Jabatannya Kontroversial, 12 Fakta Mantan Presiden AS Jimmy Carter

Ada benang merah mengapa presiden AS ke-39, Jimmy Carter, dianggap jauh lebih sukses sebagai mantan presiden oleh beberapa sejarawan. Meskipun demikian, dalam empat tahun masa jabatannya, Jimmy Carter dirundung masalah krisis ekonomi, kerusuhan di luar negeri, dan hubungan yang tidak menyenangkan dengan Kongres dan pers. Carter pun meninggalkan jabatannya dengan tingkat persetujuan sebesar 34 persen. Menjadikannya satu-satunya presiden Partai Demokrat sejak abad ke-19 yang tidak terpilih untuk masa jabatan kedua.
Pengaruhnya terhadap politik dan kebijakan di Partai Demokrat sejak kekalahannya pada tahun 1980 sangat minim. Namun, aktivitas pasca-kepresidenannya lewat Carter Center dan Habitat for Humanity justru mendapat pengakuan luas. Hal ini mengubah ekspektasi para presiden setelah masa jabatan mereka di Gedung Putih berakhir.
Pandangan sempit terhadap peran Carter sebagai presiden dan mantan presiden cenderung membuat karier politiknya tenggelam. Jimmy Carter hanya di pandang sebelah mata sebagai seorang petani kacang sederhana, yang memilih masuk ke dalam dunia politik. Namun, dalam masa kepresidenannya, Jimmy membangun rumah bagi para tunawisma dan kebajikan sosialnya terhadap warga Amerika, yang justru menimbulkan kontradiksi di kalangan pejabat politik.
1. Jimmy Carter terlahir dari orang tua yang memiliki pandangan berbeda terkait masalah ras

Jimmy Carter, seperti banyak presiden di zaman modern, memiliki sosok ayah yang menaruh harapan tinggi pada putranya dan seorang ibu yang mengasuhnya menjadi anak yang percaya diri dan memiliki ambisi. Akan tetapi, orang tua Carter mendidiknya dari perspektif yang sangat berbeda mengenai pandangannya terhadap ras.
James Earl Carter Sr., ayah Jimmy Carter, adalah sosok yang dikagumi di kota Plains, Georgia. PBS mengatakan bahwa dia adalah seorang segregasionis (paham yang mengatakan bahwa orang-orang yang memiliki ras berbeda harus dipisahkan) yang berkomitmen tinggi. Namun, istrinya, Lillian Carter, justru bertentangan dengan paham tersebut. Dia mengabaikan norma-norma sosial yang condong ke arah segregasi. Selain itu, Lillian adalah orang yang mudah bergaul dengan siapa saja, seperti sering membantu tetangganya yang berkulit hitam.
Jimmy Carter sendiri sangat mengagumi ayahnya. Terlepas dari itu, Jimmy Carter juga menghormati teladan ibunya dalam merangkul ras yang berbeda. Pengaruh kedua orang tuanya dan wawasan yang mereka berikan terhadap perspektif berbeda muncul di awal karier politik Jimmy Carter. Menurut UVA Miller Center, Jimmy Carter memenangkan dukungan dari para segregasionis terkemuka di Georgia dalam pencalonannya sebagai gubernur Georgia pada tahun 1970. Carter juga mengejutkan banyak orang ketika ia menentang segregasi dalam pidato pelantikannya setelah menang tipis dalam pemilihan gubernur. Carter kemudian meningkatkan kehadiran warga Amerika keturunan Afrika di pemerintahan Georgia.
2. Jimmy Carter menjadi perwira di Angkatan Laut AS dan belajar energi nuklir

Meskipun Jimmy Carter kagum dengan ayahnya sendiri, tetapi dia tidak mau terlibat dalam mengurus pertanian keluarga. Jimmy justru mengikuti teladan pamannya dan bergabung dengan Angkatan Laut AS. Jimmy masuk Akademi Angkatan Laut di tengah-tengah Perang Dunia II dan mulai bertugas pada tahun 1946, tulis laman Perpustakaan & Museum Kepresidenan Jimmy Carter. Pada tahun 1952, ia mencapai pangkat letnan dan dikenal sebagai perwira yang berdedikasi dan ramah.
Jimmy Carter bermimpi jika suatu hari nanti dia bisa memimpin kapal selamnya sendiri. Namun, prospek itu dirasa terlalu lama. Menurut buku Jimmy Carter (1997) karya Peter G. Bourne, perwira muda tersebut justru memilih untuk melamar program nuklir baru di Angkatan Laut. Jimmy Carter pun diharuskan mengikuti kursus fisika nuklir di Union College dan simulasi pembongkaran reaktor nuklir.
Pada saat pelatihannya selesai, Carter akhirnya menjadi petugas teknik di kapal USS Seawolf, kapal selam nuklir kedua yang ditambahkan ke armada Amerika. Namun, karier angkatan laut Carter terhenti karena kematian ayahnya. Earl meninggal karena kanker pankreas pada tanggal 22 Juli 1953. Ibunya yang terguncang karena kehilangan suaminya, membuat Jimmy Carter mengakhiri dinasnya di angkatan laut untuk kembali ke Georgia.
3. Jimmy Carter dan keluarganya pernah tinggal di perumahan umum milik pemerintah

Jimmy Carter kembali ke Georgia pada tahun 1953 setelah kematian ayahnya, Earl. Setibanya di kampung halamannya, dia langsung dilanda banyak masalah. Salah satunya, Jimmy Carter harus melunasi sebagian besar utang ayahnya.
Earl adalah orang yang cukup kaya, karena pertanian dan bisnisnya memberikan manfaat penting bagi masyarakat. Akan tetapi, kota Plains kekurangan sarana memadai di pertanian setelah Earl meninggal. Ibu Carter merasa tidak mampu menangani semuanya sendirian dan memaksa Jimmy Carter untuk pulang. Di sisi lain, istri Carter, Rosalynn, senang dengan kehidupan mereka di Angkatan Laut dan tidak ingin kembali ke Georgia.
Lebih buruk lagi, di tahun berikutnya, Georgia dilanda kekeringan parah yang menyebabkan kerugian pada pertanian kacang tanah milik keluarga Carter. Laba bersihnya pada tahun 1954 hanya sekitar 187 dolar AS atau setara Rp2,9 juta. Bisnisnya yang memburuk dan gaji Jimmy Carter di angkatan laut yang rendah, membuat keluarganya tidak mampu membeli rumah sendiri.
Menurut buku Jimmy Carter (2004) karya Beverly Gherman, Jimmy Carter, Rosalynn, dan ketiga anak mereka pindah ke sebuah apartemen yang merupakan bagian dari proyek pemerintah berupa perumahan umum bagi warga yang tidak mampu. Ironisnya, sebelum kembali ke Plains, Carter dihujat oleh perwakilan kongresnya karena tinggal di perumahan umum.
Namun, tidak ada masalah serius yang menimpa keluarga Carter selama mereka tinggal di perumahan umum. Nasib dan cuaca yang mulai bersahabat pada tahun 1955, membuat keluarga Carter meninggalkan perumahan umum mereka. Keluarga Carter berhasil mengumpulkan uang dari pendapatan usaha bisnisnya, dan menikmati panen kacang tanah yang berlimpah.
4. Jimmy Carter menjadi korban kecurangan pemilihan suara

