Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret celepuk afrika saat malam hari
potret celepuk afrika saat malam hari (commons.wikimedia.org/Derek Keats)

Intinya sih...

  • Celepuk afrika memiliki persebaran luas di Afrika sub-Sahara dan habitat yang beragam.

  • Burung ini memiliki kemampuan kamuflase unik untuk menyamar sebagai dahan pohon saat istirahat siang hari.

  • Kehidupan sosial celepuk afrika terbilang fleksibel, tidak teritorial, dan melakukan monogami dalam sistem reproduksi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Burung hantu (ordo Strigiformes) merupakan kelompok burung predator nokturnal yang terbagi atas 2 famili utama dan lebih dari 200 spesies berbeda. Dua famili utama itu adalah Strigidae yang dikenal sebagai burung hantu sejati dan Tytonidae yang dikenal sebagai burung hantu gudang. Otus jadi salah satu genus dalam famili Strigidae dengan jumlah spesies terbanyak, yakni mencapai 59 spesies berbeda. Salah satu di antaranya ialah celepuk afrika (Otus senegalensis).

Spesies burung hantu ini tampil dengan warna bulu abu-abu kecokelatan dengan beberapa corak berwarna putih dan hitam di beberapa titik. Di bagian kepala, terdapat bulu yang menonjol keluar sehingga tampak seperti telinga. Tak ketinggalan, bagian mata celepuk afrika terdiri atas sepasang mata berukuran besar dengan perpaduan warna kuning dan hitam.

Soal ukuran, celepuk afrika termasuk spesies burung hantu kecil. Panjang tubuh mereka hanya sekitar 15—17 cm, rentang sayap 45 cm, dan bobot antara 45—120 gram saja. Pada kesempatan ini, kita akan kupas beberapa hal menarik yang dimiliki spesies burung hantu dengan persebaran superluas ini. Penasaran, kan? Langsung simak ulasannya di bawah ini, ya!

1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

celepuk afrika bertengger di dahan pohon (commons.wikimedia.org/Derek Keats)

Seperti yang sudah diungkap sebelumnya, celepuk afrika termasuk spesies burung hantu dengan persebaran yang sangat luas. Sesuai dengan nama yang disematkan, mereka utamanya berada di kawasan Afrika. Lebih spesifik lagi, celepuk afrika berada di kawasan Afrika sub-Sahara atau seluruh wilayah Afrika yang tidak termasuk kawasan Afrika Utara. Mereka hanya absen di sedikit wilayah Afrika Tengah dan Selatan saja. Data Zone by Birdlife melansir kalau luas persebaran burung ini mencapai angka 24,3 juta km persegi.

Pilihan habitat celepuk afrika pun terbilang beragam. Mereka bisa hidup nyaman di sekitar hutan hujan, hutan bakau, sabana, padang rumput, semak belukar, ataupun taman yang dibangun manusia. Elevasi yang biasa mereka pilih punya rentang antara 0—2.000 meter di atas permukaan laut. Tentunya, celepuk afrika juga tergolong hewan nokturnal sehingga aktivitas lebih banyak terjadi setelah Matahari terbenam.

Salah satu aktivitas tersebut adalah mencari makan. Uniknya, sebagai karnivor sejati, celepuk afrika justru lebih banyak menargetkan serangga seperti belalang, jangkrik, kumbang, ngengat, dan sebagainya. Namun, kadang-kadang burung ini turut mengonsumsi laba-laba, kalajengking, ataupun invertebrata kecil.

Ketika berburu, celepuk afrika mengombinasikan kemampuan indera penglihatan dan pendengaran superior, kelincahan dalam terbang, dan kecepatan dalam menyambar mangsa. Mula-mula burung ini akan melacak keberadaan mangsa dari atas pohon. Setelah berhasil mendeteksi keberadaan mangsa, mereka langsung terbang dalam diam dan menukik tajam ke arah target sebelum akhirnya menyambar si mangsa dengan mulut atau cakar sebelum akhirnya mengonsumsinya.

2. Kemampuan kamuflase yang unik

Bisakah kamu menemukan sosok celepuk afrika pada foto yang satu ini? (commons.wikimedia.org/Alastair Rae)

Celepuk afrika banyak menghabiskan waktu di atas pohon, terutama saat siang hari. Sebab, pada saat itu, mereka akan tidur atau beristirahat sampai Matahari terbenam. Masalahnya, pada momen tersebut, mereka cukup rentan untuk diserang predator lain kalau tidak waspada. Beruntungnya, penampilan fisik celepuk afrika sangat membantu dalam mengatasi masalah tersebut.

