Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret musang tenggalung yang mirip kucing domestik (commons.wikimedia.org/Kalyan Varma)

Intinya sih...

  • Musang tenggalung adalah hewan kecil mirip kucing dengan perilaku dan habitat fleksibel di Asia Tenggara.
  • Musang tenggalung omnivor, soliter, cakap memanjat pohon, dan memiliki kelenjar bau yang dapat manusia manfaatkan.
  • Populasi musang tenggalung stabil, tetapi terancam oleh perburuan manusia dan deforestasi.

Musang (famili Viverridae) merupakan keluarga mamalia kecil yang masih masuk subordo Felifornia, yaitu kelompok hewan dengan penampilan atau ciri khas yang mirip kucing. Diperkirakan ada sekitar 15—20 spesies musang berbeda dengan peta persebaran yang meliputi kawasan Dunia Lama atau sekitaran Asia, Afrika, dan Eropa. Salah satu spesies musang yang paling mudah dibedakan dari saudara mereka yang lain adalah musang tenggalung (Viverra tangalunga).

Bagaimana tidak? Ukuran mereka kurang lebih sama seperti kucing domestik, yakni dengan panjang tubuh 58—95 cm dengan bobot 1,4—4,5 kg. Lebih-lebih lagi, corak tubuh musang tenggalung mirip sekali dengan anabul peliharaan kita berkat rambut berwarna abu-abu dengan garis hitam di punggung dan totol-totol di sekujur tubuh. Meski berada pada subordo dan memiliki ciri fisik yang sama, tentu musang tenggalung merupakan hewan yang jauh berbeda ketimbang kucing domestik.

Mereka memiliki berbagai keunikan yang tak jarang menarik perhatian manusia untuk mendekati sampai menjadikan musang ini sebagai peliharaan. Mulai dari perilaku hingga aroma khas yang dapat dikeluarkan musang tenggalung akan dibahas tuntas pada kesempatan kali ini. Karena itu, kalau sudah penasaran, jangan sampai kelewatan pembahasan kali ini, ya!

1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

ilustrasi peta persebaran musang tenggalung (commons.wikimedia.org/Chermundy)

Musang tenggalung secara eksklusif hanya tersebar di wilayah Asia Tenggara. Lebih spesifik lagi, musang ini ditemukan mulai dari sekitaran Malaysia, Indonesia (Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan beberapa pulau kecil di sekitar Sumatra), hingga Filipina. Untuk pilihan habitat, musang tenggalung dapat dikatakan sebagai hewan yang cukup fleksibel.

Dilansir Animal Diversity, musang ini dapat tinggal di hutan, padang rumput, pegunungan, dan semak belukar. Bahkan, seiring dengan kehadiran pemukiman manusia di sekitar peta persebaran mereka, musang tenggalung jadi dapat beradaptasi dengan baik untuk tinggal di sekitaran sawah atau kebun milik manusia. Mereka tergolong hewan nokturnal. Saat siang hari, musang ini akan bersembunyi di area dengan vegetasi lebat dan baru beraktivitas di area terbuka saat malam hari tiba.

Hewan yang satu ini termasuk omnivor atau pemakan segala. Pilihan makanan musang tenggalung berupa telur, akar tanaman, buah, hingga ikan. Namun, pada umumnya mereka lebih suka memburu hewan kecil, semisal pengerat, mamalia kecil, ular, katak, burung, hingga serangga.

2. Hewan soliter yang ahli memanjat pohon

seekor musang tenggalung sedang berjalan pada malam hari (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)

Dalam kehidupan sosial, musang tenggalung tergolong sebagai hewan soliter. Di luar musim kawin, mereka akan lebih banyak menyendiri. Selain soliter, musang ini juga memiliki batas wilayah masing-masing yang mereka tandai dengan hal khusus yang berasal dari dalam tubuh yang mereka gosok-gosokkan ke objek tertentu, semisal pohon.

Kalau melihat aktivitas sehari-hari, sebenarnya musang tenggalung lebih condong terestrial atau hewan yang banyak beraktivitas di atas tanah. Meski begitu, musang yang satu ini cukup cakap dalam hal memanjat pohon, dilansir Animalia. Kebolehan musang tenggalung dalam memanjat pohon ini utamanya dimanfaatkan untuk dua hal, yakni berburu makanan dan menghindari kejaran predator.

