gigitan ular cabai besar sangat mematikan (inaturalist.org/dhfischer)
Seperti yang disebutkan sebelumnya, gigitan ular cabai besar tergolong mematikan karena mereka termasuk golongan ular berbisa. Dibanding dengan seluruh ular berbisa lain, ukuran kelenjar racun milik ular cabai besar jadi yang terbesar karena mengambil rasio hingga 25 persen panjang tubuh mereka. Uniknya, kandungan racun pada bisa mereka adalah sitotoksin. Sebagai catata, sebagian besar ular dalam famili Elapidae itu punya racun berjenis neurotoksin sehingga kandungan racun pada ular cabai besar ini terbilang langka jika dibandingkan dengan kerabat mereka yang lain.
Sitotoksin bekerja dengan menyerang sel dalam tubuh, baik itu sel baik ataupun sel kanker. Parahnya lagi, dalam bisa ular cabai besar, terdapat elemen unik bernama calliotoxin. Animalia melansir kalau elemen ini dapat menyebabkan kelumpuhan seketika dan menghalangi saluran natrium pada tubuh korban. Bisa ini juga dapat menyebabkan hipotensi, peradangan, dan menghalangi neuromedia atau pengantar saraf.
Reaksi racun pada bisa ular cabai besar terbilang sangat cepat. Sebab, sedari awal ular ini memang harus memenangkan perburuan dalam waktu relatif singkat mengingat mangsa favorit mereka juga termasuk ular berbisa. Masalahnya, kerja cepat dari bisa ular cabai besar dapat pula mengancam nyawa manusia dalam waktu relatif cepat. Malahan, ada julukan mengerikan bagi ular ini, yaitu "ular seratus langkah". Dilansir The Animal Facts, alasan dari julukan itu karena ada mitos yang menyebut kalau korban yang digigit ular ini langsung merasakan efek mengerikan sitotoksin hanya dalam 100 langkah pascagigitan.
Kalau manusia yang digigit ular cabai besar, efek utama yang akan dirasakan hampir secara instan adalah kejang-kejang pada bagian otot. Kemudian, korban akan merasa kram oto yang berujung pada kelumpuhan total dan berakhir pada kematian. Lebih mengerikannya lagi, kita masih belum menemukan penawar bisa dari ular cabai besar ini.
Hanya saja, kasus kematian karena gigitan ular cabai besar tebilang langka, mengingat sifat pemalu mereka. Peneliti malah tertarik dengan kandungan bisa milik ular ini karena berpotensi dimanfaatkan secara medis. Kalau diteliti dan diuji secara menyeluruh, kita bisa saja mengetahui bagaimana cara perawatan nyeri kronis pada manusia di masa depan berkat bisa ular yang satu ini, lho.