Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5Fakta Coyote, Hewan Penting Bagi Penduduk Asli Amerika

Koyote (commons.wikimedia.org/Henry)
Intinya sih...
  • Koyote bukan anjing melainkan kerabatnya masuk dalam kategori canidae. Mereka tinggal di Amerika Utara dan mempunyai habitat tersebar di rumput, gurun, hutan dan hutan hujan tropis.
  • Koyote memiliki perbedaan ciri sesuai jenis kelaminnya, seperti berat tubuh dan warna bulu yang bervariasi. Mereka juga mengendalikan limpahan populasi hewan pengerat dan memakan berbagai makanan.
  • Komunikasinya melalui suara seperti gonggongan, geraman, rengekan, lolongan serta komunikasi lain melalui menandai aroma. Dalam cerita rakyat penduduk asli Amerika menceritakan koyote sebagai penipu yang cerdas.

Coyote atau Koyote disebut anjing hutan, namun mereka bukan anjing melainkan kerabatnya masuk dalam kategori canidae. Koyote adalah spesies yang tinggal di sebagian besar Amerika Utara seperti Amerika Serikat, Kanada, Meksiko bahkan Panama (kepulauan Karibia). Habitatnya tersebar di rumput, gurun, hutan dan hutan hujan tropis.

Koyote disinyalir mulai muncul sejak era Pleistosen tengah berdasarkan temuan fosil bertanda sekitar 1 juta terakhir. Lanjutnya, koyote dipercaya juga muncul saat periode kepunahan hewan besar saat zaman es.

Koyote lebih tua daripada serigala abu-abu. Mereka memilki tengkorak dan rahang relatif sempit serta tak memiliki kekuatan menggenggam diperlukan untuk menahan ancaman predatornya, jelas Projectcoyote.

Nama ilmiah yakni Canis latrans dari bahasa Latin artinya ‘menggonggong atau anjing menggonggong. Koyote sendiri namanya diadaptasi oleh pemukim Spanyol dari kata ‘nahuatl’ dari bahasa Aztec untuk hewan di Mesoamerika. Koyote sangat akrab terhadap kehidupan para suku asli Amerika. Baca selengkapnya untuk mengetahuinya ya.

1.Ciri fisik koyote

Koyote (commons.wikimedia.org/Henry)

Dilansir Kids kiddle, ada perbedaan ciri sesuai jenis kelaminnya. Jantan memiliki berat hingga 20 kg dan betinanya berkisar 18 kg. Warnanya bervariasi seperti abu-abu muda dan merah diselingi warna hitam dan putih di sekujur tubuhnya.

Ditemukan bahwa koyote yang tinggal di dataran tinggi lebih dominan hitam dan abu-abu. Sedangkan koyote yang berada di gurun berwarna abu-abu atau putih. Mereka memiliki telinga cenderung panjang dan tempurung otak relatif besar.

Koyote memiliki mantel bulu panjang dan padat untuk menghadapi musim dingin. Sebaliknya saat musim panas mereka memiliki lapisan bawah yang ringan dan pendek sehingga membuatnya terlihat lebih ramping dan kecil.

2.Koyote mengendalikan ceruk ekologis di lingkungannya

Koyote (commons.wikimedia.org/Henry)

Animalia bio menyebut, koyote mengendalikan limpahan populasi hewan pengerat seperti tikus dan kelinci yang membantu para petani agar lahan pertanian tidak mengalami kerugian misalnya kerusakan panen karena dikacaukan dan dirusak oleh para hewan tersebut.

Mereka juga memakan berbagai makanannya seperti serangga, kadal, ular, sayur-sayuran dan buah-buahan. Diketahui koyote juga memburu rusa baik masih anak-anak maupun dewasa. Omong-omong soal berburu, koyote berburu pada siang dan malam di pedesaan, sedangkan di perkotaan, mereka melakukannya saat fajar dan senja.

3.Punya banyak vokalisasi beragam

Koyote (commons.wikimedia.org/Henry)

Komunikasinya melalui suara seperti gonggongan, geraman, rengekan, lolongan. Lolongan panjangnya digunakan untuk memberi informasi kepada anggota kawanan lainnya tentang keberadaannya. Gonggongannya yang pendek dimanfaatkan untuk memperingatkan bahaya.

Komunikasi lain melalui menandai aroma. Kelanjarnya yang terletak di sekitar ekornya digunakan sebagai alat pemberi sinyal terhadap sesama koyate. Tempat menandai wilayahnya seperti bebatuan, semak dll.

4.Koyote dalam budaya tradisional di habitat aslinya

Koyote (commons.wikimedia.org/David A Mitchell)

Dalam cerita rakyat penduduk asli Amerika menceritakan koyote sebagai penipu yang cerdas. Setelah penjajahan Eropa di Amerika, orang barat mengangggap koyote sebagai hewan pengecut dan tak dapat dipercaya.

Dalam hal kepercayaan dan mitos, koyote melambangkan kekuatan militer di era klasik Teotihuacan di mana pejuang Aztec mengenakan kostum koyote untuk menghadapi predatornya.

Selain itu, banyak suku asli Amerika percaya bahwa koyote mampu mendatangkan musim dingin ke dunia dengan mencuri cahaya dari suku Chinook, Maidu, Pawnee, Tohono O’odham, Ute dan Kachina (roh dalam kepercayaan suku Pueblo) menggambarkan koyote sebagai pendamping sang pencipta.

Kisah banjir dari Tohono O’odham menceritakan koyote membantu Montezuma (dewa dalam mitologi suku Tohono O’odham dan Pueblo) bertahan dari banjir global yang menghancurkan manusia. Setelah sang pencipta menciptakan manusia, koyote dan Montezuma mengajari manusia cara untuk hidup.

5.Bersifat monogami dan kedua induk membesarkan anaknya bersama-sama

Koyote (commons.wikimedia.org/Renee Grayson)

Jantan koyote alaminya bersifat monogami namun tidak murni. Sebab, kisah cinta pasangan koyote tidak selalu seumur hidup periodenya hanya selama beberapa tahun. Masa kawinnya berlangsung singkat antara Januari dan Maret setiap tahunnya.

Betani cenderung hanya berahi selama beberapa hari dalam setahun sehingga ada sedikit penundaan dalam menghasilkan keturunan. Jumlah anaknya sekitar 6 ekor akan dilahirkan di sarang dengan maksimal hingga 19 anak.

Kedua induknya bersama-sama merawat anaknya dengan sepenuh hati. Diperlukan waktu lebih dari 1 bulan untuk menyapih anak-anaknya sepenuhnya. Dalam perkembangannya, si jantan kecil sudah mulai mencari peruntungan sendirian, sedangkan sang betina akan tetap bersama kawanannya lebih lama.

Dikarenakan kecepatan dan ketangguhannya, diketahui koyote hanya memiliki sedikit predator alami di alam liar seperti serigala, beruang, puma, alligator dan predator besar lainnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us