Gurun Sahara (pixabay.com/Jörg Peter)
Ada dua faktor yang mungkin menyebabkan pergeseran tak biasa dari ITCZ ini. Menurut Karsten Haustein, seorang peneliti iklim dari Universitas Leipzig pada laman CNN, transisi dari fenomena El Niño ke La Niña mempengaruhi pergerakan zona tersebut.
El Niño, yang ditandai dengan suhu laut di Pasifik yang lebih hangat, biasanya menyebabkan kondisi yang lebih kering di wilayah basah Afrika Barat dan Tengah. Sebaliknya, La Niña dapat menyebabkan lebih banyak hujan di wilayah tersebut.
Faktor kedua yang sangat signifikan adalah pemanasan global. Zona Konvergensi Antar Tropis bergerak lebih jauh ke utara seiring dunia yang semakin panas. Ini sesuai dengan prediksi banyak model iklim yang telah dilakukan.
Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Nature pada bulan Juni menemukan bahwa pergeseran ke utara dari zona ini bisa terjadi lebih sering dalam beberapa dekade mendatang. Ini bisa terjadi seiring dengan peningkatan kadar karbon dioksida akibat polusi bahan bakar fosil.
Referensi
Liu, Wei, Shouwei Li, Chao Li, Maria Rugenstein, and Antony P. Thomas. “Contrasting Fast and Slow Intertropical Convergence Zone Migrations Linked to Delayed Southern Ocean Warming.” Nature Climate Change, June 28, 2024.
Live Science. Diakses pada September 2024. Sahara desert hit by extraordinary rainfall event that could mess with this year's hurricane season.
CNN. Diakses pada September 2024. An unusual shift in the weather has turned the Sahara green.