6 Fakta Menarik Chamois, Kambing Tak Biasa dari Pegunungan Eropa 

Chamois merupakan salah satu anggota keluarga bovid, selain sapi, kambing, domba, dan sebagainya. Secara taksonomi, mereka kurang tepat disebut kambing. Chamois masuk dalam genus Rupicapra, sementara kambing domestik yang banyak kita kenal tergolong dalam genus Capra.

Dilansir laman Animalia, chamois punya bobot antara 25—60 kilogram dengan panjang tubuh gak sampai 1,5 meter. Mereka mudah dikenali dari tanduknya yang tegak lurus dengan ujung melengkung menyerupai kait.

Genus Rupicapra meliputi dua spesies chamois, yakni chamois pirenia dan chamois alpen. Sesuai namanya, mereka mendiami beberapa pegunungan yang berbeda di Eropa.

Mengutip laman Animal Diversity Web, spesies chamois pirenia bisa kamu temukan di pegunungan Apennini yang membentang sepanjang Italia, sementara chamois alpen tinggal di pegunungan Kaukasus dan beberapa pegunungan di Eropa Selatan dan Eropa Tengah. Di wilayah Pegunungan Pirenia yang membatasi Prancis dan Spanyol, kamu bisa menemukan keduanya!

Saat musim semi dan musim panas, bulu chamois berwarna cokelat kemerahan yang cerah. Bulunya jadi lebih tebal dan berwarna cokelat gelap, bahkan nyaris hitam, saat musim dingin menjelang. Selain untuk menjaganya tetap hangat, perubahan warna bulu ini juga membuat chamois tersamarkan lebih baik di habitatnya di pegunungan. Jadi, mereka gak mudah dimangsa predator.

Selain dari tanduknya yang menyerupai kait, kamu juga bisa mengenali chamois dari pola warna di wajahnya. Ada garis gelap di sisi-sisi wajah yang melintasi kedua matanya hingga ke ujung moncong.

Chamois merupakan hewan yang memamah biak. Artinya, mereka mengunyah kembali makanan yang sudah ditelannya. Saat makanan melimpah, umumnya chamois melahap rerumputan dan bunga-bungaan yang tumbuh di tempat tinggalnya. Namun, saat musim dingin tiba dan kebanyakan rerumputan tertimbun salju, mereka akan beralih mengonsumsi lumut-lumutan hingga tunas pinus.

Musim dingin yang ganas membuat sumber makanan tak selalu ada dan chamois bukanlah hewan yang melakukan hibernasi untuk menghemat energinya. Herbivor ini bisa tahan tidak makan sampai dua minggu lamanya.

Chamois jantan hidup menyendiri dan baru bergabung dengan kawanan kalau memasuki musim kawin. Saat bertarung, mereka tidak beradu kepala seperti yang dilakukan kambing atau domba karena tengkoraknya lebih rapuh.

Mereka akan terlibat dalam pertarungan mematikan antara satu sama lain. Mereka pun saling berkejaran di tebing terjal dan curam, seperti yang diungkapkan laman White Marmotte. Supaya punya lebih banyak peluang untuk menang, mereka akan menimbun lemak dan otot selama musim panas sampai bobotnya 40 persen lebih berat dari betina. 

Saat merasa terancam, chamois akan berlari cepat ke area yang sulit dijangkau predator. Menurut Toronto Zoo, hewan ini bisa berlari di medan yang sulit dengan kecepatan mencapai 50 kilometer per jam. Mereka juga bisa melompat sampai ketinggian 2 meter dan sejauh 6 meter!

Kemampuannya bergerak dengan lihai di medan sulit dibantu oleh struktur tapak kakinya yang spesial. Mamalia ini jadi gak gampang tergelincir di permukaan yang licin maupun yang penuh bebatuan tajam. Mereka bisa dengan mudah berjalan di atas tumpukan salju maupun memanjat atau menuruni tebing yang curam!

Nah, setelah tahu keenam faktanya, bagaimana pendapatmu tentang mamalia unik satu ini? Apa kamu tertarik untuk melihat mereka secara langsung?