Coba ingat-ingat, ada berapa banyak board game yang telah kamu mainkan? Salah satu board game klasik yang tak lekang oleh waktu adalah Scrabble. Cara permainannya simpel, ada 2-4 orang pemain yang harus bersaing dalam membentuk kata-kata dengan ubin berhuruf di atas papan.
Meski tak sepopuler board game lain seperti Monopoly dan catur, sejarah Scrabble ternyata cukup menarik, lho! Baca selengkapnya di bawah ini!
Coba tebak, siapa yang menciptakan permainan Scrabble? Tak lain dan tak bukan adalah Alfred Mosher Butts, seorang arsitek dari Jackson Heights, Queens. Ia kehilangan pekerjaan di tahun 1931. Lalu, Alfred mencari nafkah dari lukisan, tetapi tidak berhasil karena ia hanyalah seorang seniman amatir, ujar laman New England Historical Society.
Alfred tidak putus asa, sampai akhirnya ia mendapatkan pekerjaan paruh waktu sebagai ahli statistik. Kemudian, ia menemukan ide untuk membuat permainan yang bisa dijual. Ide ini muncul setelah ia membaca The Gold-Bug, cerita pendek ciptaan Edgar Allan Poe.
Karakter dalam cerita itu membandingkan simbol dengan huruf dan mengatakan bahwa "e" adalah huruf yang paling banyak digunakan dalam bahasa Inggris. Setelahnya, diikuti dengan huruf a, o, i, d, h, n, r, s, t, u, y, c, f, g, l, m, w, b, k, p, q, x, dan z.
Apa yang selanjutnya dilakukan oleh Alfred? Ia mengambil sampel 12.082 huruf dan 2.412 kata agar menghasilkan rincian huruf yang bisa diandalkan secara statistik, ungkap laman New England Historical Society. Alfred mengambil sampel dari surat kabar The New York Times, New York Herald Tribune, dan Saturday Evening Post.
Tak tanggung-tanggung, Alfred butuh waktu tujuh tahun untuk riset dan mendapatkan keseimbangan yang tepat dari huruf bernomor. Ketika sudah jadi, Alfred menamai board game buatannya "Lexiko". Apakah perjalanan Alfred mulus setelah Lexiko diciptakan?
Awalnya, Lexiko tidak memiliki papan. Lalu, selama empat tahun, Alfred Butts berjuang menjual Lexiko ke teman-temannya. Bahkan, ia menawarkan Lexiko ke perusahaan Parker Brothers di Salem, Massachusetts, dan Milton Bradley di Springfield, Massachusetts. Hasilnya? Nihil.
Tak mau menyerah, Alfred menambahkan papan untuk Lexiko, supaya kata-katanya bisa dibuat dengan gaya teka-teki silang atau criss-cross words. Alfred membuatnya sendiri dengan tulisan tangan di ubin, menempelkannya ke kayu balsa dan dijual dengan harga US$2, terang laman New England Historical Society.
Lambat laun, Alfred menghubungi James Brunot. Ia adalah mantan pekerja sosial asal Newtown yang ingin memulai bisnis. Alfred dan James membuat kesepakatan. Hasilnya, Alfred hanya diberi royalti kecil untuk setiap salinan game yang terjual.
Karena bisnis sudah diambil alih oleh James Brunot, ia mulai memperbaiki tampilan Lexiko. James membeli potongan kayu bekas, penyaring sutra, lalu mempekerjakan tukang kayu untuk membentuk ubinnya. Tak hanya itu, James juga memesan papan dari Selchow & Righter, perusahaan game asal New York.
James dan istrinya, Helen, juga mengganti nama Lexiko menjadi Scrabble. Mereka membuat 2.251 salinan Scrabble dan mengeluarkan modal sebesar US$450.
Awalnya, Scrabble hanya dijual beberapa ratus salinan dalam seminggu. Kejutan terjadi di tahun 1952, di mana mereka mendapatkan lebih dari 2.000 pesanan, ungkap laman New England Historical Society.
Yang terjadi setelahnya, James Brunot mulai kewalahan karena pesanan yang datang semakin banyak. Bahkan, ia harus memindahkan produksi Scrabble ke bekas gedung sekolah di Newtown. Ia juga mengubah toko kayu menjadi rumah produksi, tutur laman New England Historical Society.
Tak hanya itu, James juga merekrut pekerja untuk menyelesaikan permainan. Tetapi, mereka hanya bisa membuat 6 ribu pesanan dalam seminggu, tidak cukup dengan permintaan yang membludak. Akhirnya, James melisensikan Scrabble ke Selchow & Righter, namun ia tetap mempunyai hak untuk membuat versi eksklusifnya.
Di tahun 1953, Selchow & Righter berhasil menjual 800.000 unit Scrabble. Tetapi, ini masih belum mencukupi permintaan pasar. Bahkan, pembeli harus berada di daftar tunggu dan berharap kiriman Scrabble baru segera tiba. Dan di tahun 1954, Scrabble telah terjual sebanyak 4 juta salinan!
Apa yang terjadi selanjutnya? Perusahaan Coleco membeli Selchow & Righter di tahun 1986. Tiga tahun kemudian, giliran perusahaan mainan Hasbro yang membeli Coleco.
Kini, Scrabble telah terjual sebanyak 150 juta salinan ke 121 negara dan diterjemahkan dalam 29 bahasa, jelas laman New England Historical Society. Amazing!
Mungkin, kamu bertanya-tanya, apakah kesuksesan Scrabble menguntungkan Alfred Butts, penciptanya? Faktanya, Alfred pensiun dari royalti Scrabble-nya dan mengatakan suatu kalimat yang bijak.
"Sepertiga pergi ke pajak, saya memberikan sepertiga pergi, dan sepertiga lainnya memungkinkan saya untuk memiliki kehidupan yang menyenangkan." — Alfred Butts
FYI, Alfred juga sempat meluncurkan game lain bernama Alfred's Other Game yang diterbitkan oleh Selchow dan Righter di tahun 1985. Tetapi, game ini tidak meraih kesuksesan yang sama dengan Scrabble.
Nah, itulah 7 fakta sejarah menarik seputar Scrabble yang perlu kamu ketahui. Semoga informasi singkat ini bermanfaat!