7 Fakta Rooibos, Super Plant Endemik Afrika Selatan yang Menyehatkan

Teh pada umumnya berasal dari daun teh, Camelia sinensis. Namun berbeda halnya dengan rooibos, tanaman yang mirip semak ini bernama ilmiah Aspalathus linearis. Meski tampak seperti semak tapi termasuk dalam famili Fabaceae atau Leguminosae, yaitu keluarga kacang-kacangan.

Dilansir dari laman Plantz Africa, rooibos berdaun hijau seperti jarum dengan panjang 15-60 mm dan tebal sekitar 1 mm. Rooibos dapat tumbuh hingga 2 meter dan berbunga kuning saat musim semi sampai awal musim panas. Buahnya berupa polong kecil yang berbentuk seperti tombak dan hanya berisi satu atau dua biji. 

Rooibos tumbuh subur di daerah yang memiliki curah hujan yang cukup dan musim panas yang kering, sekitar 300-350 mm hujan per tahun. Dilansir dari laman Glamour, rooibos hanya tumbuh di wilayah Cederberg, Western Cape di Afrika Selatan. Meski para petani telah mencoba menanamnya di wilayah lain, namun tanah dan kondisi lingkungannya tidak cukup kondusif bagi rooibos. 

Sejak tahun 2014, rooibos menerima status indikator geografis (GI), bahwa teh hanya dapat disebut rooibos jika berasal dari Cederberg dan sekitarnya. Ini merupakan salah satu produk kebanggaan Afrika Selatan yang diekspor ke lebih dari 30 negara.

Dilansir dari laman Daves Garden, tahun 1772, seorang naturalis Swedia, Carl Thunberg mendokumentasikan rooibos yang digunakan penduduk lokal sebagai minuman teh. Suku Khoisan asli Afrika Selatan juga telah lama menggunakan daun rooibos untuk minuman maupun obat herbal.

Dikutip dari laman Agri Orbit, Pada tahun 1930, ahli botani Dr. Pieter Le Fras Nortier merupakan orang pertama yang meneliti potensi pertanian rooibos. Ia menemukan bahwa biji rooibos dapat dengan mudah dijadikan kecambah untuk diperbanyak. Temuan tersebut menjadi awal mula industri rooibos yang kini berkembang pesat.

Benjamin Ginsberg merupakan seorang imigran Rusia yang menjadi pedagang teh di distrik Clanwilliam, Cederberg. Ia bersama ayahnya serta para pemukim awal Cape-Belanda menggunakan teh rooibos sebagai alternatif yang lebih murah dibandingkan teh hitam dari Eropa. Kemudian ia mengembangkan daun tanaman rooibos untuk difermentasi dalam tong. 

Ia merintis perdagangan komersial rooibos sebagai teh untuk petani lokal. Kemudian produksi rooibos secara luas baru dimulai pada tahun 1930-an, setelah penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh Dr. Le Fras Nortier. Sejak saat itulah, Benjamin Ginsberg dijuluki sebagai Bapak Teh Rooibos Komersial.

Proses pembuatan teh rooibos cukup panjang, perlu waktu sekitar 18 bulan sebelum rooibos dapat dipanen untuk pertama kalinya. Setelah panen hingga proses pasteurisasi -pemanasan makanan yang betujuan untuk membunuh organisme merugikan- memerlukan berbagai tes untuk memastikannya murni 100 persen.

Setelah panen, kemudian dipotong sekitar 1,5-5 mm. Kemudian dilembabkan hingga 60 persen setelah fermentasi berlangsung selama 8-12 jam pada suhu 34-38 derajat celsius. Proses inilah yang menghasilkan aroma dan warna merah. Kemudian dikeringkan dan disortir berdasarkankan panjang, warna, rasa dan aroma sebelum akhirnya dipasteurisasi dengan uap. 

Rooibos yang dikomersialkan tidak hanya dari hasil fermentasi daun, tapi ada juga rooibos hijau. Jadi, tidak melalui fermentasi tapi harganya lebih mahal dan rasanya lebih enak dibandingkan rooibos tradisional yang telah difermentasi.

Meski tampak seperti semak, rooibos memiliki manfaat penting bagi kesehatan tubuh, lho. Dilansir dari laman Health Line, rooibos memiliki kandungan tannin yang rendah dan bebas kafein serta asam oksalat. Sehingga aman bagi jantung dan ginjal, bahkan dianggap lebih baik daripada teh hitam atau teh hijau. 

Rooibos juga mengandung antioksidan tinggi yang membantu melindungi sel dari kerusakan radikal bebas. Selain itu juga bermanfaat bagi kesehatan jantung dengan memengaruhi tekanan darah. Ini juga menurunkan kolesterol jahat dan meningkatkan kolesterl baik pada mereka yang berisiko memiliki penyakit jantung.

Meski rooibos dapat tumbuh subur pada daerah dengan iklim kering, tapi kekeringan dan cuaca ekstrem pernah melanda tahun 2011 lalu. Sehingga menyebabkan menurunnya hasil panen. Kurangnya curah hujan membuat produksi rooibos sulit dipertahankan. 

Petani independen atau skala kecil pun bereksperimen dengan menanam secara berkelanjutan. Mereka juga memanen tanaman rooibos liar yang lebih tahan kekeringan.

Nah, itulah sekarang kamu sudah tahu kan fakta rooibos? Tanaman perdu yang unik, menyehatkan serta patut dijuluki super plant.