Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret seismograf yang mengukur kekuatan gempa bumi (commons.wikimedia.org/Z22)

Intinya sih...

  • Skala Richter ditemukan oleh Charles F Richter dan Beno Gutenberg pada 1935 di California Institute of Technology.
  • Skala ini mengukur amplitudo terbesar dari gelombang yang dihasilkan sumber gempa bumi, tetapi tidak memperhitungkan variabel kepadatan penduduk, medan, ataupun kedalaman sumber gempa.
  • Skala Richter dibagi atas 10 tingkatan berbeda. Namun, penggunaan skala ini untuk mengukur kekuatan gempa bumi di atas 6,5 magnitudo dianggap tidak cukup akurat.

Gempa bumi bisa dibilang merupakan salah satu bencana alam yang masih sulit diprediksi manusia. Meski kita sudah tahu apa saja penyebab terjadinya gempa bumi, tak ada satu pun teknologi yang bisa memprediksi secara akurat kapan dan di mana bencana alam ini akan terjadi. Alhasil, tiap kali terjadi gempa bumi berkekuatan besar, sering kali banyak nyawa terenggut dan infrastruktur rusak parah, khususnya di negara berkembang.

Bicara soal kekuatan gempa bumi, satu hal yang biasanya kita pertanyakan setelah terjadi gempa bumi di suatu tempat ialah besaran skala Richter gempanya. Penggunaan ukuran skala Richter atau magnitudo Richter untuk mengukur kekuatan gempa bumi memang umum digunakan di seluruh dunia. Meski begitu, mungkin masih banyak di antara kita yang belum paham soal asal-usul dan bagaimana cara satuan ini mengukur kekuatan bencana alam tersebut. Nah, kali ini, kita akan membahas fakta-fakta di balik skala pengukur gempa bumi ini. Yuk, langsung gulir layar ke bawah!

Editorial Team

EditorYudha

Tonton lebih seru di