Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gak Ditangkap? Ini 4 Alasan Sapi di India Bisa Bebas di Jalanan

Ilustrasi sapi di India (unsplash.com/Adam Hornyak)
Intinya sih...
  • Sapi di India bebas berkeliaran karena dianggap suci dalam tradisi Hindu
  • Undang-undang melindungi sapi dari penyembelihan dan perdagangan, mencerminkan nilai-nilai agama
  • Masalah sosial dan lingkungan muncul akibat keberadaan sapi liar, menimbulkan dilema bagi masyarakat

Kalau berkunjung ke India, jangan kaget kalau melihat sapi bebas berkeliaran di jalanan, bahkan di tengah kemacetan. Hewan ini bisa berjalan santai di trotoar, melintas di persimpangan, atau bahkan tidur di depan toko tanpa ada yang mengusik. Uniknya, masyarakat sekitar tampak terbiasa dengan keberadaan mereka dan tidak ada yang berusaha menangkap atau mengusirnya.

Pemandangan ini tentu berbeda dengan di banyak negara lain, di mana hewan ternak biasanya ditempatkan di peternakan atau kandang. Lalu, kenapa sapi di India bisa bebas berkeliaran tanpa ada yang melarang? Penasaran? Yuk, simak!

1. Adanya keyakinan agama

Ilustrasi sapi di India (unsplash.com/Monthaye)

Salah satu alasan utama mengapa sapi di India dibiarkan berkeliaran bebas adalah karena keyakinan agama yang kuat dalam masyarakat. Dalam tradisi Hindu, sapi dianggap sebagai simbol kesucian dan kehidupan. Mereka dihormati sebagai manifestasi dari dewi Lakshmi, yang melambangkan kekayaan dan kemakmuran.

Banyak orang Hindu percaya bahwa menyakiti atau membunuh sapi adalah tindakan yang sangat tidak etis dan dapat mendatangkan karma buruk. Oleh karena itu, sapi sering kali dibiarkan berkeliaran di jalanan, tidak hanya sebagai bentuk penghormatan, tetapi juga sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Keyakinan ini menciptakan lingkungan di mana sapi diperlakukan dengan kasih sayang dan dihargai sebagai bagian integral dari kehidupan masyarakat India.

2. Memiliki perlindungan hukum

Ilustrasi sapi di India (scmp.com)

Banyak negara bagian di India memiliki undang-undang yang melindungi sapi dari penyembelihan. Sebagai contoh, di daerah Haryana, India utara, penyembelihan sapi dan penjualan daging sapi dilarang, dengan ancaman hukuman penjara hingga 10 tahun dan denda hingga 100 ribu Rupee (sekitar Rp20,9 juta).

Undang-undang ini mencerminkan nilai-nilai agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Hindu, yang menganggap sapi sebagai hewan suci. Pemerintah telah memperketat undang-undang "perlindungan sapi" untuk menjaga populasi hewan tersebut. Akibatnya, perdagangan sapi menjadi terhambat karena warga takut terlibat dalam perdagangan lembu dan hewan lainnya.

Petani yang takut menjual atau menyembelih sapi mereka yang sudah tua dan lemah memilih untuk membuangnya. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah sapi liar yang berkeliaran di jalanan, menimbulkan masalah lalu lintas dan merusak lahan pertanian.

3. Tradisi budaya

Ilustrasi Diwali (unsplash.com/Aveedibya Dey)

Dalam masyarakat Hindu, sapi dihormati sebagai simbol keibuan dan kasih sayang. Di beberapa daerah di India, terdapat tradisi unik di mana anak-anak dilempar ke kotoran sapi dengan harapan membawa keberuntungan. Tak hanya itu, ada juga ritual mandi kotoran sapi yang diyakini dapat melindungi anak-anak dari berbagai penyakit serta mendatangkan keberuntungan.

Di beberapa desa, masyarakat bahkan mengadakan "perang" menggunakan kotoran sapi sebagai bagian dari upacara penutup perayaan Diwali, yang dikenal sebagai Festival Gorehabba. Tradisi ini berlangsung di desa Gumatapura, yang terletak di perbatasan antara Karnataka dan Tamil Nadu. Selain itu, badan-badan pemerintah menyediakan penampungan atau rumah jompo bagi sapi, tempat para pemilik dapat menitipkan hewan mereka yang sudah tua tanpa biaya.

4. Masalah sosial

Ilustrasi sapi di India (scmp.com)

Masalah sosial akibat keberadaan sapi liar di India semakin kompleks, terutama bagi masyarakat pedesaan. Seiring meningkatnya jumlah sapi yang dibiarkan berkeliaran, para petani menghadapi tantangan serius dalam melindungi lahan pertanian mereka. Sapi-sapi ini sering merusak tanaman, yang berdampak langsung pada hasil panen dan pendapatan petani.

Dalam beberapa kasus, petani bahkan terpaksa mengurung sapi-sapi liar di sekolah-sekolah untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada lahan mereka. Selain itu, kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sapi liar juga menjadi masalah serius. Masyarakat dilema menghormati sapi sebagai hewan suci tetapi terbebani dampak negatifnya. Tanpa solusi efektif, masalah ini akan terus berlanjut.

Walaupun status suci sapi telah menciptakan perlindungan hukum yang kuat, tantangan nyata muncul dalam bentuk dampak sosial dan lingkungan. Diperlukan pendekatan yang seimbang, mengedepankan dialog dan solusi inovatif, agar nilai-nilai luhur dapat terus dihormati tanpa mengabaikan kebutuhan praktis masyarakat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Shoima Nur Salsabila
EditorShoima Nur Salsabila
Follow Us