Kenapa Bunga Edelweis Tidak Boleh Dipetik? Ini Alasannya

Buatmu yang sering mendaki gunung mungkin tidak asing lagi dengan bunga edelweis. Bunga yang punya nama latin Anaphalis javanica ini sering ditemukan di jalur-jalur pendakian karena banyak tumbuh di kawasan pegunungan. Warnanya yang cantik dan daya tahannya bikin banyak orang tergoda buat memetik dan membawanya pulang.
Meskipun terlihat indah dan mengundang untuk dipetik, bunga Edelweis sebetulnya tidak boleh diambil sembarangan, lho. Kenapa bunga Edelweis tidak boleh dipetik? Yuk, cari tahu lebih lanjut di sini agar kamu bisa ikut menjaga kelestarian edelweis di alam!
Kenapa bunga edelweis tidak boleh dipetik?

Bunga edelweis bukan sekadar tanaman cantik yang tumbuh di gunung. Tanaman ini merupakan spesies yang dilindungi dan memiliki peran penting bagi ekosistem. Ada alasan kuat bunga Edelweis tidak boleh dipetik, baik dari sisi ekologi, hukum, maupun budaya.
- Termasuk tanaman yang dilindungi
Bunga Edelweis berada di bawah perlindungan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dalam pasal 33 ayat 1 dan 2, disebutkan bahwa setiap orang dilarang merusak atau memetik tumbuhan yang dilindungi di kawasan konservasi.
Pelanggarnya bisa dikenakan pidana penjara hingga 10 tahun dan denda maksimal Rp200 juta. Selain itu, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 juga menetapkan edelweis sebagai tumbuhan dilindungi. Bahkan di kawasan konservasi seperti Gunung Gede Pangrango, pelanggar bisa dijerat sanksi pidana khusus.
- Penting bagi ekosistem pegunungan
Akar tanaman edelweis berperan penting dalam menahan tanah di daerah pegunungan yang rawan erosi. Jika tanaman ini dicabut atau rusak karena dipetik, tanah menjadi mudah longsor.
Selain itu, edelweis adalah tanaman tahunan yang perlu melakukan reseeding (penyebaran benih) untuk bisa tumbuh kembali. Bila bunganya terus dipetik, proses regenerasi ini akan terganggu dan lama-lama tanaman bisa punah.
- Rentan terhadap gangguan lingkungan
Edelweis hanya bisa tumbuh di lingkungan ekstrem seperti pegunungan tinggi dengan suhu dingin dan tanah tandus. Karena itu, tanaman ini sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan.
Gangguan kecil, misalnya banyak dipetik, bisa berdampak besar terhadap populasinya. Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa perburuan edelweis sebagai oleh-oleh wisata menyebabkan jumlahnya menurun drastis.
- Bernilai simbolik dan budaya
Selain dari sisi ekologi dan hukum, edelweis juga memiliki nilai simbolik yang tinggi. Bunga ini dianggap sebagai lambang keabadian, cinta sejati, dan keberanian di berbagai budaya, termasuk Indonesia. Nah, menjaga kelestariannya berarti melindungi pula simbol dan nilai-nilai luhur yang diwariskan antar generasi.
- Ada sanksi tegas bagi pelanggar
Beberapa jalur pendakian bahkan menerapkan sanksi langsung kepada pendaki yang ketahuan memetik tanaman, termasuk Edelweis. Misalnya, basecamp Gunung Prau via Igirmranak mengharuskan pendaki mengganti 100 kali lipat jika merusak tanaman. Ini adalah bentuk nyata dari keseriusan upaya perlindungan.
Asal-usul bunga Edelweis di Indonesia

Bunga edelweis memang tergolong langka karena hanya bisa tumbuh di daerah pegunungan dengan iklim tertentu. Di Indonesia, Edelweis yang ditemukan bukanlah jenis Leontopodium alpinum dari Pegunungan Alpen di Eropa, melainkan varietas lokal dengan nama Anaphalis javanica atau edelweis Jawa. Keunikan ini membuat edelweis di Indonesia memiliki nilai khusus karena tumbuh alami di puncak-puncak gunung, seperti Gunung Semeru dan sekitarnya.
Penemuan bunga edelweis di Indonesia pertama kali terjadi di lereng Gunung Gede, Jawa Barat, oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Caspar Georg Carl Reinwardt. Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Carl Heinrich Schultz pada 1819 yang memperkuat pengenalan bunga ini di tanah air. Nama edelweis sendiri berasal dari kata edel bahasa Jerman yang berarti mulia dan weiss atau putih, menggambarkan keindahan bunga ini.
Indonesia memiliki beberapa gunung yang menjadi habitat alami edelweis dengan hamparan bunga yang luas. Sebut saja Gunung Lawu, Gunung Semeru, Gunung Rinjani, Gunung Pangrango, Gunung Gede, dan Gunung Papandayan.
Namun, keindahan edelweis kini terancam akibat karena sering dipetik sembarangan oleh pendaki atau pengunjung. Untuk melestarikan bunga ini, pengelola taman nasional dan masyarakat sekitar berinisiatif melakukan budidaya edelweis. Bahkan hasil budidaya ini kerap diperjualbelikan secara legal sebagai alternatif agar bunga di alam bebas tidak dirusak.
Di wilayah Tengger, bunga edelweis juga memiliki makna budaya yang mendalam sehingga sering digunakan dalam ritual adat masyarakat setempat. Kesadaran akan pentingnya pelestarian edelweis semakin tumbuh di kalangan masyarakat Tengger yang secara swadaya melakukan pembibitan dan penanaman di sekitar pemukimannya. Upaya ini menjadi contoh nyata bagaimana perlindungan dan pelestarian bunga langka ini dapat dilakukan secara bersama-sama.
Jadi, kini kamu tahu kenapa bunga Edelweis tidak boleh dipetik, kan? Selain untuk menjaga kelestarian, ada aturan tegas yang melindunginya, lho.
Referensi
"The Deep Meaning Behind the Eternal Flower of Edelweiss". Orchid Florist. Diakses Mei 2025.
"True Facts About Edelweiss". Rare Dirndl. Diakses Mei 2025.
"Alpine edelweiss". ÖTZTAL NATURE PARK. Diakses Mei 2025.
"Merekah di Ketinggian Nusantara". Indonesia.go.id. Diakses Mei 2025.