Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi gerhana bulan blood moon
ilustrasi gerhana bulan blood moon (commons.wikimedia.org/Andrey73RUS)

Intinya sih...

  • Bulan super dekat dengan bumi, tampak lebih besar dan terang dari biasanya

  • Puncak gerhana di atas samudra Hindia, posisi astronomis unik

  • Bulan berada di Aquarius, pergeseran konstelasi yang langka

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Fenomena langit selalu punya cara sendiri untuk membuat manusia merasa kecil di hadapan semesta. Pada 7 September 2025 kemarin, dunia disuguhkan sebuah tontonan kosmik yang menarik. Fenomena itu adalah gerhana bulan total yang bukan hanya indah, tapi juga penuh keanehan yang jarang disadari orang. Alih-alih sekadar menatap “blood moon”, gerhana kali ini menyimpan detail aneh, langka, bahkan nyaris mistis.

Kalau biasanya gerhana hanya diberitakan sebatas jam munculnya, kali ini ada banyak sisi unik yang justru tersembunyi dari sorotan media. Dari kaitannya dengan siklus kuno Saros, kemunculan Saturnus, hingga makna spiritual di India. Berikut 10 keunikan gerhana bulan "blood moon" 7 September 2025 yang wajib kamu tahu!

1. Bulan super dekat dengan bumi

Ilustrasi blood moon yang berdekatan dengan perigee moon (commons.wikimedia.org/D. Schreiner and S. Degezelle/ESO)

Gerhana ini terjadi hanya sekitar 2,6 hari setelah perigee, titik terdekat bulan dengan bumi. Artinya, bulan akan tampak lebih besar dan terang dari biasanya sebelum akhirnya terbenam dalam bayangan bumi.

Efek visualnya membuat “blood moon” kali ini terasa lebih dramatis. Seolah-olah bulan yang membesar justru dipadamkan oleh bayangan planet kita sendiri. Hal ini jarang terjadi karena tidak semua gerhana bertepatan dengan fase supermoon.

Bagi para fotografer, momen ini adalah jackpot. Foto gerhana akan terlihat jauh lebih menawan karena ukuran bulan lebih menonjol dibandingkan gerhana biasa.

2. Puncak gerhana di atas samudra Hindia

Ilustrasi blood moon di titik zenit Samudra Hindia (unsplash.com/Maksym Mazur)

Pada fase totalitas, posisi bulan berada hampir tepat di atas zenit Samudra Hindia. Posisi astronomis ini unik karena jarang disebut dalam pemberitaan awam. Pengamat di lautan atau pulau kecil akan melihat bulan berada tepat di atas kepala.

Kondisi ini jarang terjadi karena biasanya titik zenit jatuh di daratan atau daerah tak terjangkau. Maka, para peneliti dan pelaut di wilayah Hindia bisa mendapat pengalaman paling spektakuler.

Bagi ilmuwan, posisi ini menarik karena memungkinkan pengukuran atmosfer bumi lebih optimal saat cahaya bulan melewati lapisan udara dari sudut ekstrem.

3. Bulan berada di Aquarius

Ilustrasi full moon yang berada di kontelasi Aquarius (unsplash.com/Rett Hill)

Alih-alih di Pisces seperti yang sering terjadi, kali ini bulan purnama berada di konstelasi Aquarius. Pergeseran posisi ini hanya terjadi sekitar tiga tahunan sekali.

Fenomena ini membuat gerhana terasa lebih langka, terutama bagi pengamat zodiak dan budaya yang memaknai posisi langit. Aquarius sendiri kerap diasosiasikan dengan air dan pembaharuan, sehingga gerhana ini dipandang simbolis oleh sebagian komunitas spiritual.

Selain itu, pergeseran konstelasi memberikan peluang penelitian astrofotografi yang berbeda, karena latar bintang Aquarius akan memperkaya komposisi visual gerhana.

4. Saturnus ikut tampil saat totalitas

ilustrasi konjungsi bulan, venus, dan mars (commons.wikimedia.org/Thomas Bresson)

Salah satu kejutan gerhana ini adalah munculnya Saturnus di langit dekat bulan. Ketika bulan meredup dalam totalitas, Saturnus akan tampak lebih jelas dengan cahayanya yang kekuningan.

Fenomena ini istimewa karena biasanya cahaya bulan purnama menutupi planet-planet. Namun, saat gerhana, kegelapan memberi panggung bagi Saturnus untuk bersinar.

Bagi pengamat teleskop, ini adalah momen langka—bisa menyaksikan cincin Saturnus sekaligus bulan yang memerah dalam satu pandangan malam.

5. Anggota kuno seri saros 128

Ilustrasi gerhana bulan seri saros 128 yang diamati di Observatorium Inter-Amerika Cerro Tololo (commons.wikimedia.org/CTIO/NOIRLab/NSF/AURA/P. Horálek)

Gerhana ini bukan sekadar peristiwa acak, tapi bagian dari saros cycle 128, sebuah pola astronomis kuno. Tepatnya, gerhana ini adalah nomor 42 dari total 71 gerhana dalam seri tersebut.

Siklus Saros dikenal oleh bangsa Babilonia ribuan tahun lalu untuk memprediksi gerhana. Bahwa gerhana September 2025 ini termasuk dalam “keluarga” yang sama membuatnya terasa seperti fragmen sejarah kosmik yang berulang.

Bagi pencinta astronomi sejarah, momen ini adalah pengingat bahwa apa yang kita lihat di langit sudah diamati oleh peradaban kuno sejak ribuan tahun silam.

6. Durasi totalitas sangat panjang

ilustrasi gerhana bulan blood moon (commons.wikimedia.org/Andrey73RUS)

Totalitas gerhana berlangsung selama 82 menit 6 detik, hampir 1 jam 22 menit. Ini termasuk salah satu gerhana dengan durasi terpanjang sejak 2022.

Durasi panjang ini membuat pengamat punya banyak waktu untuk menikmati perubahan warna bulan, dari abu-abu, oranye, hingga merah darah. Tak seperti gerhana singkat, kali ini tak ada alasan untuk terlewatkan.

Dari sisi ilmiah, durasi yang panjang memberi kesempatan bagi peneliti atmosfer untuk mempelajari difraksi cahaya matahari di tepi bumi lebih detail.

7. Disaksikan hampir seluruh dunia

Ilustrasi gerhana bulan sebagian yang dapat disaksikan hampir seluruh dunia (commons.wikimedia.org/Twunchy)

Diperkirakan 77 persen populasi dunia bisa menyaksikan totalitas penuh, sementara 88 persen bisa melihat sebagian fase. Itu berarti lebih dari 6 miliar manusia punya peluang langsung untuk menyaksikannya. Cakupan luas ini menjadikan gerhana September 2025 sebagai salah satu yang paling global dalam dekade ini. Hampir semua benua kecuali Amerika Utara bagian barat bisa menikmatinya.

Fenomena kosmik ini bisa menjadi momen persatuan, yakni miliaran orang di bawah langit yang sama, menyaksikan bulan yang sama, dalam momen hening yang mendunia.

8. Termasuk dalam “almost tetrad”

Ilustrasi gerhana bulan yang bagian dari tetrad (commons.wikimedia.org/Fernando de Gorocica)

Gerhana ini adalah bagian dari “almost tetrad”, yaitu empat gerhana berturut-turut dengan tiga total dan satu parsial. Rangkaiannya adalah Maret 2025 (total), September 2025 (total), Maret 2026 (total), Agustus 2026 (parsial).

Istilah tetrad sendiri sering dikaitkan dengan mitos apokaliptik atau nubuat kuno. Meski begitu, dari sisi astronomi, hal ini hanyalah konsekuensi siklus orbit bulan dan bumi. Namun tetap saja, bagi budaya populer, fenomena ini sering dimaknai dengan sentuhan mistis yang memperkaya kisah seputar langit.

9. September 2025 penuh acara langit

Ilustrasi corn moon yang akan muncul setelah gerhana bulan akhir pekan ini (commons.wikimedia.org/Dinkun Chen)

Gerhana ini bukan satu-satunya fenomena langit bulan itu. Hanya sehari setelahnya, 8 September, terjadi corn moon atau harvest moon, lalu diikuti hujan meteor epsilon-perseid pada 9 September. Akhir bulan ditutup dengan ekuinoks musim gugur.

Artinya, September 2025 akan jadi “festival langit” yang sangat padat. Gerhana hanyalah pintu pembuka menuju parade kosmik sepanjang bulan. Bagi pencinta astronomi amatir, ini adalah kesempatan emas untuk menghabiskan malam demi malam di bawah langit, seakan alam semesta membuka pesta besar.

10. Momentum spiritual di India

Ilustrasi gerhana bulan di India yang akan disambut dengan tradisi spiritual (commons.wikimedia.org/Chinmayee Mishra)

Di India, gerhana ini bertepatan dengan Pitru Paksha, periode ritual penghormatan leluhur dalam tradisi Hindu. Karena itu, gerhana dipandang punya nilai spiritual khusus. Sutak Kaal—periode sakral sebelum gerhana—dianggap penting dalam ritual masyarakat.

Bagi umat Hindu, gerhana bukan sekadar fenomena alam, tapi momen refleksi spiritual dan penghormatan pada generasi sebelumnya. Inilah sisi budaya yang sering tak muncul dalam pembahasan ilmiah. Uniknya, hal ini membuat gerhana 7 September 2025 tak hanya bersifat astronomis, tapi juga sosial, budaya, bahkan religius di berbagai tempat.

Gerhana bulan 7 September 2025 adalah salah satu peristiwa langit paling kaya makna dalam dekade ini. Ia bukan hanya indah secara visual, tapi juga sarat berbagai keanehan dari posisi unik di Samudra Hindia, munculnya Saturnus, hingga resonansi spiritual di India.

Jadi, jangan cuma terpukau dengan warna merahnya. Gerhana ini adalah pengingat bahwa kita hidup di bawah langit yang sama, berbagi semesta yang penuh misteri, dan terhubung dalam ritme kosmik yang abadi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team