12 Fakta Pejuang Mongol di Era Jenghis Khan

Mengutip laman National Geographic, pada1206, seorang kepala suku Mongol bernama Temujin atau disebut juga Temijin menyatukan berbagai suku di stepa Asia Tengah, lalu mengganti namanya menjadi Jenghis (Chinggis) Khan, yang jika diterjemahkan berarti 'universal ruler'. Dia juga dijuluki Khagan, sebuah gelar yang berarti 'Khan agung'. Jenghis Khan berhasil menaklukkan kerajaan Islam di barat dan dinasti China di selatan.
Bahkan setelah Jenghis Khan meninggal di1227, kerajaannya terus tumbuh atas penaklukan yang dilakukan penerusnya hingga mengarah ke Pax Mongolica di 1368. Hal ini memungkinkan perluasan perdagangan, teknologi, dan gagasan. Namun, konsekuensinya sangat besar. Upaya ini menelan jutaan jiwa dan mengakibatkan kehancuran.
Senjata utama Jenghis Khan dan para penerusnya untuk mencapai semua ini adalah para pejuangnya yang tak tertandingi. Mereka dibesarkan dengan tujuan berperang. Agar sukses, para pejuang ini memiliki aturan dan tradisi tertentu yang harus mereka ikuti. Lalu, apa sajakah itu?
1. Menjadi pejuang Mongol itu wajib, bukan direkomendasikan

Jenghis Khan mampu menaklukkan kerajaan dengan populasi urban yang jauh lebih besar daripada populasinya sendiri. Meskipun begitu, Jenghis Khan memobilisasi kerajaannya jauh lebih besar daripada peradaban lain. Menurut buku Fighting Techniques of the Oriental World, kaum laki-laki Mongolia yang berusia antara 16 hingga 60 tahun wajib dinas militer. Jelas bahwa sebagian besar masyarakat Mongol adalah pejuang.
Artinya, orang Mongol merekrut lebih banyak tentara per kapita daripada bangsa lain. Satu dari setiap tujuh orang Mongolia adalah seorang pejuang dengan populasi hampir 665.000. Saat penobatan Jenghis Khan di 1206, pasukannya berjumlah 95.000 orang. Seperti yang diceritakan di Mongol Warrior karya Stephen Turnbull, dalam bahasa Mongol istilah 'prajurit' itu tidak ada. Pasalnya, menjadi pejuang adalah bagian dari kehidupan mereka.
2. Pejuang Mongol menggunakan teknologi asing dan terbarukan hingga harus meninggalkan cara lama

Jenghis Khan sangat haus dengan kemenangan. Satu buku teks sejarah dunia mengaitkan kalimat ini dengan Jenghis Khan. "Kegembiraan tertinggi manusia adalah kemenangan menaklukkan musuh, mengejar mereka, merampas milik mereka, membuat kekasih mereka menangis, menunggang kuda, dan memeluk istri dan anak perempuan mereka."
Tidak heran jika Jenghis Khan rela membuang teknik militer tradisional Mongol untuk mewujudkan ambisinya itu. Melansir Discover Magazine, saat kerajaannya mulai berkembang dan ingin menaklukkan kota-kota, dia mengadopsi teknologi asing. Sikap ini diambil oleh penerusnya.
Seperti yang dijelaskan oleh Ancient History Encyclopedia, ia menggunakan purwarupa roket, perang angkatan laut, dan versi awal bubuk mesiu untuk mencapai kemenangan. Bangsa Mongol bahkan menggunakan api Yunani. Pada akhirnya, inti dari mesin militer Mongol dan apa yang membuat pejuang Jenghis Khan begitu legendaris adalah kavalerinya.
3. Pejuang Mongol harus ahli berkuda

Bangsa Mongol adalah pengembara dari padang rumput Asia Tengah dan bergantung pada kuda dalam kehidupan sehari-hari mereka. Menurut buku George Lane yang berjudul Daily Life in the Mongol Empire, anak-anak Mongol diajari untuk menunggang kuda. Jenis kuda khas Mongolia saat ini tingginya 1,4 meter, jenis yang sama yang digunakan oleh prajurit Jenghis Khan. Ciri khas kuda Mongol adalah daya tahannya. Kuda-kuda ini berpacu melintasi padang rumput Eurasia yang luas dan juga bertahan pada suhu berkisar antara -40 hingga 32 derajat Celsius.
Penggunaan sanggurdi logam juga penting. Arstechnica menjelaskan bahwa penggunaan sanggurdi memungkinkan prajurit Jenghis Khan untuk berkuda lebih jauh, tetap berada di pelana kuda ketika bertempur, serta menggunakan busur dan anak panah secara efektif saat bergerak ke segala arah. Saat pergi berperang, seorang pejuang Mongol akan membawa lima atau enam kuda.
Bangsa Mongol dan kuda menjadi budaya, olahraga, dan kompetisi hingga hari ini di Derby Mongol. Perlombaan yang dimodelkan pada rute pos estafet Jenghis Khan menampilkan pengendara yang melintasi sirkuit sepanjang 621 mil dalam waktu kurang dari sepuluh hari, mengganti kuda dengan interval 25 mil. Perlombaan ini adalah acara ketahanan berkuda terpanjang di bumi.
4. Pejuang Mongol akan meminum darah kudanya sendiri jika mendesak

