ilustrasi hujan meteor (unsplash.com/Ludovico Bee)
Pada masa lalu, puing-puing komet P/Giacobini-Zinner pernah menghasilkan badai meteor. Peristiwa tersebut terjadi pada 1933 dan 1940. Dilansir Earth Sky, fenomena badai meteor tersebut menghasilkan ratusan bahkan ribuan meteor per jam yang bisa diamati dari Bumi.
Perlu diketahui, sebagian puing komet tersebar secara tidak merata di sekitar orbitnya. Namun, sebagian besar berkumpul di dekat komet. Ketika komet mendekati tata surya dan atmosfer Bumi, akan muncul hujan meteor yang spektakuler.
Pada 1985, 1998, dan 2018, guguran hujan meteor Draconid mengalami peningkatan. Selanjutnya, pada 2011, pengamat di Eropa bahkan melihat lebih dari 600 meteor per jam dari hujan meteor Draconid. Meski demikian, tidak terjadi fenomena badai meteor sebagaimana pada puluhan tahun lalu.
Komet 21P/Giacobini-Zinner juga berada di perihelion atau titik terdekatnya dengan bumi pada 10 September 2018 lalu. Pada waktu tersebut pun terjadi peningkatan guguran meteor.
Menghitung periode orbitnya, diperkirakan perihelion berikutnya terjadi pada 2025. Meski demikian, peneliti tidak dapat memperkirakan adanya ledakan walaupun mungkin saja terjadi, melansir sumber yang sama.
Seperti disebutkan sebelumnya, kamu bisa menikmati hujan meteor Draconid Oktober 2024 begitu matahari tenggelam. Usahakan mencari tempat yang gelap agar lebih mudah mendeteksi keberadaan gugusan meteor ini, ya.