Warna bulu celepuk afrika terbilang sangat mirip dengan pohon-pohon yang ditumpangi ketika beristirahat. Kalau warna bulu belum meyakinkan, mereka juga punya gerakan khusus supaya makin terlihat mirip dengan dahan pohon. Dilansir Kruger National Park, mereka akan sedikit memanjangkan tubuh, agak memiringkan tubuh, dan bergerak layaknya diterpa angin sambil agak memejamkan mata untuk istirahat. Gerakan ini membuat celepuk afrika terlihat begitu mirip dengan dahan ataupun batang pohon.

3. Kehidupan sosial

celepuk afrika sedang bertengger sendirian (commons.wikimedia.org/Regina Hart)

Kehidupan sosial celepuk afrika terbilang cukup fleksibel. Mereka dapat tinggal sendiri, membentuk kelompok kecil yang tak terikat erat, ataupun bersama dengan pasangan saja. Kalau tinggal secara berkelompok, biasanya akan ada beberapa pasangan yang membangun sarang di lokasi yang sama dan saling berdekatan tanpa adanya konflik antar pasangan tersebut.

Hal ini disebabkan karena celepuk afrika bukan termasuk hewan teritorial, dilansir Animalia. Artinya, mereka akan menoleransi kehadiran individu lain di sekitar, bahkan ketika itu bukan anggota kelompok. Burung hantu ini juga punya panggilan khusus untuk sesama, khususnya pasangan. Mereka akan mengeluarkan suara mirip katak yang terdengar seperti krurr dengan jeda sekitar 1 detik antar masing-masing bunyi selama 5—8 detik sekali.

4. Sistem reproduksi

Celepuk afrika merupakan salah satu contoh hewan yang setia dengan pasangan. (commons.wikimedia.org/Derek Keats)

Celepuk afrika merupakan contoh hewan yang melakukan monogami alias setia dengan 1 pasangan. Musim kawin burung ini berlangsung antara April—November. Pasangan yang terbentuk terbilang kompak dalam mempersiapkan sarang sampai merawat anak. Mula-mula, celepuk afrika jantan mencari pohon dengan lubang yang sesuai untuk dijadikan sarang. Setelah ketemu, ia akan memanggil betina pasangannya untuk mulai membersihkan lubang di pohon tersebut.

Owl Pages melansir kalau celepuk afrika betina umumnya menghasilkan 2—3 butir telur dalam satu musim kawin. Kadang-kadang jumlah telur bisa mencapai 4—6 butir. Telur-telur tersebut menjalani masa inkubasi selama 24—27 hari. Hanya betina yang bertugas mengerami telur, sementara jantan mencari makan untuk diri sendiri dan pasangan di sarang. Setelah anak menetas, tugas ini tetap sama dan kedua induk akan merawat anak-anak mereka selama 3—4 minggu. Di alam, celepuk afrika diketahui hidup selama 10—30 tahun.

5. Status konservasi

celepuk afrika sedang beristirahat saat siang hari (commons.wikimedia.org/Derek Keats)

Menurut catatan IUCN Red List, status konservasi celepuk afrika saat ini ada pada tingkatan risiko rendah (Least Concern). Selain itu, tren populasi burung hantu ini juga terbilang stabil dari tahun ke tahun. Hal tersebut terbilang wajar karena sejatinya mereka punya peta persebaran yang sangat luas.

Tidak disebutkan pula keberadaan ancaman yang serius dari spesies burung hantu ini. Bahkan, sekalipun habitat alami mereka tergerus karena aktivitas manusia yang membuka lahan secara besar-besaran, burung ini terbukti mampu beradaptasi dengan lingkungan yang dibangun manusia, khususnya wilayah kebun, pertanian, ataupun taman. Celepuk afrika tidak dijadikan hewan buruan, baik untuk permainan ataupun oleh masyarakat sekitar.

Dari sini, terlihat jelas kalau celepuk afrika termasuk kelompok hewan yang sangat mampu untuk mengikuti perubahan di sekitar. Tak hanya evolusi yang membuat tubuh mereka dapat berkamuflase dengan pohon yang jadi tempat tinggal, kehadiran manusia di sekitar mereka pun juga mampu diatasi dengan baik berkat perilaku membiasakan diri dengan bangunan manusia. Benar-benar contoh burung adaptif, ya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