5 Fakta Unik Alpine Chough, Gagak yang Betah di Ketinggian

Turun ribuan meter per hari untuk cari makan!

Meskipun punya sayap yang bisa membawanya terbang ke mana pun, gak semua burung bisa mencapai ketinggian tertentu, apalagi menjadikannya sebagai rumah. Hanya beberapa saja yang mampu bertahan di hidup di area dengan tekanan atmosfer rendah dan minim terdapat makanan. 

Alpine chough merupakan satu dari sedikit burung yang mendiami wilayah ketinggian. Mereka punya adaptasi khusus yang memungkinkannya hidup dan berkembang biak di wilayah dengan tekanan atmosfer rendah. Bagaimana caranya? Yuk, simak lima fakta unik alpine chough berikut ini yang wajib kamu ketahui!

1. Gagak spesialis pegunungan

5 Fakta Unik Alpine Chough, Gagak yang Betah di Ketinggianalpine chough di ketinggian (pixabay.com/dominikschraudolf-322528)

Alpine chough merupakan jenis burung pengicau yang tergolong dalam keluarga burung gagak atau Corvidae. Mereka itu 1 dari 2 spesies di genus Pyrrhocorax yang dikenal sebagai jenis gagak spesialis pegunungan. Ya, baik alpine chough dan red-billed chough, keduanya tinggal di ketinggian. 

Habitat yang paling disukai burung bernama ilmiah Pyrrhocorax graculus ini berupa padang rumput di area pegunungan. Saat musim dingin, mereka biasanya akan turun ke lembah.

Mengutip laman Bird Factalpine chough yang tinggal di Eropa ditemukan hidup di ketinggian antara 1.200—2880 meter, sementara yang di Himalaya bisa mencapai ketinggian 3.500—5.000 meter. Hebatnya, burung ini tercatat pernah terbang mengikuti pendaki gunung di Nepal hingga ketinggian 8.300 meter!

2. Burung yang bersarang tertinggi di dunia

5 Fakta Unik Alpine Chough, Gagak yang Betah di Ketinggianburung alpine chough di Austria (commons.wikimedia.org/Mathias Bigge)

Sebagai burung yang tinggal di ketinggian, tentu gak mengejutkan lagi kalau mereka juga jadi spesies burung yang bersarang tertinggi di dunia. Mengutip laman Animalia, burung ini bisa bersarang di ketinggian 6.500 meter!

Bagaimana telur alpine chough bertahan di ketinggian dengan tekanan atmosfer rendah? Dari segi tampilan, telur alpine chough memang sama seperti telur burung pada umumnya. Namun, telurnya memiliki lebih sedikit pori-pori sehingga hanya kehilangan sedikit air bila menguap. Hal inilah yang membuat telur burung ini sanggup bertahan di area dengan tekanan atmosfer rendah. 

Dalam sekali waktu, betina bisa menghasilkan 4—6 telur. Sarangnya yang terbuat dari campuran batang dan akar pohon dilapisi dengan lumut, bulu, serta rumput. Biasanya, ia bisa ditemukan di gua, celah-celah tebing, hingga bangunan kosong. 

Baca Juga: 5 Fakta Cock of the Rock, Burung Nyentrik Asli Hutan Amerika

3. Tempuh puluhan kilometer untuk cari makan

5 Fakta Unik Alpine Chough, Gagak yang Betah di Ketinggianburung alpine chough terbang (commons.wikimedia.org/chripell)

Ketika musim dingin tiba, burung ini akan turun dari pegunungan menuju ke wilayah lembah dan padang rumput untuk mencari makan. Biasanya mereka menyantap buah-buahan selama musim dingin dan hewan invertebrata saat musim panas. Setelah makan, mereka kembali lagi ke pegunungan untuk bertengger dan beristirahat. Menurut laman Animalia, burung ini bisa menempuh jarak hingga 20 kilometer dan ketinggian 1.600 meter hanya untuk mencari makan!

Menariknya, turunnya kawanan burung ini ke area pedesaan saat musim panas jadi pertanda turunnya salju lebih awal oleh warga lokal. Alpine chough memang akan turun ramai-ramai ke wilayah lembah kalau terjadi cuaca buruk di ketinggian. 

4. Betah banget di ketinggian

5 Fakta Unik Alpine Chough, Gagak yang Betah di Ketinggianburung alpine chough di ketinggian (commons.wikimedia.org/Matias Senger)

Dibandingkan saudaranya, alpine chough bisa bertahan hidup lebih mudah di ketinggian.  Mereka memanfaatkan aktivitas wisata yang aktif sepanjang tahun dekat dengan tempat tinggalnya. Mereka kerap mendatangi tempat wisata seperti resor ski, restoran, dan tempat piknik untuk mencari makan. Burung ini sudah terbiasa dengan kehadiran manusia dan sama sekali gak merasa terganggu. 

Menurut laman vogelwarte.ch, ketersediaan makanan membuat burung ini mampu bertahan di ketinggian 3.000 meter saat musim dingin. Burung yang tangguh, ya!

Walaupun membuat hidup alpine chough lebih mudah di ketinggian, kebiasaannya mencari makan di tempat wisata dikhawatirkan dapat memiliki dampak negatif. Minatnya terhadap mangsa alaminya di pegunungan akan menurun sehingga mereka lebih bergantung pada manusia untuk mendapatkan makanan yang tidak alami baginya, tulis laman Avibirds.

5. Bisa terdampak perubahan iklim

5 Fakta Unik Alpine Chough, Gagak yang Betah di Ketinggiankawanan burung alpine chough (commons.wikimedia.org/Christoph Koch)

Populasi alpine chough memang melimpah. Spesiesnya masuk dalam kategori Least Concern (LC) atau berisiko rendah alami kepunahan dalam Daftar Merah IUCN. Namun, ada banyak bahaya yang bisa mengancam keberadaan burung gagak ini.

Seperti yang dijelaskan laman Animalia, di habitat aslinya burung ini bisa terancam. Penyebabnya akumulasi pestisida dan logam berat di tanah pegunungan, hujan lebat, perburuan, hingga gangguan manusia. 

Perubahan iklim juga jadi ancaman jangka panjang bagi spesies satu ini. Akibbatnya bisa menyebabkan zona iklim Alpen yang jadi tempat tinggalnya bergeser makin tinggi ke area yang sulit dijangkau, bahkan bukan tidak mungkin dapat menghilang. 

Semoga keberadaan mereka bisa tetap terjaga, ya! Apakah kamu tertarik untuk berkunjung ke tempat wisata di mana banyak dikunjungi alpine chough? Semoga tulisan ini bisa menambah wawasanmu terhadap satwa liar, ya!

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Kuntul Kerbau, Burung Cantik Sahabat Petani

Ina Suraga Photo Verified Writer Ina Suraga

Business inquiries: suraga.ina@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya