7 Fakta Menarik tentang Koprolit, Feses yang Jadi Fosil

- Fosil feses, atau koprolit, mengandung informasi berharga tentang kehidupan prasejarah dan lingkungan mereka.
- Koprolit adalah limbah organik yang mengalami mineralisasi, membutuhkan waktu untuk fosilisasi, dan memberikan petunjuk tentang makanan hewan purba.
- Koprolit tidak hanya berasal dari hewan prasejarah, tetapi juga manusia zaman dulu. Koprolit menjadi bukti sejarah yang membantu ilmu pengetahuan memahami kehidupan purba lebih dalam.
Fosil merupakan benda penting untuk mempelajari sejarah Bumi di masa lalu. Fosil, apa pun bentuknya, dianggap berharga dan bermanfaat, termasuk fosil feses. Fosil feses dikenal sebagai koprolit, yang dalam bahasa Yunani memiliki arti “batu kotoran.”
Secara teknis, koprolit dapat berasal dari hewan apa pun, tetapi koprolit yang paling menarik dan berharga adalah yang berusia jutaan tahun, terutama dari dinosaurus dan reptil lain dari zaman prasejarah. Studi tentang koprolit telah menghasilkan banyak fakta menarik tentang makhluk prasejarah dan kehidupan Bumi di masa lalu. Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang koprolit.
1. Terbuat dari apa koprolit

Koprolit ialah bahan limbah organik yang telah mengalami mineralisasi. Seiring waktu, semua bahan asli tergantikan oleh mineral seperti silikat atau kalsium karbonat. Mineral-mineral ini mengambil bentuk yang sama persis dengan spesimen aslinya. Proses mineralisasi disebut petrifikasi.
2. Koprolit sangat langka

Penemuan koprolit adalah hal yang cukup langka. Pasalnya, feses cenderung membusuk dengan cepat. Semakin cepat suatu objek membusuk, semakin kecil kemungkinannya untuk berhasil menjadi fosil.
Fosilisasi membutuhkan waktu, dan jika suatu material membusuk sebelum proses fosilisasi selesai, maka benda tersebut tidak akan menjadi fosil. Itulah sebabnya benda keras dan tahan lama, seperti tulang dan gigi, merupakan fosil yang jauh lebih umum ditemukan daripada jaringan lunak seperti rambut, tulang rawan, atau koprolit.
3. Koprolit pernah disalahartikan sebagai benda lain

Selama orang menemukan sisa-sisa hewan purba, mereka juga menemukan koprolit. Akan tetapi, pada awalnya koprolit tidak diidentifikasi dengan benar. Orang mengira koprolit tersebut adalah gumpalan bahan yang tidak dapat dicerna atau bahkan batu yang dimakan oleh hewan purba.
Pada awal abad ke-19, seorang pemburu fosil bernama Mary Anning menemukan bahwa 'batu-batu' tersebut kerap ditemukan di bagian perut fosil dinosaurus. Dan saat benda tersebut dipecah, banyak yang berisi tulang ikan, yang membuat Mary Anning kemudian menyadari bahwa benda tersebut adalah feses yang telah menjadi fosil atau koprolit.
4. Koprolit membantu manusia memahami keberadaan serangga purba

Saat mempelajari koprolit dinosaurus, ahli paleoskatologi juga menemukan serangga tertentu yang telah ada jutaan tahun lalu. Hal yang paling menarik pemahaman bahwa beberapa serangga, khususnya kumbang kotoran dan siput, telah ada jauh lebih lama dari yang kita duga sebelumnya. Sebelum penemuan ini, para ahli tidak mengira bahwa suatu spesies serangga telah hidup sejak jutaan tahun lalu, yang artinya mereka berhasil lolos dari beberapa kepunahan massal.
5. Petunjuk mengenai jenis makanan hewan purba

Para ilmuwan mengklasifikasikan hewan zaman dahulu sebagai karnivora, omnivora, atau herbivora dengan mengamati fosil kotorannya. Misalnya, jika ada fragmen tulang, artinya hewan tersebut adalah karnivora. Jika ditemukan bekas gigi pada fragmen tersebut, maka dapat mengungkapkan bagaimana hewan tersebut memakan mangsanya. Sementara, jika di dalam koprolit ditemukan benih, sisa daun, serbuk sari, atau kulit kayu, ini menunjukkan bahwa hewan tersebut adalah herbivora.
Selain klasifikasi hewan berdasarkan makanannya, penemuan sisa makanan di koprolit juga memberi petunjuk tentang tanaman apa yang tumbuh di habitatnya pada saat itu.
6. Koprolit memberi petunjuk mengenai kondisi lingkungan di masa lalu

Koprolit menjadi bukti yang membantu menjelaskan seperti apa lingkungan jutaan tahun yang lalu. Dari fosil-fosil ini, kita mengetahui bahwa pohon pinus, jagung, tomat, dan banyak benih yang umum ditemukan saat ini ternyata sudah ada sejak lama. Fosil-fosil ini juga membantu menyimpulkan seperti apa pola cuaca dan betapa banyak mereka telah berubah. Bahkan mungkin membantu memprediksi jenis perubahan iklim global apa yang mungkin harus kita persiapkan di masa depan!
7. Koprolit manusia juga turut dipelajari

Ternyata, koprolit yang ditemukan oleh para ilmuwan bukan hanya berasal dari hewan prasejarah. Terkadang, koprolit yang ditemukan ternyata milik manusia. Pada tahun 1972, para arkeolog Inggirs menemukan koprolit manusia di pemukiman Viking kuno, Jorvik.
Dengan ukuran 15 cm, koprolit tersebut menjadi kotoran manusia terbesar yang pernah ditemukan. Analisis koprolit menunjukkan bahwa pola makan bangsa Viking sebagian besar terdiri atas daging dan roti. Fakta yang juga menarik adalah terdapat ratusan telur cacing di koprolit tersebut yang menunjukkan bahwa manusia zaman dulu dipenuhi cacing.
Meskipun berasal dari sesuatu yang dianggap menjijikkan, koprolit justru menjadi harta karun bagi ilmu pengetahuan. Lewat fosil feses ini, para ilmuwan dapat membuka jendela ke masa lalu dan memahami kehidupan purba lebih dalam.
Referensi
Royal Society of Chemistry. Diakses pada Mei 2025. What can fossil poo tell us?
Fossilicious. Diakses pada Mei 2025. Fun Facts About Fossilized Poop (Coprolite)
Orlando Science Center. Diakses pada Mei 2025. What’s the Scoop on Fossilized Poop?
Natural History Museum. Diakses pada Mei 2025. What is a coprolite?