Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi koloni mini di dunia antariksa yang tengah  dikembangkan oleh ilmuwan (unsplash.com/Joe Han)
Ilustrasi koloni mini di dunia antariksa yang tengah dikembangkan oleh ilmuwan (unsplash.com/Joe Han)

Intinya sih...

  • Simulasi microsociety di luar angkasa telah dilakukan oleh NASA, ESA, dan startup untuk mempelajari pembentukan sistem sosial, ekonomi, dan budaya baru.
  • ISS adalah microsociety pertama yang berfungsi dengan dinamika kelompok yang menunjukkan kerjasama lintas budaya sebagai kunci bertahan hidup di lingkungan tanpa gravitasi.
  • Habitat semacam ini adalah prototipe masa depan bagi koloni manusia di Mars, Bulan, atau stasiun orbit dengan nilai, norma, dan budaya baru yang muncul di luar angkasa.

Pernahkah kamu membayangkan hidup di komunitas kecil yang mengapung di orbit Bumi, jauh dari hiruk pikuk kehidupan di planet ini? Konsep microsociety di luar angkasa bukan lagi fiksi ilmiah. Ia kini menjadi studi serius para ilmuwan dan futuris dalam upaya menjawab pertanyaan besar, yaitu bagaimana cara manusia membangun peradaban di luar Bumi?

NASA, ESA, dan sejumlah startup luar angkasa telah mulai mengembangkan simulasi kehidupan komunitas mini atau microsociety di lingkungan ekstrem seperti Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) hingga habitat eksperimental di Mars. Ini bukan hanya soal bertahan hidup, tapi tentang menciptakan sistem sosial, ekonomi, dan budaya baru dalam skala mikro—yang suatu hari bisa menjadi cikal bakal masyarakat antariksa.

1. Microsociety sudah dimulai di stasiun luar angkasa internasional, miniatur mini manusia bukan lagi mimpi

Ilustrasi stasiun luar angkasa internasional yang meneliti tentang miniatur mini manusia langit (unsplash.com/NASA)

Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) bisa dibilang adalah microsociety pertama yang benar-benar berfungsi. Di sana, sejumlah kecil manusia dari berbagai negara hidup dan bekerja bersama dalam ruang terbatas, berbagi sumber daya, menjalankan tugas, dan bahkan memiliki etika serta aturan sosial tersendiri. Dalam publikasi jurnal Nature Human Behaviour sepanjang tahun 2019 hingga 2024, para ilmuwan meneliti dinamika kelompok di ISS dan menemukan bahwa kerjasama lintas budaya adalah kunci bertahan hidup di lingkungan tanpa gravitasi.

Sementara itu, dilansir dari portal resmi NASA (2024), Astronaut di ISS punya rotasi kerja, jadwal makan, waktu rekreasi, dan bahkan sistem “komplain” internal. Ini semua menunjukkan bagaimana sistem sosial mikro diatur dalam lingkungan ekstrem. Bahkan NASA memiliki tim khusus yang menangani behavioral health and performance, mengkaji stres psikologis akibat isolasi dan bagaimana menjaga harmoni tim.

Meski jumlah orangnya sedikit, ISS adalah eksperimen sosial hidup yang memberikan gambaran penting tentang bagaimana microsociety bisa dibangun di planet lain.

2. Habitat simulasi Mars jadi latihan membangun peradaban kapsul

Ilustrasi budaya baru yang mungkin muncul dalam microsociety antariksa (unsplash.com/NASA Hubble Space Telescope)

Sejumlah simulasi habitat Mars telah dilakukan di Bumi, seperti Mars Desert Research Station (Utah) dan HI-SEAS (Hawaii), untuk meneliti bagaimana kelompok kecil manusia berinteraksi, membuat keputusan bersama, dan menyelesaikan konflik dalam isolasi. Dalam laporan resmi HI-SEAS NASA-funded missions (2022), disebutkan bahwa tantangan terbesar bukan teknologi, tapi interaksi sosial antaranggota tim.

Simulasi ini melibatkan 4 sampai 6 orang yang hidup terisolasi selama berbulan-bulan, menghadapi simulasi kondisi Mars seperti keterbatasan air, komunikasi tertunda, dan atmosfer yang tidak bisa dihirup. Hasilnya, para peneliti memahami bahwa pemilihan tim, rotasi tugas, dan manajemen emosi adalah kunci menjaga stabilitas microsociety.

