Garam di Indonesia Adalah yang Paling Tercemar Mikroplastik

Dilansir dari Indonesiabaik.id, dari 10 daerah penghasil garam di Indonesia, tiga diantaranya berasal dari pulau madura yaitu Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Sampang adalah yang paling banyak memproduksi garam mencapai 399 ribu ton dan juga merupakan yang terbanyak kedua di Indonesia setelah Cirebon.

Dari National Geographic, Indonesia dengan garis pantai sepanjang 34.000 mil (54.720 km) merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Dalam studi 2015 lalu, Indonesia merupakan negara dengan tingkat polusi plastik terburuk kedua di  dunia di mana Tiongkok yang pertama. Maka tak heran jika garam Indonesialah yang paling terkontaminasi.

Dikutip dari National Geographic, penelitian terbaru menunjukkan bahwa 90 persen sampel garam meja di seluruh dunia telah terkontaminasi mikroplastik. Dari analisis oleh peneliti dari Korea Selatan dan Green Peace, dari 39 merek garam yang diuji, terdapat 36 sampel garam yang telah terkontaminasi mikroplastik. 

Kepadatan mikroplastik bervariasi tergantung merek dan dari mana garam itu berasal. Dalam hal ini, kontaminasi mikroplastik merek garam yang berasal dari Asia sangat tinggi mengingat Asia adalah daerah dengan titik panas di ekuator sehingga sangat mendukung terurainya plastik bagi polusi plastik.

Menurut jurnal yang dipublikasikan oleh Enviromental Science and Technology, dari 39 merek yang dijual di 21 negara, tiga merek garam yang bebas mikroplastik berasal dari Taiwan (garam laut olahan), Tiongkok (garam batu olahan), dan Prancis (garam laut tidak murni dari penguapan matahari).

Menurut kepadatan dari segi geografis, tingkat mikroplastik tertinggi berasal dari garam laut, lalu garam danau dan kemudian garam batu. Dalam hal ini, garam laut dihasilkan dari penguapan air laut dan paling banyak digunakan dalam hal konsumsi. Sedangkan garam danau penggunaannya tidak cukup populer sehingga kebanyakan orang menggunakan danau garam untuk berendam, kemudian garam batu atau yang dikenal sebagai Halit sering digunakan untuk pengelolaan es khususnya di negara empat musim untuk melelehkan es di trotoar dan jalanan.

Dikutip dari Ecowatch, rata-rata manusia dewasa mengonsumsi 2000 mikroplastik setiap tahun melalui garam. Akan tetapi, sampai saat masih dilakukan penelitian lebih lanjut tentang bahaya mikroplastik dalam tubuh manusia oleh para ilmuwan. Beberapa diantaranya masih berspekulasi dengan kemungkinan bahwa partikel mikroplastik dapat keluar dengan sendirinya tanpa melepaskan muatan berbahaya lainnya, diserap tubuh namun dengan cepat dipecah serta dihilangkan dan atau mungkin juga berbahaya ketika partikelnya lebih terkonsentrasi dan terakumulasi dalam tubuh.

Garam sebagai bumbu utama dalam masakan kini telah menyimpan bahaya tersendiri. Jika kita tidak segera mencari solusi dalam mengatasi masalah limbah plastik, mungkin tidak hanya garam saja, bahkan sayur, buah, lauk, dan minuman-minuman kita bisa jadi tercemar mikroplastik.