3. Mekanisme pertahanan diri dan komunikasi yang berhubungan dengan aroma tubuh

Anus dari musang tenggalung dapat menciptakan kelenjar khusus yang memiliki banyak fungsi, bahkan untuk manusia. (commons.wikimedia.org/James Eaton)

Selain memanjat pohon, musang tenggalung turut dilengkapi dengan mekanisme pertahanan lain berupa kelenjar khusus yang beraroma tidak sedap. Dilansir Animal Diversity, kelenjar bau berwarna kekuningan ini dinamakan civet dan dikeluarkan musang tenggalung dari anus mereka. Civet dapat ditembakkan ataupun digosok-gosokkan pada objek tertentu oleh musang ini.

Aroma tak sedap dari civet ini mirip seperti apa yang dilakukan oleh sigung. Adapun, mereka hanya akan mengeluarkan kelenjar itu ketika merasa terancam atau hendak menandai wilayah. Civet juga dimanfaatkan musang tenggalung untuk berkomunikasi dengan sesama, khususnya bagi jantan dan betina ketika musim kawin tiba. Menariknya lagi, civet ternyata dapat dimanfaatkan sebagai parfum oleh manusia!

Memang, kalau diekstrak apa adanya, kelenjar ini memiliki aroma yang tidak sedap. Namun, ketika sudah diolah, civet dapat menghasilkan aroma hewani yang hangat hingga aroma floral. Berkat civet inilah, musang tenggalung mendapat perhatian lebih dari manusia, khususnya karena nilai ekonomi. Kadang, mereka ditangkap atau dikembangbiakkan untuk dipelihara dan diambil civet yang dikeluarkan dari anus musang yang satu ini.

4. Sistem reproduksi

musang tenggalung sebenarnya cukup sulit ditemukan (commons.wikimedia.org/Dellex)

Dalam setahun, musang tenggalung akan menjalani dua kali masa kawin. Tidak disebutkan secara spesifik soal kapan waktu yang sesuai bagi mereka untuk kawin. Yang jelas, pasangan musang yang sudah bertemu akan bersama selama beberapa waktu hingga si betina hamil. Masa kehamilan yang akan dijalani betina hanya berlangsung selama beberapa bulan.

Kemudian, ia akan melahirkan di semak belukar, lubang di batang pohon, hingga lubang bekas hewan lain. Dilansir AZ Animals, musang tenggalung betina dapat melahirkan 1—4 ekor anak yang akan ia jaga seorang diri. Hebatnya, anak musang ini terbilang cepat dewasa karena hanya butuh waktu 1 bulan sebelum mereka dapat hidup secara independen. Namun, anak musang tenggalung baru benar-benar meninggalkan induk mereka saat berusia 2—3 bulan.

5. Status konservasi

Karena memiliki nilai ekonomi, musang tenggalung sering ditangkap manusia untuk dipelihara dan diambil kelenjar civet mereka. (commons.wikimedia.org/Daniel Z)

Musang tenggalung termasuk hewan yang cukup misterius karena sangat pemalu dan selalu bersembunyi. Oleh sebab itu, sangat sulit untuk memberi estimasi populasi mereka di alam liar. Pada catatan IUCN Red List, musang ini masuk dalam daftar hewan dengan risiko rendah (Least Concern) dengan tren populasi yang stabil.

Meski begitu, musang tenggalung sebenarnya sudah memiliki ancaman yang serius, utamanya berasal dari manusia. Animalia melansir kalau musang ini sering diburu karena nilai ekonomi dari civet mereka. Selain itu, di beberapa tempat, musang tenggalung dianggap sebagai hama karena dapat memburu hewan ternak berukuran kecil. Ditambah lagi, alasan klasik juga mulai mengancam mereka, yakni deforestasi akibat kegiatan manusia yang mengalihkan hutan menjadi kebun sawit.

Melihat fakta dari musang tenggalung di atas, hal paling mengejutkan tentu ada pada kelenjar civet mereka. Siapa sangka kalau sesuatu yang sebenarnya beraroma tidak sedap ternyata dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku parfum yang menghasilkan aroma berkelas. Bagaimana tanggapanmu tentang musang tenggalung ini, nih?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha