Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Ritual Kuno yang Dilakukan saat Blood Moon, Benarkah Punya Efek?

Ilustrasi blood moon (pexels.com/Pedro Figueras)
Ilustrasi blood moon (pexels.com/Pedro Figueras)

Fenomena Blood Moon, yang terjadi ketika gerhana bulan total, telah memikat perhatian manusia sejak zaman kuno. Dalam banyak budaya, peristiwa ini tidak hanya dianggap sebagai fenomena astronomis, tetapi juga sarat dengan makna spiritual dan ritual. 

Berbagai ritual yang dilakukan saat Blood Moon mencerminkan kepercayaan mendalam terhadap hubungan antara alam dan kehidupan manusia. Namun, benarkah ritual-ritual ini memiliki efek nyata, ataukah semua ini hanya bagian dari mitos yang berkembang seiring waktu? Berikut empat ritual kuno yang dilakukan saat Blood Moon dan dampaknya dalam konteks kepercayaan masyarakat.

1. Ritual pengorbanan

Ilustrasi suku (pexels.com/Amar Preciado)
Ilustrasi suku (pexels.com/Amar Preciado)

Ritual pengorbanan merupakan bagian integral dari kepercayaan suku Maya dan Aztek, terutama saat fenomena Blood Moon. Suku Maya, misalnya, meyakini bahwa para dewa memerlukan darah sebagai persembahan untuk menjaga keseimbangan alam dan mencegah bencana. Dalam praktiknya, pengorbanan manusia dianggap sebagai bentuk pengorbanan tertinggi, dengan tawanan perang yang berderajat tinggi menjadi pilihan utama. Mereka percaya bahwa dengan memberikan darah kepada dewa, kehidupan di bumi akan terjamin.

Di sisi lain, bangsa Aztek juga melakukan ritual serupa, di mana pengorbanan manusia dianggap penting untuk memuaskan dewa-dewa mereka, terutama Huitzilopochtli, dewa perang. Dalam pandangan mereka, matahari harus "diberi makan" dengan darah manusia agar tetap bersinar. 

Ritual ini sering kali melibatkan metode yang sangat brutal, seperti pemenggalan atau pengambilan jantung korban di atas altar kuil. Pengorbanan ini tidak hanya memiliki aspek religius, tetapi juga berfungsi untuk menegaskan kekuasaan politik Aztek atas wilayah yang mereka kuasai. 

Meskipun pengorbanan manusia secara harfiah telah menjadi praktik yang sangat langka dan dikecam, kepercayaan yang mendasari ritual tersebut masih dapat ditemukan dalam berbagai bentuk simbolisme dan spiritualitas di seluruh dunia. 

2. Pantangan makan

Ilustrasi laki-laki duduk di pepohonan (pexels.com/cottonbro studio)
Ilustrasi laki-laki duduk di pepohonan (pexels.com/cottonbro studio)

Pantangan makan saat Blood Moon merupakan tradisi yang masih dijaga di beberapa budaya dunia. Sebagai contoh, di India, banyak orang percaya bahwa mengonsumsi makanan selama gerhana bulan dapat membawa energi negatif ke tubuh. Oleh karena itu, mereka memilih untuk berpuasa atau menghindari makanan tertentu hingga gerhana selesai.

Kepercayaan serupa juga ditemukan dalam budaya Tibet, di mana masyarakat percaya bahwa makanan yang dikonsumsi saat Blood Moon dapat terkontaminasi oleh energi buruk. Tradisi ini sering kali menjadi bagian dari ritual spiritual yang bertujuan untuk membersihkan jiwa dan menjaga harmoni dengan alam semesta. Pantangan makan ini tidak hanya mencerminkan keyakinan spiritual, tetapi juga menjadi cara masyarakat untuk menunjukkan rasa hormat terhadap fenomena alam yang dianggap sakral.

3. Membuat suara gaduh

Ilustrasi ritual adat (pexels.com/Brendo Boyose)
Ilustrasi ritual adat (pexels.com/Brendo Boyose)

Suku Maya kuno percaya bahwa Blood Moon dapat membawa ancaman dari jaguar, makhluk mistis yang sering dikaitkan dengan Xibalba, dunia bawah dalam mitologi mereka. Untuk mencegah jaguar turun ke bumi, masyarakat melakukan ritual dengan menciptakan suara-suara bising.

Mereka berteriak keras, mengguncang tombak, serta mengarahkan anjing-anjing mereka agar menggonggong dan melolong. Aktivitas ini dilakukan secara serempak untuk menimbulkan kegaduhan yang diyakini mampu mengusir jaguar dan menjaga keselamatan komunitas.

Ritual ini tidak hanya bertujuan untuk mengatasi ancaman simbolis, tetapi juga mencerminkan keyakinan spiritual suku Maya terhadap hubungan antara manusia dan alam gaib. Dengan menciptakan kegaduhan, mereka berharap dapat memengaruhi jalannya peristiwa alam dan melindungi komunitas dari bahaya yang mungkin terjadi selama fenomena Blood Moon berlangsung.

4. Ritual pembersihan dan perlindungan

Ilustrasi blood moon (pexels.com/Pixabay)
Ilustrasi blood moon (pexels.com/Pixabay)

Ritual pembersihan dan perlindungan saat Blood Moon juga dilakukan oleh masyarakat di wilayah Kepulauan Pasifik hingga saat ini. Di beberapa pulau, penduduk asli percaya bahwa gerhana bulan adalah waktu ketika roh-roh jahat berkeliaran lebih aktif. Untuk melindungi diri dan keluarga, mereka melakukan ritual pembersihan dengan menggunakan air laut yang telah diberkati oleh tokoh adat. Air ini dipercikkan di sekitar rumah dan pekarangan sebagai simbol pengusiran energi negatif.

Selain itu, beberapa keluarga juga membuat lingkaran perlindungan di sekitar rumah mereka dengan menggunakan garam atau abu vulkanik. Lingkaran ini dipercaya dapat mencegah roh-roh jahat masuk dan mengganggu ketenangan rumah tangga. Selama ritual, mereka juga menyalakan obor atau api unggun sebagai simbol cahaya yang mengusir kegelapan dan melindungi dari bahaya yang tidak terlihat.

Meskipun sebagian praktik mungkin tampak aneh atau bahkan ekstrem bagi kita saat ini, mereka adalah bagian integral dari sejarah dan kepercayaan masyarakat di masa lalu. Pertanyaan tentang efektivitas ritual-ritual ini mungkin akan selalu menjadi perdebatan, tetapi yang pasti, mereka telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk identitas budaya dan mempererat ikatan sosial.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us