Bangsa Mongol mungkin telah mengubah sejarah, tetapi masih ada sejumlah kesalahpahaman tentang penaklukan mereka. Untuk satu hal, sudah lama diyakini bahwa kekeringan ekstrem lah yang telah "mengeluarkan" mereka dari Mongolia.
Banyak yang menganggap kalau Jenghis Khan dan bangsanya yang nomaden diduga melarikan diri dari kondisi yang memburuk, pergi ke segala arah hanya untuk menemukan tempat yang lebih layak huni. Namun, penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa bukan kekeringan yang menyebabkan penaklukan Mongol — itu adalah curah hujan yang konsisten.
Melansir dari Smithsonian Magazine, selama sekitar 15 tahun selama awal abad ke-13, Mongolia tengah tiba-tiba mengalami periode kelembaban dan kehangatan yang tidak normal. Cuaca yang relatif sedang ini berarti panen yang melimpah untuk bangsa Mongol.
Bangsa Mongol menuai panen mereka, dan hujan yang melimpah telah memberi mereka bahan bakar tak terbatas untuk kuda, ternak, dan pejuang mereka untuk memulai invasi ke wilayah di sekitarnya.
Kesalahpahaman lain adalah bahwa pasukan Mongol adalah pengecualian dari "pantangan" menyerbu Rusia selama musim dingin, suatu prestasi yang gagal dilakukan oleh Napoleon dan Hitler di kemudian hari. Perlu diketahui kalau ini adalah perbandingan yang salah.
Mengutip dari buku Climate Change and Armed Conflict, invasi Napoleon pada tahun 1812 terjadi selama apa yang oleh para ahli iklim disebut sebagai "Zaman Es Kecil," yaitu ketika belahan bumi utara berubah dari hangat menjadi sangat dingin. Sedangkan invasi Hitler pada tahun 1941 bertepatan dengan salah satu musim dingin paling brutal dalam sejarah modern.
Sebaliknya, bangsa Mongol menyerbu Rusia selama "Periode Hangat" di Abad Pertengahan, ketika kondisi cuaca tidak terlalu dingin. Dengan kemudahan ini, bangsa Mongol dapat menyerbu dan berhasil menaklukan Rusia.
Nah, itu tadi 7 fakta menarik tentang kaum "barbarian." Faktanya, walau dianggap biadab, bangsa-bangsa "barbar" seperti Fenisia dan Minoa telah menginspirasi kebudayaan bangsa Yunani Kuno, terutama dalam bidang budaya, seni, dan bahasa (angka dan alfabet) yang akan berpengaruh pada kebudayaan modern.