Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gajah semak afrika saat ini memegang gelar sebagai hewan darat terbesar di Bumi.
Gajah semak afrika saat ini memegang gelar sebagai hewan darat terbesar di Bumi. (commons.wikimedia.org/Charles J. Sharp)

Masing-masing benua di Bumi punya ciri khas tertentu terkait dengan bentangan ekosistem yang ada, termasuk rupa hewan-hewan yang hidup di dalamnya. Misalnya saja, kita tahu kalau keluarga marsupial jadi kelompok hewan eksklusif Australia, berbagai jenis rusa yang unik hidup di Amerika Utara, burung berwarna-warni yang hidup di Amerika Selatan, sampai beragam spesies hewan kebal temperatur dingin di Antarktika. Nah, kalau ditanya soal Afrika, kira-kira apa ciri khas hewan yang paling kamu ingat di sana?

Mayoritas dari kita pasti berpikir soal ukuran hewan darat yang ada di sana, kan? Bayangkan saja, di Afrika kita bisa menemukan lima mamalia darat terbesar di Bumi sekaligus, yakni gajah semak afrika (Loxodonta africana), badak putih (Ceratotherium simum), jerapah (genus Giraffa), kuda nil (Hippopotamus amphibius), dan kerbau afrika (Syncerus caffer). Belum lagi kalau kita melihat beberapa spesies primata, reptil, burung, sampai ikan yang hidup di sungai-sungai Afrika yang cenderung berukuran raksasa pula.

Hal tersebut pasti menimbulkan tanda tanya besar terkait dengan keberadaan mereka. Maksudnya, bagaimana bisa ukuran hewan-hewan darat di Afrika cenderung berukuran besar, bahkan kalau dibandingkan dengan hewan darat yang ada di benua lain? Agar tidak penasaran lagi, yuk, simak jawaban dan ulasan lengkapnya di bawah ini. Langsung gulir layarmu ke bawah, ya!

1. Dulu, bukan hanya Afrika yang dihuni hewan darat raksasa

Dinosaurus bernama Patagotitan mayorum sejauh ini diketahui sebagai hewan darat terbesar yang pernah ada di Bumi. (commons.wikimedia.org/Mariolanzas)

Perlu diluruskan terlebih dahulu bahwa Afrika bukan satu-satunya benua yang pernah ditinggali hewan-hewan darat raksasa di dunia. Dilansir IFL Science, kita menemukan ada berbagai peninggalan hewan besar yang sudah punah dan berasal dari lintas zaman di beberapa benua lain. Sebagai contoh, struktur tulang dinosaurus yang disebut-sebut sebagai hewan darat terbesar yang pernah ada di Bumi, yaitu Patagotitan mayorum, justru ditemukan di Argentina, Amerika Selatan.

Selain itu, ada banyak sisa-sisa hewan raksasa yang ditemukan di Amerika Utara, Asia, sampai Eropa sekitar Zaman Mesozoikum dan Neozoikum (atau Kenozoikum). Beberapa hewan raksasa di luar Afrika pada era tersebut adalah berbagai jenis dinosaurus, mamut, burung gajah, ular titanoboa, Paraceratherium, dan lain sebagainya. Hal tersebut jelas jadi bukti kalau hewan-hewan raksasa tak hanya berasal dari Afrika.

2. Keberadaan hewan berukuran raksasa di Afrika ada kaitannya dengan kehadiran manusia

kawanan badak putih berhadapan dengan gajah semak afrika (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)

Kalau kita berbicara soal konteks dunia hewan modern, sepertinya hanya hewan-hewan di Afrika saja yang dapat bertahan sampai saat ini. Uniknya, alasan masih adanya hewan besar di sana ternyata ada kaitannya dengan kehadiran manusia di Bumi, tepatnya di sekitar Afrika. Maksudnya, ada intervensi nenek moyang kita terhadap keanekaragaman hayati yang ada di Bumi selama puluhan ribu tahun lamanya.

Rewildling melansir bahwa seiring dengan menyebarnya Homo sapiens (manusia modern) dari Afrika sekitar Zaman Kuarter benar-benar “menghancurkan” banyak hewan-hewan raksasa di seluruh dunia. Sebab, manusia modern memburu mereka demi memperoleh makanan, kulit, maupun bagian tubuh lain yang dapat dimanfaatkan. Pernyataan ini tentu menimbulkan pertanyaan. Kenapa hewan-hewan besar di Afrika tidak turut punah karena perburuan, padahal manusia modern berasal dari sana?

