Faktor politik sangat berpengaruh pada pasifnya Britania Raya dan Prancis. Diketahui beberapa tokoh penting di Britania Raya tidak setuju dengan deklarasi perang terhadap Jerman. Salah satunya adalah Edward VIII, mantan raja Britania Raya.
Selain itu, Perdana Menteri Neville Chamberlain juga diketahui sebagai sosok yang menghindari perang. Mengutip dari laman Imperial War Museums, keengganannya untuk memilih pilihan perang dapat terlihat ketika ia lebih memilih untuk menyetujui Jerman menguasai Sudetenland dalam Perjanjian München 1938 demi menghindari perang dengan Jerman.
Sikap Chamberlain juga diduga menyebabkan kegagalan operasi militer Prancis di Saarland. Seperti ditulis dalam laman Warfare History Network, Chamberlain tidak menyetujui gagasan Prancis yang ingin mengangkut pasukannya melalui Belgia yang pada saat itu menyatakan netral dalam Perang Dunia II. Ia tidak ingin merusak netralitas sebuah negara.
Mereka yang menolak perang lebih memilih upaya diplomasi untuk menyelesaikan masalah dengan Jerman. Trauma terhadap Perang Dunia I yang sangat mengerikan masih melekat di benak publik sehingga mereka tidak mau terjadi perang besar lagi.
Sementara itu dari pihak Jerman Nazi, Hitler menyampaikan pidatonya pada 6 Oktober 1939 setelah kembali dari Polandia. Ia menyatakan bahwa tidak memiliki keinginan untuk berperang melawan Prancis dan Britania Raya. Seperti ditulis dalam laman Time, Hitler mengajukan pembicaraan damai dengan Prancis dan Britania Raya terkait berbagai masalah, termasuk masalah di Polandia dan Perjanjian Versailles 1919.
Pidato Hitler diakhiri dengan ultimatum bahwa jika para pendukung perang seperti Churchill berhasil memengaruhi Britania Raya dan Prancis untuk menolak pembicaraan damai yang diajukan Hitler, maka tidak akan ada lagi tawaran damai darinya.