluarkan cacing pendar

Cacing pendar (commons.wikimedia.org/Mnolf)

Mengutip Biologydictionary, larva ini mengeluarkan cahaya bersifat bioluminesensi merupakan cahaya alami yang tercipta melalui reaksi kimia. Jelasnya, bioluminesensi disebabkan oleh molekul biologis yang menyerap energi serta melepaskannya sebagai cahaya.

Ketika adenosina trifosfat mentransfer energi ke bioluminesensi, secara perlahan melepaskan banyak energi. Bioluminesensi digunakan oleh cacing pendar untuk memancarkan cahaya dengan berbagai warna.   

Saat menjadi betina dewasa, mereka akan memancarkan cahaya hijau kekuningan untuk menarik perhatian jantan. Betina akan menuju batang rumput untuk mengarahkan cahayanya ke atas. Ini merupakan cara maksimal untuk mendapatkan cinta si jantan.

3.Hanya bisa makan dalam bentuk cacing pendar atau larva

Cacing pendar (commons.wikimedia.org/Peter de Lange)

Cahaya yang dipancarkan untuk menarik mangsa. Langkah ini berhasil karena mangsanya mengira bahwa cacing pendar adalah langit yang berkilau. Kemudian mangsanya terbang ke atas dan tanpa sadar terjebak dalam barisan cacing pendar. Sang larva kemudian keluar dari tabungnya untuk melahap mangsanya.

Adapun mangsanya meliputi segala jenis serangga terbang: lalat capung, lalat caddisflies, ngengat, laba-laba, wereng dan kaki seribu. Larva ini juga bisa memotong mangsa berukuran besar. Uniknya, ketika larva sedang lapar, cahaya yang dihamparkan akan semakin terang, lho, dilansir Nzpocketguide.

4.Cara cacing pendar berkembang biak

Cacing pendar menjadi kumbang dewasa (commons.wikimedia.org/Douglas Steven Kerr)

Dilansir Animals net, awal perkembangbiakan dimulai saat betina menemukan tangkai tanaman untuk dipanjat. Betina membersihkan diri dari sebagian besar tumbuh-tumbuhan. Cahaya yang dikeluarkannya adalah menarik perhatian jantan dengan membungkukkan perutnya ke atas memperlihatkan organ-organnya.

Hasil dari perkawinannya, betina biasanya bertelur sebanyak 70-100 butir. Telur menetas menjadi larva atau cacing pendar. Periode sebagai larva biasanya berlangsung dari 9-12 bulan. Kemudian menjadi kepompong sebagai pelindung untuk bersiap memasuki periode dewasa.

Serangga dewasa disebut agas jamur dewasa. Selanjutnya, kubang dewasa hanya berusia 2-5 hari akan mencari pasangan untuk meneruskan keturunan sebelum mereka mati. Mereka tidak punya mulut sehingga sudah tidak bisa makan, hanya mengandalkan energi yang tersimpan dalam tubuhnya.

5.Famili lain yang mengaku sebagai cacing pendar

Potret phengodidae (commons.wikimedia.org/Geoff Gallice)

Selain famili lampyridae, famili lain yakni phengodidae juga menurunkan spesies disebut cacing pendar atau kumbang glowworm. Ciri-cirinya di mana jantan tidak bisa makan dan berumur pendek. Sedangkan betinanya memangsa serangga lain.

Adapun predator dari cacing pendar seperti berbagai burung, mamalia, reptil, amfibi, laba-laba dan serangga lainnya. Cacing pendar pun gak bahaya, lho bagi manusia karena mereka tidak beracun.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team