Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Chatham Island Oystercatcher
Chatham island oystercatcher (inaturalist.org/Christopher Stephens)

Intinya sih...

  • Hewan endemik Pulau Chatham, Selandia Baru

  • Perkembangbiakan di area pesisir berbatu dan berpasir

  • Mengunjungi lahan pertanian di sekitar pantai saat musim dingin

  • Pasangan kawin menetap, burung muda hidup berpindah-pindah

  • Memanfaatkan paruhnya untuk mencari makan

  • Paruh kokoh digunakan sebagai alat penghancur

  • Makanan berupa invertebrata yang ditemukan di bebatuan atau pasir

  • Kebanyakan mangsanya berkulit keras, adaptasi ini sangat berg

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Saatnya kenalan dengan chatham island oystercatcher, hewan endemik asal Pulau Chatham, Selandia Baru. Mereka berada dalam famili Haematopodidae dan memiliki nama ilmiah Haematopus chathamensis. Ukuran burung ini hanya kisaran 48 sentimeter. Kamu bisa mengenalinya dengan mudah karena spesies ini punya paruh panjang yang tebal, warnanya oranye kemerahan.

Tampak kontras dengan bulunya yang didominasi warna hitam putih. Matanya beriris kuning dengan lingkar mata oranye. Kakinya pendek, tebal dan warnanya merah muda. Sayangnya, informasi tentang mereka sangat terbatas. Tapi gak usah khawatir, penjelasan di bawah ini sudah bisa memberikan gambaran jelas mengenai gaya hidupnya di alam liar, kok!

1. Hewan endemik Pulau Chatham, Selandia Baru

Chatham island oystercatcher (inaturalist.org/Christopher Stephens)

Tempat perkembangbiakan chatham island oystercatcher berada di area pesisir berbatu dan berpasir Pulau Chatham, Pitt, Tangatira dan Mangere. Mereka menyukai habitat yang punya sumber makanan sepanjang siklus pasang surut. Habitat seperti garis pantai yang telindungi, tumpukan rumput laut dan muara sungai. Saat musim dingin, spesies ini mengunjungi lahan pertanian di sekitar pantai untuk mencari makan.

New Zealand Birds Online menginformasikan bahwa chatham island oystercatcher menghuni wilayah yang luasnya bervariasi, kisaran 100 meter sampai 1 kilometer. Ternyata, luas wilayahnya itu juga dipengaruhi oleh kualitas habitat dan seberapa aman areanya dari pemangsa. Perlu kamu ingat, hanya pasangan kawin yang menetap sedangkan burung muda cenderung hidup berpindah-pindah.

2. Memanfaatkan paruhnya untuk mencari makan

Chatham island oystercatcher (inaturalist.org/Christopher Stephens)

Setiap hewan punya alat unggulan untuk membantunya mencari makan. Lalu bagaimana dengan chatham island oystercatcher? Mereka memanfaatkan paruh kokohnya sebagai alat penghancur! Menu makannya berupa invertebrata yang ditemukan di bebatuan atau pasir, termasuk amfipoda, cacing polychaeta, cacing pita, moluska, krustasea, hewan berkulit duri, askidian dan anemon laut. Kebanyakan mangsanya berkulit keras, jadi adaptasi ini sangat berguna.

3. Mereka sangat teritorial

Chatham island oystercatcher (inaturalist.org/Christopher Stephens)

Tidak hanya manusia yang melindungi tempat tinggalnya, chatham island oystercatcher juga melakukannya. Mereka mempertahankan sarang, area mencari makannya dan anak-anaknya sepanjang tahun. Mereka melakukan gerakan khusus untuk mengalihkan perhatian pengganggu. Tapi tidak ada penjelasan lebih detail mengenai gerakan yang dilakukannya. Burung muda cenderung menyebar ke berbagai wilayah di pulau, tapi akan kembali ke tempat asalnya untuk berkembang biak.

4. Sistem perkawinan chatham island oystercatcher

Chatham island oystercatcher (inaturalist.org/Christopher Stephens)

Tidak ada informasi pasti mengenai sistem perkawinan chatham island oystercatcher, tapi mereka biasanya membangun sarang di pantai berpasir atau berbatu. Sarangnya hanya cekungan sederhana yang berada di antara tumbuhan rendah. Betina bertelur sebanyak 2-3 butir, anak-anaknya ditinggalkan di wilayah sarangnya selama 33 hari setelah bisa terbang.

Melansir Animalia, anak-anaknya baru mencapai usia dewasa sekitar tiga tahun. Rentang hidupnya di alam liar delapan tahun, tapi bisa lebih singkat jika mereka tidak bisa bertahan hidup. Sayangnya, tingkat keberhasilan membesarkan anak dari spesies ini sangat rendah. Hanya 0,44 anak per musim kawin. Mengapa itu terjadi? Penyebab utamanya adalah telurnya hilang terbawa banjir.

Sebagai informasi tambahan, burung agresif yang punya paruh mencolok ini menggunakan suara 'piping' bernada tinggi dan terputus-putus untuk mempertahankan wilayahnya. Suara itu juga dikeluarkan saat musim kawin. Ada juga teriakan nyaring yang terdengar seperti 'screech' dan 'squawk'. Tapi, jika suaranya terdengar lembut, mereka biasanya sedang terbang.

Populasinya berkurang karena banyak diburu oleh kucing liar, khususnya telur dan burung muda yang sangat rentan. Sarangnya juga banyak dirusak oleh hewan ternak yang berada di area sekitar. Berdasarkan data yang dikumpulkan Datazone Birdlife dari laporan IUCN, sejak tahun 1994 hingga 2022, mereka diklasifikasikan sebagai endangered.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team