Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret Kota Nanjing, China
potret Kota Nanjing, China (unsplash.com/Julius Carmine)

Intinya sih...

  • Kawasan Five Great Avenues, miniatur Eropa di tengah Asia

  • Tianjin Eye, bianglala raksasa di atas sungai

  • Jiefang Bridge, saksi bisu perubahan zaman

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tianjin adalah salah satu kota terbesar di Tiongkok yang punya pesona unik karena berhasil menggabungkan nuansa klasik Eropa dengan sentuhan budaya Tiongkok yang kental. Kota ini terletak di pesisir utara dan menjadi gerbang penting menuju Beijing, sekaligus pusat ekonomi, budaya, dan sejarah yang berkembang pesat. Meski modern, Tianjin masih menyimpan jejak masa kolonial yang bisa terasa dari setiap sudut jalan, terutama di kawasan tua yang penuh bangunan bergaya Barat. Kombinasi ini membuat Tianjin terlihat seperti dua dunia yang berpadu dalam harmoni yang memukau.

Berjalan di Tianjin seolah sedang melintasi dua benua sekaligus—di satu sisi terasa atmosfer Eropa yang elegan, sementara di sisi lain terasa getaran tradisional khas Tiongkok yang penuh warna. Dari jembatan batu, gedung kolonial, sampai gang kecil dengan aroma jajanan lokal, semua menghadirkan pengalaman yang sulit terlupakan. Gak heran kalau kota ini jadi destinasi favorit para wisatawan yang mencari suasana klasik namun tetap hidup dengan modernitas. Berikut ini lima fakta menarik yang membuat Tianjin begitu istimewa dan berbeda dari kota besar lain di Tiongkok.

1. Kawasan Five Great Avenues, miniatur Eropa di tengah Asia

potret Wu Da Dao, Tianjing, China (commons.wikimedia.org/xiquinhosilva)

Salah satu daya tarik utama Tianjin adalah kawasan Five Great Avenues (Wu Da Dao) yang terkenal dengan arsitektur bergaya Eropa dari masa kolonial. Di area ini, terdapat lebih dari 230 bangunan dengan desain khas Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dan Spanyol. Saat berjalan di sepanjang jalannya, suasananya seperti sedang berada di Eropa tahun 1920-an, lengkap dengan jalanan berpohon rindang dan rumah megah berfasad batu bata merah. Banyak wisatawan yang datang ke sini hanya untuk menikmati atmosfer klasik sambil berfoto di depan bangunan-bangunan bersejarah yang masih terawat dengan baik.

Namun, yang membuat kawasan ini menarik bukan hanya arsitekturnya, tapi juga sejarahnya yang panjang. Dahulu, wilayah ini merupakan tempat tinggal bagi diplomat dan pengusaha asing yang menetap di Tianjin selama masa konsesi asing. Kini, Five Great Avenues berubah jadi area budaya dan wisata yang penuh galeri seni, kafe, dan butik antik. Kawasan ini membuktikan bagaimana Tianjin berhasil menjaga warisan sejarah Eropa tanpa kehilangan jati dirinya sebagai kota Tiongkok yang modern dan dinamis.

2. Tianjin Eye, bianglala raksasa di atas sungai

potret Tianjin Eye, Tianjing, China (unsplash.com/Terry)

Tianjin Eye atau The Tientsin Eye adalah ikon modern kota ini yang sekaligus menjadi salah satu bianglala paling unik di dunia. Terletak di atas Jembatan Yongle yang melintasi Sungai Hai, Tianjin Eye menawarkan pemandangan spektakuler dari ketinggian 120 meter. Saat malam tiba, lampu-lampu warna-warni di sekeliling bianglala memantulkan cahaya indah ke permukaan sungai, menciptakan panorama kota yang romantis dan memukau. Pengalaman menaiki Tianjin Eye terasa seperti menyaksikan dua dunia: lanskap modern dan sejarah yang berdampingan dalam harmoni.

Selain sebagai tempat wisata, Tianjin Eye juga menjadi simbol kemajuan kota yang terus berkembang tanpa meninggalkan keindahan estetikanya. Dari atas bianglala ini, pengunjung bisa melihat paduan arsitektur kolonial dan bangunan futuristik yang tersebar di seluruh penjuru kota. Pemandangan seperti ini jarang ditemui di tempat lain, dan menjadi bukti nyata bahwa Tianjin tahu cara menyeimbangkan kemajuan dengan warisan budaya yang kaya.