Jawabannya terletak pada proses evolusi manusia dan hewan-hewan yang ada di Afrika. Sebelum Homo sapiens benar-benar muncul, hewan-hewan di Afrika sudah terbiasa untuk hidup berdampingan dengan leluhur manusia modern. Alhasil, mereka jadi punya cara khusus untuk bekerja sama maupun menghindari perburuan dari manusia modern berdasarkan pengalaman ribuan tahun sebelumnya.

Sebenarnya, selain di Afrika, hewan-hewan di Asia mengalami hal yang sama. Hal ini disebabkan karena Asia jadi salah satu wilayah pertama yang dihuni oleh Homo sapiens. Maka dari itu, selain ada kesamaan ciri khas pada hewan di Asia dengan Afrika, ada beberapa hewan darat berukuran besar—secara keseluruhan masih sedikit lebih kecil dari hewan darat Afrika—yang turut ditemukan di sana.

3. Keunggulan bentang geografis Afrika hingga jadi habitat hewan raksasa

Jerapah dinobatkan sebagai hewan darat tertinggi di dunia. (commons.wikimedia.org/Luca Galuzzi)

Selain faktor keberadaan manusia di sekitar mereka, faktor geografis yang ada di Afrika begitu mendukung keberlangsungan hidup hewan-hewan besar di sana. John Guttman melalui History Net menyebut kalau habitat berupa hutan maupun padang rumput di Afrika itu sangat luas sehingga menyediakan kebutuhan yang sangat cukup bagi hewan di sana. Kebutuhan yang dimaksud terkait dengan ketersediaan makanan maupun tempat berlindung dari kejaran predator, salah satunya manusia modern.

Atas dua kombinasi kebutuhan yang sudah terpenuhi itu, hewan-hewan darat di Afrika dapat tumbuh dengan ukuran yang jauh lebih besar tanpa perlu khawatir risiko diburu. Tentunya, tak semua hewan di Afrika bertahan sampai ke dunia modern. Hewan yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan di sana, hidup berdampingan dengan manusia, sampai sulit menghadapi perubahan iklim tetap mengalami kepunahan. Hanya saja, hewan-hewan besar yang mampu selamat pun juga tak kalah banyaknya sampai saat ini.

Namun, kondisi hewan besar di Afrika kini kian terancam

Ukuran kuda nil memang kalah dari gajah dan badak, tapi mereka justru jadi hewan darat paling berbahaya di Afrika. (commons.wikimedia.org/Bernard Gagnon)

Walaupun masih banyak hewan darat besar yang bertahan di Afrika, lagi-lagi mereka harus mengalami ancaman yang sama seperti leluhur, yakni kehadiran manusia. Kali ini, manusia hadir bukan dengan tombak, anak panah, ataupun pedang semata. Ada begitu banyak senjata api yang begitu kuat sampai-sampai mampu menaklukkan makhluk sebesar gajah semak afrika dan badak putih dengan mudah, sekalipun keduanya dikenal punya kulit yang keras dan tebal.

Bukan hanya perburuan secara langsung, manusia yang hidup di sekitar mereka terus melakukan konflik antar sesama manusia. Akibatnya, ekosistem tempat tinggal ataupun tubuh hewan-hewan besar itu sendiri ikut musnah seiring dengan kejamnya peperangan yang dilakukan manusia. Belum cukup sampai di situ, eksploitasi alam secara besar-besaran perlahan menggerus habitat asli sekaligus mengubah iklim di Afrika sehingga hewan-hewan di sana harus beradaptasi dengan cepat supaya tidak mengalami kepunahan.

Pada akhirnya, kehadiran raksasa di Afrika sampai dunia modern saat ini tak lepas dari kemampuan adaptasi hewan selama puluhan ribu tahun berdampingan dengan manusia. Kesempatan untuk berinteraksi lebih dulu dengan manusia dan bentangan alam yang mendukung jadi dua faktor kunci soal keberhasilan hewan darat raksasa yang ada di sana. Namun, dengan masalah yang sama dalam gaya yang baru, sepertinya kesempatan hewan darat besar di Afrika untuk selamat sampai masa yang akan datang jadi semakin sempit kalau kita, selaku ancaman terbesar mereka, tidak berbenah diri dan memperbaiki keadaan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team