Tuduhan kecurangan pemilu bisa menjadi masalah serius dan bisa menjadi ancaman yang fatal bagi demokrasi. Dilansir Reuters, hal ini merupakan kejahatan yang jarang terjadi sehingga penelitian terhadap lebih dari satu miliar surat suara yang diberikan antara tahun 2000 sampai 2014 hanya ditemukan 31 kasus penipuan. Namun, peristiwa yang sangat jarang terjadi bukan berarti tidak pernah terjadi, kan. Bahkan, hal ini pernah menimpa Jimmy Carter.
Mengikuti jejak ayahnya sebagai politisi, Jimmy Carter memutuskan untuk mencalonkan diri. Dia melakukan kampanye dalam pencalonannya sebagai Senat Negara Bagian Georgia pada tahun 1962 melawan Homer Moore, seorang politisi terkenal dengan basis dukungan yang kuat. Menurut Carter, Moore adalah lawan yang terhormat. Akan tetapi, Moore mendapat dukungan dari Joe Hurst, bos partai Demokrat di wilayah penting seperti Quitman County dan ahli politik kotor. Hurst ingin memiliki senator negara bagian yang pro dengan dirinya untuk melindungi pekerjaannya kotornya di politik.
Carter pun sudah diperingatkan sebelumnya bahwa penghitungan suara di Quitman County kemungkinan akan ada kecurangan. Pengawas suara bahkan melaporkan adanya intimidasi pemilih, penghancuran surat suara, dan kurangnya kerahasiaan seputar pemungutan suara. Praktik seperti ini jarang terjadi di Georgia pada saat itu. Namun, Carter menolak menerima hasil pemilu yang dicurangi tersebut, yang membuatnya kalah tipis. Investigasi yang dilakukan pun menguntungkannya. Ketika pemilu diulang, Carter unggul tipis.
5. Jimmy Carter juga menggunkan strategi kotor saat berkampanye

Jimmy Carter terkenal karena tidak takut membongkar kejamnya strategi kampanye politik. Dia juga dikenal sebagai sosok yang sopan, dan karyanya di luar Gedung Putih dikagumi secara universal. Carter sendiri mengakui bahwa dia tidak mau terlibat dalam kebijakan politik yang kejam. Seperti yang diamati oleh banyak orang di seluruh dunia, Jimmy Carter mampu meyakinkan banyak orang bahwa dia adalah pribadi yang jujur.
Akan tetapi, saat melihat kembali kampanye Carter pada tahun 1970 dalam pencalonannya sebagai gubernur Georgia, membuktikan bahwa dia juga bisa bermain kotor. Lawannya dalam pemilihan pendahuluan demokratis adalah mantan gubernur Carl Sanders. Sanders sangat populer pada saat itu, dia adalah sosok tokoh masyarakat yang sangat menjunjung kesetaraan ras, dan disebut-sebut sebagai calon wakil presiden keluarga Kennedy, seperti yang dijelaskan Atlanta Journal-Constitution.
Jimmy Carter sendiri memang menunjukkan keberaniannya dalam isu-isu rasial di angkatan laut dan sebagai seorang pengusaha. Carter melemparkan tuduhan bahwa Sanders melarang George Wallace (gubernur Alabama) masuk ke Georgia. Lalu, secara misterius, ribuan selebaran muncul di seluruh negara bagian, yang menghubungkan Sanders dengan orang Negro. Dalam selebaran tersebut, Sanders seolah-olah mengejek orang kulit hitam, dan mencerminkan betapa rasisnya dia.
Carter sendiri menyangkal keterlibatannya dengan selebaran tersebut. Taktik kotor ini membuat Carter mendapatkan jabatan gubernurnya. Saat menjabat, ia berupaya mengakhiri segregasi. Namun, Sanders tidak pernah memaafkannya.
6. Jimmy Carter memecahkan rekor peradilan di antara mantan presiden AS yang lain

