Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi menangis
ilustrasi menangis (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Intinya sih...

  • Sistem saraf mengalami ketegangan berulang

  • Keseimbangan emosi menjadi tidak stabil

  • Fungsi fisiologis mata bisa terganggu

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tangis seseorang sering kali dianggap sebagai tanda kelemahan atau sesuatu yang harus disembunyikan. Padahal, menangis merupakan sebuah respons biologis yang kompleks, yang tak hanya melibatkan sistem saraf, hormon, tapi bahkan aspek sosial manusia. Lantas, apa yang terjadi jika kita tidak pernah menangis seumur hidup?

Tidak semua orang menyadari bahwa menangis memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas mental maupun fisik. Mengabaikan fungsi ini bisa berdampak lebih luas daripada yang terlihat di permukaan. Berikut berbagai konsekuensi yang bisa terjadi jika manusia benar-benar tidak pernah menangis sepanjang hidupnya.

1. Sistem saraf mengalami ketegangan berulang

ilustrasi sedih (pexels.com/Engin Akyurt)

Ketika seseorang tidak pernah menangis, tubuh kehilangan satu cara alami untuk meredakan stres. Dalam kondisi tertekan, sistem saraf bekerja ekstra keras karena tidak mendapatkan saluran pelepas emosi yang sehat. Hormon kortisol bisa meningkat dalam jangka panjang dan memicu gangguan tidur, kelelahan kronis, hingga perubahan suasana hati yang ekstrem.

Tanpa pelepasan emosi melalui tangisan, ketegangan dalam diri kamu akan terus menumpuk. Lama-kelamaan, ini memengaruhi kerja otak terutama di bagian amigdala yang berkaitan dengan respons emosional. Akibatnya, seseorang bisa menjadi lebih mudah marah atau justru mati rasa terhadap rangsangan emosional, yang akan berdampak buruk pada kehidupan sosial dan kemampuan mengambil keputusan.

2. Keseimbangan emosi menjadi tidak stabil

ilustrasi cemas (pexels.com/Engin Akyurt)

Menangis dipercaya mampu membantu otak mengatur ulang respons emosional, terutama setelah kejadian yang membuat seseorang merasa tertekan atau tersakiti. Jika fungsi ini diabaikan, maka regulasi emosi jadi tidak berjalan semestinya. Hal ini bisa membuat seseorang kesulitan mengenali atau mengelola perasaan sendiri.

Akibatnya, emosi yang terpendam bisa muncul dalam bentuk lain seperti kecemasan berlebih, rasa hampa, atau bahkan ledakan emosi tiba-tiba. Dalam jangka panjang, ketidakstabilan ini membuat hubungan sosial menjadi rapuh karena komunikasi emosional terganggu. Orang-orang di sekitar pun bisa salah paham terhadap ekspresi yang tidak tersampaikan dengan tepat.

3. Fungsi fisiologis mata bisa terganggu

ilustrasi mata (pexels.com/Kindel Media)

Air mata bukan hanya keluar saat menangis karena sedih. Tubuh juga memproduksi air mata basal untuk menjaga kelembapan mata, membuang kotoran mikro, dan mengurangi risiko infeksi. Namun, jika seseorang benar-benar tidak pernah menangis, termasuk menangis refleks karena emosi, bisa jadi ada gangguan produksi air mata itu sendiri.

Mata yang terlalu kering dalam jangka panjang bisa mengalami iritasi, infeksi, dan kelelahan visual. Bahkan, dalam kasus tertentu, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan kornea. Kurangnya pelumasan alami ini juga bisa menurunkan ketajaman penglihatan serta membuat mata lebih sensitif terhadap cahaya.

4. Kesehatan mental bisa menurun tanpa disadari

ilustrasi kesehatan mental (pexels.com/Andrew Neel)

Tidak semua orang sadar bahwa menangis menjadi salah satu bagian dari proses pemulihan emosional. Saat seseorang tidak pernah menangis, tubuh kehilangan mekanisme untuk mengurai beban batin yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Perlahan, tekanan ini bisa berkembang menjadi gangguan psikologis seperti depresi atau gangguan kecemasan.

Orang yang terbiasa menahan tangis cenderung menumpuk luka emosional tanpa penyelesaian sama sekali. Kondisi ini tidak hanya melemahkan secara psikologis tetapi juga bisa berdampak pada fungsi tubuh secara keseluruhan. Nafsu makan menurun, tidur terganggu, bahkan motivasi berkurang merupakan efek samping yang sering kali muncul bersamaan ketika tekanan emosi tidak disalurkan dengan baik dan benar.

5. Hubungan sosial kehilangan dimensi emosional

ilustrasi hubungan sosial (pexels.com/Trinity Kubassek)

Menangis bukan hanya reaksi personal seorang individu, tetapi juga sarana komunikasi emosional dalam kehidupan sosial. Ketika seseorang tidak pernah menangis, sinyal-sinyal empati atau kedekatan emosional bisa menjadi sulit dikenali oleh orang lain. Hal ini bisa menciptakan jarak dalam hubungan, baik di lingkungan keluarga maupun pertemanan.

Secara tidak langsung, orang yang tidak menangis juga cenderung sulit membuka diri atau memperlihatkan kerentanan. Padahal, ekspresi emosi yang jujur sering kali menjadi jembatan untuk mempererat hubungan interpersonal. Tanpa tangis, interaksi bisa terasa kaku, hambar, dan minim kedalaman emosional, yang pada akhirnya membuat seseorang merasa semakin terisolasi.

Menangis bukan kelemahan, melainkan bagian alami dari sistem tubuh yang kompleks dan terhubung erat dengan kesehatan emosional maupun fisik. Jika tubuh tidak pernah mengeluarkan air mata seumur hidup, dampaknya bisa memengaruhi berbagai aspek mulai dari sistem saraf hingga kualitas hubungan sosial. Maka, memahami fungsi tangis sebagai bagian dari keseimbangan hidup menjadi penting, bukan untuk dibatasi, melainkan untuk dihargai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team