Morris Rossabi dari Universitas Columbia menceritakan bagaimana penunggang kuda bangsa Mongol memanfaatkan kuda sebagai sumber makanan dan susu, serta untuk berkampanye. Susu ini difermentasi untuk membuat kumiss, juga dikenal sebagai araq yang merupakan minuman beralkohol kesukaan orang-orang nomaden di Asia Tengah.
Bahkan jika mereka harus menunggang kuda hingga sepuluh hari lamanya dan kehabisan persediaan makanan, mereka akan menggorok kudanya sendiri dan meminum darahnya. Tidak heran jika pejuang Jenghis Khan memiliki banyak kuda.
5. Pejuang Jenghis Khan adalah pemanah yang andal
Senjata pilihan pejuang Jenghis Khan adalah busur komposit. Pada zamannya, busur ini canggih. Sam Fadala dalam Traditional Archery menulis bahwa busur pejuang Mongol terbuat dari kombinasi bahan dari inti kayu. Busurnya juga berisi tanduk dan urat hewan, serta memiliki bentuk yang unik. Selain itu, busur ini sangat recurved dan kuat. Seorang pemanah ahli bisa menembak hingga jarak 457 meter dan bisa menembus baju besi.
Namun, mereka juga harus mampu mengintegrasikan penguasaan kuda dengan keterampilan memanah. Dikutip dari laman Britannica, ada berbagai mata panah yang dipilih oleh pejuang Jenghis Khan, di antaranya panah beracun hingga panah yang bisa bersiul untuk berkomunikasi dari kejauhan. Anak panah itu sendiri dibalut dengan bulu elang, dan seorang pejuang biasanya membawa enam puluh anak panah dalam pertempuran.
Para pejuang bisa menembak dari pelana ke belakang dengan kecepatan penuh seperti yang disorot oleh Medieval Islamic Civilization. Selain busur, orang Mongol juga membawa pedang melengkung, kapak, tombak, dan gada.
6. Pejuang Mongol akan melakukan perburuan besar-besaran

Jenghis Khan dan para pejuangnya adalah keturunan dari budaya nomaden yang ambisius untuk berperang. Acara budayanya bahkan digunakan sebagai latihan. Salah satu contohnya adalah nerge, atau Perburuan Hebat. Namun, Jenghis Khan menjadikan hobi tersebut sebagai latihan yang serius. Dari jarak yang sangat jauh, pasukan akan mengejar dan mengepung semua hewan di area tertentu.
Barisan pemburu ini mencapai sekitar 128 km dan tergabung dari beberapa unit, yang masing-masing berisi sepuluh ribu orang. Hewan-hewan yang dikepung ini mulai dari singa, beruang, hingga rusa. Jenghis Khan akan membunuh hewan pertama sebelum bangsawan Mongol mengambil giliran dan kemudian para pejuang. Setelah pembantaian massal, pesta akan diadakan selama sembilan hari lamanya. Komunikasi, keterampilan bela diri, dan organisasi sangat penting agar perburuan berjalan sukses.
7. Taktik militer pejuang Mongolia

Pejuang Mongolia menggunakan pasukan pengintai yang sering berkuda hingga 112 km di depan pasukan utama. Ini dilakukan untuk memancing tentara musuh. Akibatnya, musuh akan ditarik lebih dalam dan dikepung. Kemudian pejuang Mongol akan memaksa mereka untuk melakukan pertempuran.
Setelah berhasil mengacaukan musuh melalui cara-cara tersebut, pukulan terakhir biasanya datang dari kavaleri berat Mongolia yang dipersenjatai dengan senjata jarak dekat. The Encyclopedia of Ancient History mencatat bahwa dalam sebagian besar pertempuran, bangsa Mongol kalah jumlah, tetapi mereka tetap menang karena taktik unggul ini.
8. Pejuang Mongol tidak mendapatkan gaji

Pejuang Mongol yang dipimpin oleh Jenghis Khan tidak mendapatkan gaji. Namun, setiap pejuang akan mendapatkan kekayaan dari barang rampasan. Cambridge History of War menceritakan bahwa semua pejuang akan menerima bagian dari rampasan perang, tetapi hanya setelah musuh benar-benar dimusnahkan.
Untuk menegakkan aturan ini, bangsa Mongol memiliki badan peradilan yang disebut jarqu, yang menurut The A to Z of the Mongol World Empire karya Paul Buell dibentuk untuk memastikan bahwa distribusi barang rampasan itu sah.
9. Pejuang Mongol bisa mendapatkan pangkat tertentu sesuai keahlian yang dimiliki

