5 Fakta Menarik Cloud Iridescence, Topi Pelangi di atas Awan

Bias warna-warni di atas awan yang terlihat indah

Awan memiliki banyak sekali formasi yang terkadang membuat kita berdecak kagum. Cloud Iridescence yang biasa disebut sebagai awan pelangi atau awan irisasi dalam bahasa Indonesia adalah salah satunya. Fenomena optik yang memikat mata ini lebih khas dalam bentuk topi (pileus) pelangi yang biasanya terletak di atas tipe-tipe awan tertentu.

Kemunculan awan ini berbeda, lho, dengan proses kemunculan pelangi yang kita biasanya kita lihat setelah hujan. Kira-kira, bagaimana fenomena cloud iridescence dapat terjadi? Berikut adalah beberapa fakta menariknya!

1. Nama "iridescence" berasal dari mitologi Yunani 

5 Fakta Menarik Cloud Iridescence, Topi Pelangi di atas AwanIridescence Cloud di Swedia (apod.nasa.gov/Goran Strand)

Di luar negeri, cloud iridescence memiliki beberapa nama lain seperti fire rainbow dan rainbow cloud. Lalu, kenapa awan ini lebih familier dengan nama cloud iridescence? Padahal nama seperti rainbow cloud, misalnya, akan lebih mudah untuk dipahami.

Berasal dari bahasa Yunani, kata iridescence diambil dari nama seorang dewi bernama Iris. Dalam mitologi setempat, Iris dijelaskan sebagai seorang dewi yang bertugas menyampaikan pesan melalui perantara pelangi.

Kata iridescence atau irisasi biasanya digunakan untuk menggambarkan cara zat tertentu dalam menampilkan warna yang bervariasi saat sudut berubah, sesuai dengan cara proses kemunculan awan ini. Di keseharian, kita dapat melihatnya pada bulu, gelembung sabun, sayap kupu-kupu, punggung kumbang, sisik ikan, mutiara dalam cangkang, sampai tumpahan minyak.

2. Awan pelangi muncul akibat fenomena optik 

5 Fakta Menarik Cloud Iridescence, Topi Pelangi di atas AwanIlustrasi iridescence cloud (unsplash.com/Srinivasan Venkataraman)

Fenomena cloud iridescence muncul akibat difraksi yang berasal dari sinar Matahari, pantulan tersebut lalu mengenai tetes air atau kristal es yang sangat kecil dan seragam bentuknya dalam sistem awan, atau sistem awan yang masih relatif tipis atau baru. Cloud iridescence menghasilkan pola warna yang berulang, mulai dari biru, lalu hijau, merah, ungu, dan akhirnya kembali ke biru lagi.

Umumnya, fenomena ini terjadi pada tipe awan pileus seperti lentikular atau alto-kumulus, sirus, dan cirrocumulus. Kemunculan awan pileus disebabkan oleh badai petir yang mendorong udara ke bagian atas atmosfer melalui lapisan uap air. Hasilnya, muncul awan seperti kabut yang terlihat seperti kubah bercahaya di atas badai petir. Cloud iridescence nantinya berada di atas awan-awan ini, bentuknya terlihat seperti sebuah topi di atas awan.

Baca Juga: 8 Fenomena Langit Edisi Oktober 2022, Ramai Hujan Meteor!

3. Fenomena ini berbeda dengan proses kemunculan pelangi 

5 Fakta Menarik Cloud Iridescence, Topi Pelangi di atas AwanIlustrasi pelangi (pixabay.com/Sharon)

Seperti yang kita lihat, cloud iridescence memang memiliki warna yang mirip dengan pelangi. Namun, kenyataannya cahaya tersebut dihamburkan melalui fenomena optik yang berbeda, lho. Cloud iridescence terbentuk dari fenomena optik yang disebut dengan difraksi, sedangkan pelangi terbentuk dari fenomena optik refraksi.

Refraksi merupakan pembengkokan internal. Cahaya yang masuk ke dalam kristal es atau tetesan hujan akan dibiaskan dan dilengkungkan pada kecepatan dan sudut yang berbeda-beda, memecah cahaya putih menjadi warna-warna yang biasa kita lihat pada pelangi atau fenomena halo matahari.

Di sisi lain, difraksi merupakan pembengkokan yang terjadi di luar atau sekitarnya. Cahaya yang berada di dekat tetesan hujan atau kristal es akan dibelokkan di pinggirannya, terpecah menjadi berbagai warna yang acak dan memunculkan pola interferensi. Selain pada cloud iridescence, contoh difraksi terdapat pada warna yang muncul di gelembung sabun, lapisan minyak, dan DVD.

4. Waktu-waktu kemunculan cloud iridescence 

5 Fakta Menarik Cloud Iridescence, Topi Pelangi di atas AwanIridescence Cloud di Sisilia (apod.nasa.gov/Marcella Giulia Pace)

Seperti pelangi, kemunculan cloud iridescence juga identik dengan waktu-waktu hujan, atau lebih tepatnya badai petir, baik di saat badai atau sesudahnya. Tipe-tipe awan pileus akan menghasilkan cloud iridescence dengan bentuk topi pelangi.

Dilansir National Geographic, cloud iridescence sering muncul di sore hari, pada hari yang sangat panas dan lembab, di waktu-waktu tersebut biasanya terdapat awan kumulus—awan berbentuk bola kapas halus yang sering kita lihat dalam gambar anak-anak. Di langit Sisilia, fenomena ini pernah terjadi di malam hari, tentunya hal itu berkaitan dengan kondisi awan dan cahaya yang pas.

5. Apakah cloud iridescence termasuk fenomena langka? 

5 Fakta Menarik Cloud Iridescence, Topi Pelangi di atas AwanIlustrasi iridescence cloud (unsplash.com/Srinivasan Venkataraman)

Cloud iridescence bukan fenomena yang langka. Di beberapa wilayah Amerika Serikat, kejadin ini biasa dijumpai saat musim panas. Walaupun penelitian mengatakan awan pelangi tersebut sulit ditemukan di wilayah khatulistiwa, di Indonesia, fenomena ini juga pernah disaksikan dan dipotret di beberapa wilayah, seperti Surabaya, Yogyakarta, dan Manado.

Fenomena ini memang kerap terjadi di berbagai wilayah, termasuk Indonesia, awan-awan yang ada harus cukup tipis dan memiliki banyak tetesan air atau kristal es dalam bentuk yang seragam, dan dipantulkan oleh cahaya dalam ketinggian tertentu. Oleh karenanya, awan semi-transparan atau awan yang baru terbentuk juga yang paling mungkin menjadi tempat terjadinya fenomena ini, sebagaimana yang terjadi di langit Sisilia pada gambar sebelumnya.

Jadi, apakah kamu pernah melihat secara langsung fenomena langit yang satu ini? Kalau kamu cukup beruntung, kamu mungkin akan menemukan keindahan alam yang satu ini di sekitar tempat tinggalmu.

Baca Juga: 10 Fenomena Langit 2022 Paling Dinanti, Jangan Terlewat!

Fira Yultiara Photo Verified Writer Fira Yultiara

📎 yultiara19@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya