Pada Jumat (10/1/2025) silam, tim Konservasi Indonesia menerbitkan jurnal berjudul, "Insights into cetacean sightings, abundance, and feeding associations: observations from the boat lift net fishery in the Kaimana important marine mammal area, Indonesia". Jurnal yang diprakarsai sembilan peneliti Konservasi Indonesia itu bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan infraordo Cetacea atau kelompok mamalia laut di Perairan Kaimana dalam kurun waktu Mei 2021—Maret 2023. Hasilnya, para peneliti menemukan lima spesies Cetacea yang hidup di Important Marine Mammal Area (IMMA) Perairan Kaimana.
Kelima spesies yang disebutkan dalam jurnal tersebut adalah lumba-lumba hidung botol pasifik (Tursiops aduncus), lumba-lumba bungkuk australia (Sousa sahulensis), paus bryde (Balaenoptera edeni), lumba-lumba pemintal (Stenella longirostris) dan paus pembunuh atau orca (Orcinus Orca). Nah, khusus yang terakhir itu, salah satu peneliti jurnal ini, Mochamad Iqbal Herwata Putra selaku Focal Species Conservation Program Konservasi Indonesia, menyebut kalau keberadaan paus pembunuh di Perairan Kaimana termasuk penemuan baru. Spesies lumba-lumba terbesar di dunia ini terbilang sangat jarang berada di seluruh perairan Indonesia dengan kepadatan populasi sekitar 0—0,10 individu saja per 100 km persegi.
Dilansir Konservasi Indonesia, alasan mengapa paus pembunuh jarang terlihat di perairan Indonesia disebabkan oleh terbatasnya peluang mereka dalam mencari makan di perairan kita. Selain itu, paus pembunuh juga memiliki kekhawatiran atas aktivitas manusia yang lebih intens di sekitar perairan Indonesia. Kehadiran paus pembunuh di Perairan Kaimana itu kemudian jadi angin segar soal keberadaan perairan penting untuk konservasi biota laut yang ada di Indonesia.
Namun, penemuan paus pembunuh ini di Perairan Kaimana juga menimbulkan satu pertanyaan penting, apakah peristiwa ini merupakan fenomena langka? Lalu, sebenarnya di mana saja kita bisa menemukan paus pembunuh? Jawaban lengkapnya akan dibahas dalam ulasan berikut ini!