Lebih dari sekadar eksperimen ilmiah, habitat semacam ini adalah prototipe masa depan bagi koloni manusia di Mars, Bulan, atau bahkan stasiun orbit. Di sinilah blueprint sosial baru sedang diuji.

3. Tata nilai budaya baru diklaim bisa tercipta juga di luar angkasa

Ilustrasi budaya baru yang mungkin muncul dalam microsociety antariksa (unsplash.com/NASA Hubble Space Telescope)

Bagaimana nilai, norma, dan budaya bisa muncul di luar angkasa? Menurut laporan European Space Agency (ESA) dalam Human and Robotic Exploration Strategy (2021), pembentukan komunitas luar angkasa akan memerlukan adaptasi budaya baru yang sesuai dengan tantangan hidup mikro dan ekstrem.

Dalam microsociety luar angkasa, kita mungkin akan melihat lahirnya sistem hukum baru, bahasa hibrida (hasil komunikasi multinasional), bahkan ritual atau tradisi unik yang tak dikenal di Bumi. Studi oleh anthropologist Cameron Smith di Portland State University yang dirilis oleh situs resmi Science Alert (2024) menunjukkan bahwa budaya kosmik bisa berkembang dari kebutuhan kolektif, bukan warisan etnis. 

Masyarakat yang hidup dalam habitat terbatas akan memprioritaskan kerjasama, efisiensi, dan keberlanjutan, memicu lahirnya tata nilai yang sangat berbeda dari yang kita kenal sekarang.

4. Microsociety diyakini bisa jadi laboratorium terkini yang merupakan solusi alternatif mutakhir

Ilustrasi laboratorium antariksa yang bisa jadi solusi alternatif bagi kehidupan (unsplash.com/Jack Dong)

Bagi ilmuwan sosial, microsociety di luar angkasa adalah “laboratorium hidup” untuk menguji teori-teori lama dalam konteks baru. Bagaimana demokrasi bekerja dalam ruang yang hanya berisi 10 orang? Apakah konsep kepemimpinan masih relevan? Bisa jadi microsociety antariksa akan menciptakan sistem meritokrasi ekstrem atau bahkan bentuk pemerintahan langsung (direct democracy).

Dalam artikel The Conversation (2018), sosiolog Michael Oman-Reagan menekankan bahwa kehidupan luar angkasa memberi peluang untuk menciptakan eksperimen sosial yang tak mungkin dilakukan di Bumi. Misalnya, struktur masyarakat tanpa kelas sosial, sistem distribusi energi dan makanan yang sepenuhnya setara, serta mekanisme kerja kolaboratif tanpa uang.

Koloni mikro ini bisa menjadi cermin alternatif dari masyarakat Bumi, atau bahkan solusi untuk krisis sosial yang sedang kita hadapi saat ini.

5. Lantas, siapa sebenarnya yang berhak mendiami microsociety antariksa tersebut?

Ilustrasi tentang orang-orang yang boleh atau tidak tinggal di luar angkasa (unsplash.com/Joe Han)

Pertanyaan etis tentang seleksi penghuni microsociety luar angkasa sudah mulai dibahas. Apakah hanya orang kaya yang bisa tinggal di Mars? Atau akan ada seleksi berbasis keahlian? Dalam studi Open Lunar Foundation (2023), dijelaskan bahwa perencanaan komunitas antariksa perlu mempertimbangkan keadilan akses, hak-hak manusia, dan diversitas budaya.

Sejumlah skenario seperti misi “One-Way” ke Mars oleh Mars One (meski gagal), telah memunculkan debat etis seputar siapa yang layak, bagaimana kehidupan reproduktif dirancang, hingga bagaimana menjaga pluralisme di ruang terbatas.

Microsociety luar angkasa bukan hanya soal teknologi dan bahan bakar, tapi juga tentang siapa yang diizinkan bermimpi tentang kehidupan kedua di luar Bumi.

Microsociety di luar angkasa adalah refleksi kecil dari impian besar manusia untuk melampaui batas planet ini. Di balik konsep canggihnya, ia menyimpan pertanyaan eksistensial, yakni jika kita membangun dunia baru di langit, akankah kita membawa serta masalah lama atau menciptakan peradaban yang lebih baik?

Ketika dunia mengecil ke dalam kapsul antariksa, bisa jadi justru di sanalah masa depan kehidupan manusia dimulai kembali—dengan cara, nilai, dan harapan yang tak lagi membumi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team