Status Gunung Ruang naik menjadi AWAS, ratusan warga dievakuasi. (dok. BNPB)
Pada 17 April 2024 pukul 09.40 WITA, gumpalan abu vulkanik dari erupsi Gunung Ruang dikatakan dapat mencapai ketinggian 3 ribu meter. Lava pijarnya pun dilaporkan terus mengalir menuruni lereng gunung. Menyusul kondisi tersebut, Badan Meteorologi Jepang melalui akun X (Twitter) @tenkijp_jishin bahkan merilis pengumuman sedang menilai risiko tsunami di Okinawa akibat erupsi Gunung Ruang ini. Dalam unggahannya, wilayah Okinawa perkiraan kemungkinan mengalami ombak 2300L dan ketinggian gelombang maksimum yang tidak diketahui.
Ada beberapa alasan yang menjelaskan kenapa Gunung Ruang bisa menyebabkan tsunami. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, menjelaskan adanya potensi flank collapse akibat letusan Gunung Raung.
Flank collapse merupakan kondisi ketika sisi gunung berapi yang tidak stabil menjadi runtuh, melansir Phys. Fenomena tersebut bisa terjadi pada sebagian atau bahkan seluruh sisi gunung.
Selain itu, bentuk Gunung Raung yang kerucut dengan kubah lava dan berada di satu pulau yang dikelilingi laut juga menjadi alasannya. Ketika terjadi erupsi, laharnya akan langsung jatuh ke laut. Nah, tumpahan dalam jumlah besar dapat memicu gelombang tinggi bahkan tsunami.
Makin tinggi tingkat aktivitas erupsi dan magma yang sampai ke permukaan laut, makin besar pula potensi gelombang tinggi dan tsunami. Fenomena ini dikenal sebagai pyroclastic cloud atau aliran potongan lava padat, abu vulkanik, dan gas panas yang bergerak cepat akibat letusan gunung berapi, melansir Education National Geographic.
Peringatan terjadinya tsunami akibat erupsi Gunung Raung ini juga telah dikeluarkan mengingat riwayat letusan terdahulu. Pada 1871, Gunung Raung mencatatkan erupsi yang diawali gempa hebat, longsoran di puncak, dan gelombang pasang di Pantai Tagulandang dengan ketinggian mencapai 25 meter.
Alasan kenapa erupsi Gunung Ruang bisa menyebabkan tsunami ini membuat BMKG mengawasi dan memitigasi penuh aktivitas gunung. Namun, sejauh ini dikatakan semua kondisi laut normal tanpa ada anomali seperti yang dikhawatirkan.