Pandemi influenza tahun 1918 di Washington, D.C. (commons.wikimedia.org/National Photo Company)
Dua perang dunia menyapu bersih jutaan orang di seluruh dunia. Namun, bukan senjata, bom, atau pedang yang merenggut nyawa paling banyak di zaman itu, melainkan penyakit. Pandemi Flu Spanyol tahun 1918 menginfeksi sekitar 500 juta orang atau sepertiga dari populasi global, dan diperkirakan telah membunuh antara 20 hingga 50 juta orang di seluruh dunia, lapor History. Data ini belum sepenuhnya akurat, tetapi banyak yang berspekulasi bahwa jumlah korban tewas bisa mencapai 50 hingga 100 juta orang.
Spanyol adalah negara netral dalam Perang Dunia I, dan karena itu, mereka tidak membatasi pers seperti beberapa negara lain. Dengan demikian, dilaporkan secara terbuka ketika flu baru melanda Spanyol pada Mei 1918. Negara-negara lain menuduh bahwa penyakit itu dimulai di Spanyol, maka nama Flu Spanyol dipakai.
Kasus penyakit pertama yang diketahui sebenarnya didokumentasikan di AS, di Camp Funston di Fort Riley, Kansas pada bulan Maret 1918. Selama dua bulan berikutnya, sekitar 200.000 tentara dari kamp melakukan perjalanan ke Eropa untuk berperang, dan mungkin saja menyebarkan penyakit itu ke eropa.
Tak seperti dipikirkan banyak generasi selanjutnya, Generasi Terbesar juga tak selalu sempurna dan terlihat tangguh dalam menghadapi gejolak politik, peperangan, krisis ekonomi, dan wabah yang melanda selama periode tersebut. Banyak keputusasaan dan masalah rasial yang masih berputar di dalamnya.
Itulah alasan mengapa mereka disebut sebagai generasi terkuat, tangguh, dan bisa memiliki gaya hidup yang hemat. Semoga kita bisa mencontoh banyak hal baik dari generasi sebelumnya, ya!