Paula Sabloff dalam bukunya, Modern Mongolia, menegaskan bahwa pada tahun 1206, Jenghis Khan menciptakan kode hukum pertama kekaisaran. Ini memungkinkan Jenghis Khan untuk mempromosikan beberapa bentuk kesetaraan dalam masyarakat Mongol. Konsep ini diterapkan ke pasukannya yang mempromosikan prajurit berdasarkan keterampilan dan keberanian. Orang biasa pun bisa mencapai peringkat tinggi di kekaisaran hanya berdasarkan kemampuannya saja.
Ini tidak hanya berlaku pada laki-laki, Perempuan Mongol juga diberi kebebasan untuk menjadi penasihat politik. Seorang perempuan bernama Khutalun yang hidup satu generasi setelah Jenghis Khan dikenal karena kekuatan fisik dan kekuatan gulatnya. Dalam biografi Morris Rossabi, Kubilai Khan, dia menceritakan keterampilan militernya dan mampu mengalahkan laki-laki dalam kontes gulat.
10. Pejuang Jenghis Khan sangat pandai dalam hal taktik dan teror

Jenghis Khan adalah salah satu jenderal paling sukses dalam sejarah, bukan hanya karena taktiknya di medan perang, tetapi juga karena teror yang dia lakukan pada musuh-musuhnya. Melansir laman Medieval Warfare, Jenghis Khan pernah menghancurkan Kekaisaran Khwarizmian, yang mencakup penjarahan besar-besaran, genosida, dan penghancuran. Setelah penaklukan kota Bokhara, seperti dikutip dalam Genghis Khan and Mongol Rule karya George Lane, Jenghis Khan berkata kepada musuhnya yang kalah, "Aku adalah hukuman Tuhan. Jika kamu tidak melakukan dosa besar, Tuhan tidak akan mengirimkan hukuman sepertiku kepadamu."
Pejuang Mongol di bawah pimpinan Jenghis Khan dan penerusnya membantai seluruh populasi jika mereka tidak mau menyerah. Menurut Genghis Khan and Making of the Modern World karya Jack Weatherford, kota Urgench dekat Laut Aral melawan pasukan Jenghis Khan selama enam bulan. Bahkan setelah bangsa Mongol menembus tembok kota, warga tetap bertahan di reruntuhan. Untuk mengatasi situasi ini, bangsa Mongol mengalihkan sungai dengan membangun bendungan. Mereka kemudian membanjiri kota, membunuh para pembela yang tersisa.
Seperti yang dilaporkan oleh Discover Magazine, pejuang Mongol juga akan menggunakan tawanan sebagai pelindung tubuh saat mengepung kota. Sekitar 40 juta orang tewas akibat penaklukan Jenghis Khan, terutama di China dan Iran.
11. Pejuang Mongol harus memiliki sikap toleransi

Kerajaan Mongol dimulai dengan Jenghis Khan. Sebagai pemimpin, ia memiliki sikap yang cukup toleran, setidaknya terhadap agama. Menurut Universitas Columbia, orang Mongol memiliki praktik kepercayaannya sendiri. Namun, mereka memperkenalkan berbagai agama yang dianggap membuat kekaisaran lebih mudah untuk diperintah.
Jenghis Khan juga memberikan keringanan pajak kepada agama-agama seperti Buddha. Namun, Jenghis Khan sendiri menyukai Taoisme yang mengajarkan hidup abadi, meskipun ia tidak pernah berpindah agama. Tentu saja, ketaatan yang paling tinggi haruslah kepada Jenghis Khan.
12. Pejuang Mongol harus patuh, jika tidak, mereka akan mati
Pejuang Mongol diatur dalam hierarki yang ketat. Hukuman diberlakukan untuk menegakkan ketertiban militer. Jika seorang pejuang kehilangan perlengkapannya, maka perwira yang bertanggung jawab atas pejuang itu akan dihukum.
Pelanggaran ringan dihukum dengan pukulan menggunakan rotan. Pelanggaran yang lebih berat bisa dieksekusi, di antaranya penjaga yang tertidur saat menjalankan tugas, menjarah tanpa izin, mundur tanpa izin, dan desersi.
Bangsa Mongol memang membangun kerajaan terbesar dalam sejarah melalui pejuang yang terampil, tetapi hal ini justru menciptakan kehancurannya sendiri. Nah, itulah dua belas fakta bagaimana kehidupan pejuang di kepemimpinan Jenghis Khan.