Inilah 8 Tokoh Penting di Balik Peristiwa Perang Vietnam

Le Duan merupakan tokoh paling penting dalam Perang Vietnam dan pada saat itu ditugaskan untuk mengorganisasi sebuah organisasi Partai Komunis bawah tanah mengikuti divisi Vietnam pada tahun 1954. Di tahun 1960, Le Duan ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal Komite Partai Pekerja di komite pusat Vietnam, sebuah posisi yang menjadikannya sebagai orang nomor dua di Vietnam.

Ketika kesehatan mulai menurun pada sepanjang tahun 1960an, Le Duan justru memikul semakin banyak tanggung jawab yang pada akhirnya menggantikan posisi Ho Chi Minh yang meninggal pada tahun 1969 sebagai pemimpin Vietnam Utara.

Presiden Amerika Serikat ke-36, Lyndon B. Johnson, menjadi salah satu tokoh penting berikutnya dibalik peristiwa Perang Vietnam. Ketika itu, di bawah pemerintahannya sebanyak 500.000 pasukan Amerika Serikat berada di Vietnam pada tahun 1968. Namun hasil yang terlihat justru membuat sebagian besar warga Amerika Serikat menjadi geram dan Johnson mendapatkan hujan kritikan saat itu.

Pada akhirnya, Johnson memikul semua tanggung jawab yang diberikan kepadanya setelah membuat "July Decisions". Saat itu, Teluk Resolusi Tonkin dan Operasi Rolling Thunder berada di bawah wewenangnya.

Ho Chi Minh, yang merupakan seorang tokoh pendiri Vietnam ini, adalah pemimpin pemberontakan Vietnam Utara yang dinilai terlalu bercondong ke gaya Barat dengan Vietnam Selatan yang merupakan musuh Amerika Serikat. Sebelum terjadinya Perang Vietnam, ia melakukan sesuatu untuk komunisme dan merupakan alasan yang sangat besar untuk pergi berperang. 

Sedangkan pihak Amerika Serikat tidak menginginkan Ho Chi Minh untuk mengambil alih Vietnam Selatan atau bagian lainnya di Asia Tenggara dan perlahan-lahan paham komunisme mengambil alih efek domino. Maka dari itu, Ho Chi Minh merupakan tokoh yang paling berpengaruh sekaligus tokoh yang ingin dihentikan oleh Amerika Serikat saat itu.

Presiden Amerika Serikat ke-37, Richard Nixon, merupakan salah satu tokoh di balik penarikan pasukan Amerika Serikat dari Vietnam. Namun, bersamaan dengan itu juga Nixon telah mengeluarkan perintah untuk menyediakan peralatan perang dan senjata yang lebih modern kepada Vietnam Selatan dan meningkatkan upaya penasihat, yang semuanya merupakan bagian dari Vietnamisasi. 

Setelah menarik pasukannya, pada tahun 1970, Nixon justru memerintahkan pasukannya dan pasukan Vietnam Selatan untuk memperluas perang ke wilayah-wilayah tempat suci yang berada di Kamboja.

Presiden Vietnam Selatan yang pertama, Ngo Dinh Diem, memimpin Vietnam Selatan sejak tahun 1955 hingga 1963. Ketika itu, Ngo Dinh Diem didukung oleh Amerika Serikat hingga tahun 1963. Sayangnya, pemerintahannya menjadi lamban karena berbagai kasus korupsi dan otokrasi serta berbuat diskriminasi. Tak hanya itu, di zaman pemerintahannya juga telah mengabaikan seruan untuk mengadakan pemilihan umum.

Akibatnya, Ngo Dinh Diem dibunuh pada bulan Oktober 1963 dan yang paling parahnya dilakukan secara kudeta yang didukung Amerika Serikat saat itu. Kematian Ngo Dinh Diem membuat negaranya menjadi kacau dalam politik. Pemerintahan Amerika Serikat menjadi lebih terlibat dalam menstabilkan pemerintahan Vietnam Selatan serta memukul mundur pasukan komunis yang saat itu menjadi ancaman yang kuat.

Presiden Amerika Serikat ke-35, John F. Kennedy, terlibat dalam Perang Vietnam di mana berawal dari saling membalas surat antara dirinya dengan Presiden Vietnam Selatan, Ngo Dinh Diem. Ketika itu, Kennedy meningkatkan jumlah bantuan dari Amerika Serikat ke Vietnam Selatan serta mencakup komitmen perluasan pasukan Amerika Serikat.

Kennedy merasa prihatin dengan upaya komunisme yang semakin meluas di Vietnam Selatan sehingga mencari cara untuk menghentikan gerakan komunisme meski dilakukan secara hati-hati.

Oleh karenanya, Kennedy mendukung langkah kudeta dari para jenderal Vietnam Selatan untuk menyingkirkan Ngo Dinh Diem dari kekuasannya dan akibatnya Ngo Dinh Diem dibunuh oleh pasukannya sendiri. Tak lama kemudian pada bulan November 1963, Kennedy justru ditembak oleh orang tak dikenal saat itu dan Kennedy merupakan salah satu tokoh di balik peristiwa Perang Vietnam kala itu. 

Saat itu, Vo Nguyen Giap memimpin komando pasukan Vietnam Utara dan pada tahun 1967, Giap membantu mengawasi perencanaan untuk melakukan serangan Tet besar-besaran. Di tahun 1968, serangan Tet terbukti menjadi bencana militer bagi Vietnam Utara dan mampu mencapai beberapa tujuan politiknya. Serangan tersebut menunjukkan bahwa secara signifikan telah berkontribusi mengubah persepsi Amerika Serikat tentang konflik.

Vo Nguyen Giap menjadi salah satu tokoh di balik perdamaian antara Vietnam dengan Amerika Serikat dan di tahun 1973, Amerika Serikat secara resmi menarik diri dari Vietnam. Setelah Amerika Serikat hengkang, Giap tetap memimpin pasukan Vietnam Utara dan melakukan upaya untuk menyatukan Vietnam Utara dengan Vietnam Selatan menjadi negara Vietnam yang kita kenal sampai saat ini.

Jenderal William Westmoreland ditunjuk oleh Presiden Amerika Serikat ke-36, Lyndon B. Johnson, untuk memimpin Komando Bantuan Militer Amerika Serikat di Vietnam (MACV) pada Juni 1964.

Selama 4 tahun berikutnya, jenderal terkemuka di Amerika Serikat ini mengarahkan banyak strategi militer Amerika Serikat selama Perang Vietnam dan memelopori penumpukan pasukan Amerika Serikat di wilayah tersebut yang semula dari 16.000 pasukan menjadi lebih dari 500.000 pasukan.

Strategi gesekan yang dilakukannya bermula memiliki tujuan untuk menimbulkan kerugian besar bagi pasukan Vietnam Utara dan Vietnam Selatan yang menggunakan senjata unggul Amerika Serikat, akan tetapi justru mengakibatkan kebuntuan besar pada akhir tahun 1967. Akibat peristiwa ini, sentimen anti perang justru semakin meningkat yang membuat Presiden Lyndon B. Johnson membatalkan serangan bom di Vietnam Utara pada bulan Maret 1968 lalu. 

Ketika kembali ke Amerika Serikat, Westmoreland membantah kritikan yang dilontarkan kepadanya terhadap tindakan atas perang dan menjadi pendukung veteran yang berdedikasi untuk Vietnam 

Itulah 8 tokoh yang berperan penting di balik peristiwa Perang Vietnam.