Setelah menjadi presiden, Jimmy Carter memberikan pengaruh besar pada sistem peradilan Amerika. Salah satu perintah bisnis pertamanya, bahkan sebelum dilantik, adalah meyakinkan senator supremasi kulit putih, James Eastland, ketua Komite Kehakiman Senat, untuk menyerahkan kendali atas nominasi peradilan federal kepada komisi federal, sebagaimana yang dilansir Slate. Rekomendasi komisi ini sering kali didukung oleh Jimmy Carter dan Senat.
Hal inilah yang menyebabkan diversifikasi hakim federal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jimmy Carter menunjuk 40 perempuan dan 57 orang dari latar belakang minoritas. Dan dia mengawasi langsung perluasan peradilan federal secara signifikan.
Namun, Carter tidak pernah memiliki kesempatan untuk menunjuk hakim di Mahkamah Agung. Dia bukan satu-satunya presiden yang tidak diangkat menjadi hakim tertinggi di negaranya, William Henry Harrison, Zachary Taylor, dan Andrew Johnson juga tidak mendapat kesempatan. Namun, dari keempat orang tersebut, Carter adalah satu-satunya presiden yang telah menjalani masa jabatan penuh.
7. Presidensi Jimmy Carter lebih condong ke arah konservatif

Salah satu perubahan terbesar dalam politik sejak tahun 1970-an adalah hilangnya Partai Republik yang liberal dan Demokrat lebih condong ke arah konservatif. Pengamat politik menilai bahwa Jimmy Carter adalah seorang pendukung liberal. Namun, berbeda dengan pernyataan Carter sendiri.
"Saya pada dasarnya konservatif dalam sikap saya terhadap pemerintah," katanya saat pemilihan gubernur tahun 1970, seperti yang dikutip The Atlanta Journal-Constitution. Carter menyesuaikan diri dengan jalur kampanye presiden yang liberal pada tahun 1976. Namun, saat menjabat, ia kembali ke nalurinya yang konservatif. Sikap ini sering kali menimbulkan ketidak senangan pada partainya sendiri.
Laporan kontemporer dari The Washington Post meneliti dikotomi antara Jimmy Carter dan anggota Kongres dari Partai Demokrat. Salah satu pemimpin Kongres bahkan sampai mengeluhkan bahwa rencana kebijakan ekonomi yang diusung Jimmy Carter menempatkannya di sebelah kanan Richard Nixon.
Ketegangan di DPR lebih tinggi daripada di Senat, tetapi Jimmy Carter mencapai kesepakatan dengan partainya. Carter menandatangani Undang-Undang Ketenagakerjaan Penuh Humphrey-Hawkins, sebuah undang-undang liberal yang cukup disegani. Namun, hal ini berkurang secara signifikan dari tujuan awalnya untuk menyediakan lapangan kerja dan mencapai target pengangguran sebesar 4 persen, tulis laporan The American Yawp.
8. Jimmy Carter menerima panggilan telepon terakhir dari Elvis Presley

Foto Richard Nixon dengan Elvis Presley sangatlah terkenal. Foto ini paling banyak diunduh dari Arsip Nasional. Akan tetapi, Jimmy Carter memiliki hubungan darah dengan Elvis Presley. "Elvis adalah sepupuku," ungkap Carter dengan percaya diri. Pasalnya, Elvis Presley memiliki kekerabatan dari pihak ibu Jimmy Carter, lapor CBS News. Keduanya akan bertemu setiap kali Elvis Presley datang ke Georgia. Carter pernah menghadiri konser sepupunya dan Presley mengunjungi keluarga Carter di Atlanta.
Namun, pada tahun 1977, Jimmy Carter mendapat telepon dari Elvis Presley. Hanya berselang beberapa bulan dari kematian Presley yang cukup mendadak. Ada spekulasi yang menyatakan bahwa sebelum kematiannya, Elvis Presley diberi obat barbiturat.
"Saya tidak tahu apa yang dia katakan. Kalimatnya hampir tidak jelas," kata Carter kepada The New Yorker. Jimmy Carter akhirnya menyadari bahwa sepupunya ingin meminta pengampunan bagi seorang sheriff yang dia kenal, dan sheriff ini sedang mengalami masalah hukum. Jimmy Carter mencoba menenangkan Presley agar dia tidak paranoia dan terus berilusi yang tidak-tidak. Carter berkata, "Saya rasa dia tidak memahaminya." Itu adalah kali terakhir sepupunya berbicara sebelum kematian Elvis Presley.
9. Dua departemen pemerintah yang disahkan di bawah pengawasan Jimmy Carter

Sebagai presiden, Jimmy Carter mengawasi deregulasi yang signifikan. Maskapai penerbangan, kereta api, truk, dan pabrik bir rumahan dibebaskan dari pengawasan, sehingga membuat perjalanan jadi lebih murah dan pabrik bir rumahan ada di mana-mana, menurut laporan UVA Miller Center. Namun, Carter juga memperluas cabang eksekutif pemerintahan secara signifikan. Jimmy Carter mengesahkan Undang-Undang Etika dalam Pemerintahan, mendirikan FEMA, dan bertanggung jawab atas dua departemen di tingkat kabinet.
Departemen Pendidikan sudah ada sebelum zaman Jimmy Carter. Dikutip The Politico, Andrew Johnson menjadi presiden pertama yang menciptakan Departemen Pendidikan pada tahun 1867. Namun, departemen ini hanya bertahan satu tahun, dan menjadi korban rekonstruksi politik dan masih dipertanyakan peran pemerintah dalam sistem pendidikan.
Jimmy Carter sendiri mendorong Departemen Pendidikan baru pada tahun 1979 untuk membantu meningkatkan program pendidikan federal. Departemen ini menghadapi tantangan yang signifikan di Kongres. Serta adanya perselisihan tentang peran pemerintah di sekolah yang terus menghantui departemen tersebut. Namun, kebijakan Carter masih ada sampai sekarang.
Carter juga mengawasi pembentukan Departemen Energi, dalam rangka melaksanakan kebijakan ambisiusnya di bidang tersebut. Agenda tersebut dituangkan dalam dua kebijakan besar selama masa jabatannya, mulai dari peraturan pasokan minyak hingga pendanaan untuk energi terbarukan dan reaktor nuklir generasi baru. Itu semua mewakili kesuksesan domestik Jimmy Carter yang paling signifikan. Meskipun ia hanya mendapat sedikit pujian selama menjabat.
10. Jimmy Carter dianggap sukses dalam menangani Perang Dingin pada masa pemerintahannya

Dalam ingatan banyak orang mengenai Perang Dingin, Ronald Reagan adalah presiden yang paling dikaitkan dengan akhir konflik tersebut. Hubungan persahabatan Reagan dengan Mikhail Gorbachev membantu mengakhiri ketegangan. Meskipun para pengamat mencapnya sebagai penghasut perang.
Namun, Jimmy Carter lah yang mengambil keuntungan dari kegagalan perekonomian Soviet pada akhir tahun 1970-an, ungkap The Conversation. Karena pertanian merupakan titik lemah bagi negara komunis tersebut, pemerintahan Carter memberlakukan embargo terhadap impor gandum ke Uni Soviet. Di tempat lain, Carter menyangkal prestise internasional dari Soviet ketika ia mempromosikan boikot AS terhadap Olimpiade Moskow tahun 1980. Carter juga mengubah soft power terhadap Uni Soviet dengan menyerang dan membongkar pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Soviet terhadap warganya sendiri.
CIA mulai mempersenjatai mujahidin dalam Perang Soviet-Afghanistan di bawah pemerintahan Carter. Dilaporkan The Nation, Jimmy Carter dan penasihat keamanan nasionalnya, Zbigniew Brzezinski, mengantisipasi bahwa bantuan militer semacam itu (yang diberikan melalui solusi Amandemen Symington) akan mendorong Soviet untuk menyerang Afghanistan dan akhirnya membuat Soviet terjebak dalam perang mereka sendiri. Ketika invasi benar-benar terjadi pada tahun 1980, Jimmy Carter mengartikulasikan Doktrin Carter dalam pidato kenegaraannya. Dia menggunakan kekuatan militer untuk menjaga Teluk Persia demi kepentingan AS.
11. Reputasi buruk Jimmy Carter di mata warga Amerika

Saat menjadi gubernur Georgia, Jimmy Carter dinilai arogansi dan selalu merasa paling benar sendiri. Hal ini terlihat jelas saat ia mengasingkan rekan-rekan Demokratnya di badan legislatif negara bagian. Sebagai presiden, ia menghadapi tuduhan yang sama dalam hubungannya dengan Kongres, karena ia enggan melakukan negosiasi ketika ada sebuah masalah atau kebijakan, dan dianggap terlalu konservatif bagi Partai Demokrat di DPR. Selain itu, ketegangannya dengan Kongres digambarkan sebagai ketidakmampuannya dalam berpolitik
Carter juga dianggap meremehkan dan merendahkan wartawan, karena liputan media yang mungkin dianggapnya tidak sesuai. Pidatonya terhadap tanggapannya tentang krisis energi pada akhir tahun 1970-an, ditandai dengan menyalahkan warga Amerika atas kesengsaraan mereka sendiri. Lalu, tuduhan palsu mengenai korupsi terhadap para penasihatnya dan adiknya, Billy Carter, merusak reputasinya sebagai presiden.
12. Kepeduliannya justru memengaruhi Revolusi Iran

Banyak presiden AS pasca perang menganggap bahwa Shah Mohammad Reza Pahlavi dari Iran sebagai teman sekaligus sekutu asing. Jimmy Carter tidak terkecuali. Hubungannya yang semakin hangat dengan Mohammad Reza dan pentingnya monarki tersebut, membutakan Carter dari kebencian terhadap rezim tersebut. Namun, kebencian mahasiswa militan Iran terhadap Shah Mohammad Reza memaksa Shah Iran ini untuk meninggalkan Iran pada awal tahun 1979, berhubung dengan penggulingannya.
Shah Mohammad Reza akhirnya menetap di Maroko sambil mengharapkan restorasi. Namun, sebelum menetap di sana, dia menerima tawaran dari Jimmy Carter untuk tinggal di perkebunan pribadi Carter di California. Carter sepertinya tidak menyadari dampak politik jika membawa Shah Mohammad Reza ke Amerika.
Bahkan, setelah mendapat peringatan keras dari duta besar Carter bahwa hubungan baiknya dengan Syah Mohammad Reza akan berisiko menimbulkan respons kekerasan di Iran, Carter pun tidak menghiraukannya. Tekanan dari kaum konservatif dan anggota kabinetnya sendiri, mendorongnya untuk mengizinkan Syah Mohammad Reza menjalani pengobatan kanker di New York pada bulan Oktober tahun 1979. Meskipun ada peringatan, Carter tidak meningkatkan keamanan di kedutaan AS di Teheran.
Kemarahan mahasiswa militan Iran terhadap masuknya Shah Mohammad Reza ke Amerika, mencetuskan penyerbuan kedutaan AS pada bulan November, memicu krisis penyanderaan di Iran, tulis penjelasan History. Negosiasi untuk membebaskan 52 sandera gagal, dan upaya penyelamatan militer yang diperintahkan Carter justru menimbulkan masalah baru. Krisis ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kekalahan Carter dalam pemilu tahun 1980 dan memperburuk hubungan AS-Iran selama beberapa dekade.
Reputasi Jimmy Carter yang dianggap sebagai orang yang suka menyendiri dan tidak kompeten, tersebar luas dan bertahan di banyak ingatan warga Amerika hingga hari ini. Namun, hal ini bertentangan dengan beberapa pencapaiannya. Terlepas dari ketegangannya dengan Kongres, Carter berhasil mengarahkan lebih banyak agendanya melalui Kongres dibandingkan sebagian besar pendahulu dan penerusnya. Misalnya, Perjanjian Perdamaian Camp David adalah keberhasilan dalam kebijakan luar negerinya yang bahkan diakui oleh para pengkritik Carter sendiri. Akan tetapi, tidak satupun dari keberhasilan ini menaikkan kredibilitas dukungan publik menjelang pemilunya tahun 1980.