Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Font Times New Roman
Font Times New Roman (commons.wikimedia.org/Linotype | Monotype Corporation)

Intinya sih...

  • Times New Roman diciptakan khusus untuk surat kabar The Times pada tahun 1932

  • Font ini terkenal karena efisiensi ruang dan sering dipakai di dokumen resmi serta karya akademik

  • Dibuat dengan sentuhan seni klasik, meskipun dianggap membosankan, font ini tetap abadi dan menjadi fondasi kuat untuk teks

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Font adalah bagian kecil dari dunia desain yang sering kita abaikan, padahal perannya sangat besar. Salah satu font yang mungkin paling sering kita temui adalah Times New Roman. Dari tugas kuliah, dokumen resmi, hingga naskah berita, font ini seperti hadir di mana-mana. Tak heran, font Times New Roman jadi salah satu tipografi paling legendaris.

Meski begitu, tidak banyak orang tahu cerita unik di balik Times New Roman. Ia bukan sekadar huruf standar yang muncul otomatis di aplikasi pengolah kata, tetapi ada sejarah, tujuan khusus, dan perjalanan panjang yang membuat font ini bisa bertahan hingga sekarang. Yuk, intip lima fakta unik tentang font Times New Roman yang mungkin belum pernah kamu dengar sebelumnya!

1. Dibuat khusus untuk surat kabar The Times

Surat kabar The Times (commons.wikimedia.org/Marco Almbauer)

Times New Roman pertama kali diciptakan untuk kebutuhan surat kabar, bukan untuk dokumen resmi. Stanley Morison, penasihat tipografi dari Monotype Corporation, sejak akhir 1920-an memang mengkritik huruf yang digunakan The Times karena dianggap kurang jelas dibaca. Kritik itu berbuah nyata pada tahun 1931 ketika redaksi meminta Morison merancang huruf baru yang lebih efisien. Untuk mewujudkannya, ia menggandeng Victor Lardent, seniman huruf di departemen periklanan The Times, yang kemudian menggambar bentuk visual sesuai arahan Morison.

Hasil kerja sama tersebut melahirkan desain yang ringkas sekaligus nyaman dibaca. Times New Roman akhirnya dipakai pertama kali di halaman The Times pada 3 Oktober 1932 dan langsung mendapat perhatian. Kombinasi kejelasan, efisiensi ruang, dan sentuhan estetika klasik membuatnya cepat populer di dunia penerbitan. Dari sana, font ini terus menyebar hingga menjadi standar global seperti yang kita kenal sekarang.

2. Terkenal karena efisiensi ruang

Ilustrasi Times New Roman font (commons.wikimedia.org/TIMES)

Salah satu keunggulan utama Times New Roman adalah bentuk hurufnya yang ramping. Desainnya memungkinkan lebih banyak teks masuk dalam satu halaman tanpa mengurangi kenyamanan membaca. Hal ini sangat penting bagi surat kabar yang harus memuat artikel panjang dengan ruang terbatas.

Efisiensi tersebut pula yang membuatnya sering dipakai di dokumen resmi dan karya akademik. Mahasiswa mungkin sering “berdosa” dengan memanfaatkan font lain agar halaman terlihat lebih panjang. Tapi dengan Times New Roman, teks terlihat ringkas dan rapi.

3. Pernah jadi font wajib di banyak dokumen resmi

Tangkapan layar teks skripsi (Dok. pribadi/Julita Puspita)

Bagi banyak orang, Times New Roman identik dengan tugas sekolah atau skripsi. Memang benar, selama bertahun-tahun font ini ditetapkan sebagai standar resmi di banyak institusi. Alasannya sederhana, yakni font ini formal, mudah dibaca, dan terkesan profesional.

Beberapa lembaga pemerintah hingga universitas masih mensyaratkan penggunaan Times New Roman. Bahkan ada yang menetapkan ukuran tertentu seperti 12 pt dengan spasi ganda sebagai aturan baku. Walaupun banyak font modern bermunculan, aura formal Times New Roman masih sulit digantikan. Ia seperti setelan jas klasik yang tak pernah ketinggalan zaman.

4. Dibuat dengan sentuhan seni klasik

Plantin font (commons.wikimedia.org/Flamon)

Times New Roman mungkin terlihat sederhana, tetapi jejaknya berakar pada tradisi seni klasik. Tipografi ini dikembangkan dari font Monotype bernama Plantin, yang diciptakan pada awal abad ke-20 dengan meniru gaya huruf Robert Granjon di era Renaisans. Dari dasar klasik itulah, Stanley Morison mengembangkannya agar sesuai dengan kebutuhan media cetak modern.

Meskipun mirip dengan Plantin, Times New Roman hadir dengan sentuhan berbeda yang membuatnya unik. Kontras antara goresan tipis dan tebal diperkuat, sehingga huruf-hurufnya tampak lebih tajam dan jelas di kertas. Keunggulan ini menjadikannya tidak hanya elegan secara visual, tapi juga sangat fungsional untuk menyampaikan teks panjang.

5. Sering dianggap membosankan tapi tetap abadi

Times New Roman sample (commons.wikimedia.org/Atanamir)

Menariknya, meski banyak dipakai, font Times New Roman sering dicap membosankan. Banyak yang merasa font ini terlalu biasa, terlalu aman, dan kurang ekspresif. Namun justru karena “sifat aman”-nya itu, font ini bisa bertahan dan dipakai di mana-mana. Ia menjadi pilihan netral yang jarang salah tempat.

Bahkan, status “membosankan” ini membuatnya unik. Times New Roman tidak berusaha menonjol, tapi malah jadi fondasi yang kuat untuk teks. Ia mungkin bukan bintang panggung, tapi selalu ada di balik layar sebagai pendukung utama. Inilah alasan mengapa Times New Roman tetap abadi, meski banyak font baru bermunculan.

Times New Roman bukan hanya sekadar huruf yang muncul default di komputer. Ia adalah bagian dari sejarah tipografi yang berhasil menjembatani kebutuhan praktis dan nilai estetika. Dari surat kabar hingga dokumen resmi, font ini sudah menemani jutaan tulisan. Jadi, setiap kali kamu mengetik dengan Times New Roman, ingatlah bahwa ada sejarah panjang dan filosofi menarik di balik setiap hurufnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team