Mendengar nama suku Karen mungkin akan mengingatkan kita dengan kaum perempuan yang memiliki leher panjang atau biasa disebut Karen Long Neck. Suku Karen ini tinggal di pedalaman Thailand utara yang berbatasan dengan Myanmar.
Selain terkenal akan kaum perempuannya yang memiliki leher panjang, suku Karen ini ternyata memiliki beberapa fakta menarik lainnya. Berikut sepuluh fakta menarik tentang suku Karen.
Suku Karen ini dibagi menjadi beberapa etnis grup. Setiap grup bisa memiliki subetnis lagi. Etnis grup dominannya, yaitu Sgaw (Karen Putih), Pwo, Pa-O, dan Kayah. Dilansir laman Facts and Details, perempuan suku Karen yang memiliki leher panjang merupakan etnis Padaung yang merupakan subetnis dari Kayah.
Berdasarkan informasi dari My Chiang Mai Tour, perempuan suku Karen yang sudah menikah mengenakan baju dengan corak khas suku Karen berwarna gelap atau biasa disebut chay mo soo dan sarung. Untuk perempuan suku Karen yang belum menikah, mereka mengenakan baju polos panjang berwarna putih atau biasa disebut chay kwa.
Suku Karen ini sangat berbakat dalam membuat perhiasan perak yang kemudian menarik para pembuat perhiasan untuk bekerja sama dengan mereka. Perhiasan ini kemudian dijual lewat laman market.unicef.org.uk.
Dilansir laman Peoples of the World, suku Karen ini konon terkenal akan kemampuannya dalam melatih binatang gajah. Kamu yang tertarik untuk belajar langsung dari suku Karen tentang cara berinteraksi dan merawat gajah bisa mengunjungi Karen Tribe Native Elephants di Chiang Mai, Thailand.
Meski memiliki banyak dialek, World Relief fort Worth menyebutkan bahwa 70 persen dari suku Karen menggunakan Sgaw untuk berkomunikasi sehari-hari. Suku Karen yang tinggal di perbatasan tidak berbicara bahasa Burma.
Joseph Huang menulis di artikelnya yang berjudul "Traditional Medicine of Karen, Nepali, and Iraqi Refugees" mengatakan bahwa perempuan suku Karen setelah melahirkan wajib tinggal di dalam rumah selama 1 bulan dan dalam kurun waktu ini mereka dianjurkan untuk mandi dengan air hangat, tidak menyentuh air dingin, dan minum air hangat.
Tradisi ini dipercaya bisa mencegah perempuan dari penyakit setelah melahirkan.
Menurut informasi dari EthnoMed, suku Karen awalnya menganut kepercayaan animisme sebelum misionaris datang pada 1800-an. Kepercayaan animisme ini membuat mereka percaya bahwa semua benda dan makhluk hidup mempunyai roh dan harus dihormati.
Sekarang, suku Karen yang menganut kepercayaan ini sudah berkurang banyak. Kebanyakan dari mereka sekarang memeluk agama Buddha dan Kristen.
Karena konflik politik yang terjadi di Myanmar, suku Karen meninggalkan Myanmar pada 1984. Mereka melarikan diri dan tersebar ke beberapa negara. Kamp pengungsi pertama dan terbesar berada di Mae La yang terletak di distrik Tha Song Yang, Thailand.
Kamp pengungsi ini masih ada sampai sekarang. Berdasarkan informasi dari The Border Consortium, kamp ini digunakan sebagai tempat pendidikan untuk para pengungsi.
Dilansir laman EthnoMed, suku Karen menganut sistem atau tradisi matriarkal, perempuan sebagai kepala keluarga. Laki-laki yang sudah menikah akan pindah dan tinggal bersama istri dan keluarga istrinya.
Dikutip dari laman Karen Organization of Minnesota, perselingkuhan di kehidupan pernikahan suku Karen dianggap tabu yang akan mengakibatkan dampak buruk bagi seluruh penghuni desa.
Itulah sepuluh fakta penting mengenai suku Karen yang perlu kalian ketahui. Suku Karen ternyata memiliki keahlian membuat perhiasan perak yang terkenal dan mereka juga sangat piawai dalam berinteraksi dengan binatang gajah.