Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Letusan Tambora yang Paling Mematikan Sepanjang Sejarah

default-image.png
Default Image IDN

Walau hanya memiliki tinggi 2.851 mdpl, tapi Gunung Tambora menghadirkan panorama alam yang begitu menakjubkan. Hamparan hutan hijau, sabana khas afrika di kaki gunung, dan kaldera selebar 7 kilometer menjadi contoh kecil dari indahnya panorama gunung yang terletak di Pulau Sumbawa ini.

Namun, di balik keindahannya, Gunung Tambora menyimpan masa lalu yang kelam. Sebab, gunung ini pernah meletus dahsyat dan letusannya disebut sebagai letusan paling mematikan dalam sejarah. Apa saja sih fakta menarik mengenai letusan Tambora?

1. Salah satu letusan terbesar dalam 10.000 tahun terakhir

popsci.com

Letusan tambora yang terjadi pada bulan April 1815 mencapai skala VEI 7 dari maksimal VEI 8. Letusan ini juga menjadi letusan terbesar sejak letusan Taupo di New Zealand pada tahun 181. Akibat letusannya, sepertiga tubuh Tambora lenyap.

Menurut Volcano Discovery, letusan tambora mengeluarkan 50--150 kilometer kubik magma, menghasilkan kubah kolosal setinggi 50 kilometer, dan mengakibatkan tsunami di seluruh Laut Jawa. Suara gemuruh letusan dilaporkan terdengar hingga Jawa, Ternate, bahkan Sumatera.

2. Letusan Tambora memengaruhi iklim global

wikipedia.org

Letusan dahsyat tambora mengeluarkan 150 juta meter kubik material seperti asap, batuan, dan 60 megaton belerang ke atmosfer. Material tersebut menutupi atmosfer dan menghalangi sinar matahari untuk sampai ke permukaan bumi.

Alhasil, ketiadaan sinar matahari mempengaruhi iklim global selama tiga tahun. Bahkan, di tahun 1816, setahun pasca letusan Tambora, disebut sebagai tahun tanpa musim panas. Selain itu, suhu bumi juga mengalami penurunan hingga tiga derajat celcius.

3. Hilangnya peradaban dan jutaan orang menjadi korban letusan Tambora

pixabay.com/Kanenori

Para sejarawan memperkirakan ada sekitar 100.000 orang yang meninggal akibat dampak langsung dari letusan Tambora. Letusan ini juga bertanggung jawab atas musnahnya kerajaan Sanggar, Tambora, dan Pekat.

Dampak sekunder dari letusan tambora juga memakan banyak korban. Dilansir dari history.com, perubahan iklim akibat letusan tambora mendorong terjadinya gagal panen dan kelaparan di berbagai belahan dunia. 

Selain itu, letusan ini juga berdampak langsung terhadap mencuatnya pandemi kolera. Jika semua ditotal, maka korban dari letusan Tambora dapat mencapai sekitar 10 juta orang!

4. Letusan Tambora menjadi cikal bakal penemuan sepeda

morgenpost.de

Kuda menjadi transportasi utama bagi masyarakat Eropa. Namun, sejak gagal panen terjadi, langkanya persediaan pakan kuda membuat para pemilik kuda kesulitan. Alhasil, kuda mereka banyak yang sakit bahkan mati akibat kelaparan.

Hal ini memberikan ide kepada Karl Drais, seorang warga Jerman, untuk menciptakan alat transportasi tanpa menggunakan kuda. Alhasil, sebuah alat beroda dua tanpa kayuh muncul. Penemuannya tersebut menjadi cikal bakal sepeda saat ini.

5. Letusannya menyebabkan kekalahan pasukan Napoleon

forward.com

Di tahun yang sama dengan meletusnya Tambora, pasukan Napoleon Bonaparte dari kekaisaran Prancis sedang berperang melawan koalisi kekaisaran Eropa. 

Sayangnya, walau menang dari segi jumlah, pasukan Napoleon harus takluk. Dari beragam analisis, cuaca ekstrem akibat letusan Tambora ditunjuk sebagai biang kekalahan Napoleon. 

Dalam catatan "Napoleon, The Tambora Eruption and Waterloo" karya John Tarttlein, cuaca ekstrem mengakibatkan pasukan Napoleon terjebak oleh lumpur tebal sehingga efektivitas pasukannya berkurang. Alhasil, pasukan Napoleon mudah disergap oleh pasukan koalisi dan mereka harus menyerah.

Walaupun letusan Tambora menghancurkan wilayah sekitarnya, tapi letusannya juga membawa material yang subur dan kaya akan unsur hara. Sehingga, ekosistem di sekitar Tambora bisa kembali pulih dan membawa manfaat bagi kehidupan di sekitarnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Arifina Budi A.
EditorArifina Budi A.
Follow Us