ilustrasi gurita (pexels.com/Mr Alex Photography)
Pada beberapa spesies, terutama gurita betina, perilaku ini bukan sekadar efek samping stres atau infeksi. Ini adalah bagian dari siklus hidup yang sudah tertanam dalam tubuh mereka. Begitu bertelur, sistem tubuhnya berubah, dan perlahan-lahan, mereka seakan menekan tombol penghancuran diri sendiri.
Penelitian dari Live Science menemukan bahwa setelah bertelur, kelenjar optik gurita mulai memproduksi lebih banyak hormon steroid. Lonjakan hormon ini membuat mereka berhenti makan, tubuhnya melemah, dan akhirnya mulai melukai diri sendiri. Beberapa bahkan menghantam tubuhnya ke batu atau menggigit tangannya sampai habis.
Yang menarik, ketika ilmuwan mengangkat kelenjar optik ini, gurita bisa hidup lebih lama dan tak menunjukkan perilaku destruktif. Ini membuktikan bahwa mereka memang diprogram untuk mati setelah bertelur. Dugaan sementara, ini adalah mekanisme alami agar bayi gurita bisa bertahan hidup tanpa ancaman dari induknya sendiri—karena gurita dikenal sebagai kanibal yang tak segan memangsa anaknya jika masih ada di sekitar mereka.
Gurita yang memakan tangannya sendiri memang terdengar seperti adegan film horor, tapi bukan tanpa alasan. Infeksi yang mengganggu sistem saraf, stres akibat lingkungan yang terbatas, dan perubahan hormon setelah bertelur adalah tiga faktor utama di balik fenomena ini.
Pada akhirnya, di balik kecerdasan dan kemampuan luar biasanya, gurita tetap tunduk pada mekanisme tubuhnya sendiri. Fenomena ini bukan sekadar tindakan irasional, melainkan pengingat bahwa bahkan makhluk secerdas gurita pun tak bisa melawan takdir biologisnya.