3. Jiefang Bridge, saksi bisu perubahan zaman

potret Jiefang Bridge, Tianjin, China (commons.wikimedia.org/2v5o68z)

Jembatan Jiefang atau Jiefang Qiao adalah salah satu landmark paling ikonik di Tianjin yang menghubungkan dua sisi Sungai Hai. Dibangun pada tahun 1927 oleh arsitek Inggris, jembatan ini menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kota dari masa kolonial hingga era modern. Struktur baja yang kokoh dan mekanisme jembatan gantungnya mencerminkan kemajuan teknologi pada masanya, menjadikannya salah satu keajaiban teknik di Tiongkok kala itu. Kini, Jiefang Bridge tetap berfungsi dan menjadi spot favorit untuk menikmati pemandangan malam kota.

Selain nilai sejarahnya, jembatan ini juga punya daya tarik visual yang kuat. Saat malam datang, lampu-lampu di sepanjang jembatan menciptakan pantulan indah di air sungai yang tenang. Banyak pasangan dan fotografer yang menjadikan Jiefang Bridge sebagai latar favorit karena auranya yang romantis dan penuh kenangan. Melihat jembatan ini seolah diajak memahami bagaimana Tianjin berkembang tanpa melupakan masa lalunya yang penuh cerita.

4. Kawasan kota tua (ancient culture street), surga pecinta budaya lokal

potret Ancient Culture Street, Tianjin, China (commons.wikimedia.org/danmairen)

Bagi yang ingin merasakan sisi tradisional Tianjin, kawasan Ancient Culture Street (Gu Wenhua Jie) adalah tempat yang wajib dikunjungi. Jalanan ini dipenuhi toko-toko tua dengan arsitektur khas Dinasti Qing, menjual berbagai kerajinan tangan, lukisan, hingga teh dan camilan khas Tianjin. Suasana klasiknya terasa kuat, dengan lampion merah yang menggantung di sepanjang jalan dan aroma rempah yang memenuhi udara. Setiap langkah terasa seperti kembali ke masa lalu, menyaksikan kehidupan masyarakat Tiongkok zaman dulu yang penuh warna dan kesederhanaan.

Selain sebagai tempat belanja suvenir, kawasan ini juga punya nilai spiritual dan sejarah. Di tengahnya berdiri Tianhou Palace, kuil yang dibangun untuk menghormati Dewi Laut, Mazu. Tempat ini sering digunakan untuk upacara tradisional, membuat suasana budaya lokal terasa semakin hidup. Ancient Culture Street menjadi bukti bahwa Tianjin bukan hanya tentang arsitektur Eropa, tapi juga tempat di mana akar tradisi Tiongkok tetap dijaga dengan penuh kebanggaan.

5. Kuliner Tianjin, paduan rasa timur dan barat

potret goubuli baozi (commons.wikimedia.org/Whhalbert)

Kota Tianjin juga terkenal dengan kulinernya yang menggoda selera, hasil perpaduan antara cita rasa tradisional Tiongkok dan pengaruh kuliner Barat. Salah satu yang paling terkenal adalah goubuli baozi, roti kukus isi daging khas Tianjin yang sudah melegenda sejak abad ke-19. Rasanya gurih, lembut, dan punya aroma khas yang menggugah selera. Selain itu, ada juga jianbing guozi, jajanan seperti crepes dengan telur, saus manis, dan bawang daun yang sering dijual di pinggir jalan.

Yang menarik, banyak restoran di Tianjin yang mengadaptasi gaya penyajian ala Barat tanpa kehilangan sentuhan lokal. Makanan seperti roti, sosis, dan kopi khas Eropa bisa ditemukan dengan rasa dan aroma khas Tiongkok. Ini menunjukkan betapa Tianjin adalah kota yang terbuka terhadap pengaruh budaya luar, namun tetap punya identitas kuliner yang kuat dan berbeda.

Tianjin adalah contoh sempurna bagaimana dua budaya besar bisa berpadu tanpa saling menenggelamkan satu sama lain. Dari arsitektur hingga kuliner, semuanya mencerminkan keharmonisan antara Timur dan Barat yang begitu alami. Kota ini mengajarkan bahwa modernitas dan tradisi bisa berjalan berdampingan tanpa harus kehilangan karakter aslinya. Tianjin bukan sekadar tempat untuk dikunjungi, tapi juga pengalaman yang memikat hati dan pikiran setiap orang yang pernah menapakkan kaki di sana.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian