Ada benang merah mengapa presiden AS ke-39, Jimmy Carter, dianggap jauh lebih sukses sebagai mantan presiden oleh beberapa sejarawan. Meskipun demikian, dalam empat tahun masa jabatannya, Jimmy Carter dirundung masalah krisis ekonomi, kerusuhan di luar negeri, dan hubungan yang tidak menyenangkan dengan Kongres dan pers. Carter pun meninggalkan jabatannya dengan tingkat persetujuan sebesar 34 persen. Menjadikannya satu-satunya presiden Partai Demokrat sejak abad ke-19 yang tidak terpilih untuk masa jabatan kedua.
Pengaruhnya terhadap politik dan kebijakan di Partai Demokrat sejak kekalahannya pada tahun 1980 sangat minim. Namun, aktivitas pasca-kepresidenannya lewat Carter Center dan Habitat for Humanity justru mendapat pengakuan luas. Hal ini mengubah ekspektasi para presiden setelah masa jabatan mereka di Gedung Putih berakhir.
Pandangan sempit terhadap peran Carter sebagai presiden dan mantan presiden cenderung membuat karier politiknya tenggelam. Jimmy Carter hanya di pandang sebelah mata sebagai seorang petani kacang sederhana, yang memilih masuk ke dalam dunia politik. Namun, dalam masa kepresidenannya, Jimmy membangun rumah bagi para tunawisma dan kebajikan sosialnya terhadap warga Amerika, yang justru menimbulkan kontradiksi di kalangan pejabat politik.