Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kucing marah (pexels.com/Mikhail Nilov)

Sebagai pawrents, bersantai di rumah tidak lengkap rasanya tanpa membelai kucing. Kucing juga dengan senang hati mendekatkan diri ke pemiliknya. Namun, baru sekali belaian, tiba-tiba kucing bisa menjadi agresif. Alih-alih menurut, kucing justru mencakar atau menggigit tanganmu. 

Aduh, kenapa kucing mencakar saat dielus, ya? Cek dulu apakah anabul cukup sering melakukannya atau hanya sesekali? Pasalnya, munculnya sikap agresif pada kucing bisa didasari oleh beberapa hal berikut.

Kenapa kucing mencakar saat dielus?

Sebelum mencari tahu alasannya, kamu perlu membedakan jenis cakaran kucing, nih. Apakah kucingmu mencakar secara agresif atau hanya main-main? Kedua bentuk cakaran ini bisa ditunjukkan dengan gestur lain yang perlu dikenali lebih lanjut. Misalnya, kucing mencakar lalu menjaga jarak denganmu yang bisa diartikan sebagai tindakan agresif. 

Dari semua bentuk cakaran tersebut, kucing bisa melakukannya karena banyak alasan berbeda. Berikut penjelasan lebih lengkapnya.

1. Menanggap tanganmu sebagai mainan

ilustrasi kucing yang merasa tidak nyaman (freepik.com/freepik)

Apakah kamu sering menggunakan jari sebagai pengganti mainan? Misalnya, menggerakkan jari seolah-olah mangsa untuk dikejar anabul. Tindakan tersebut akan menumbuhkan persepsi pada kucing bahwa jari atau bagian tubuh tertentu patut untuk diburu dan mendapat serangan cakarnya tajam.

Jika suatu saat kamu mengelusnya menggunakan tangan atau jemari, anabul bisa saja menganggapnya demikian. Tidak heran jika akhirnya kucing dengan mudahnya mencakar bahkan ketika tujuannya hendak mengelus bukan mengajaknya bermain. 

2. Sesi membelai yang terlalu lama

Jangan anggap kucing tidak suka dibelai, sebagian besar dari anabul menikmatinya, kok. Namun, pada porsi yang secukupnya. Jika akhirnya kucing mencakarmu di tengah sesi mengelus, bisa jadi kode bahwa kamu melakukannya terlalu banyak. 

Faktanya, belaian yang terlalu berlebih dapat menstimulasi reseptor bulu dan menyebabkan iritasi pada anabul, melansir BC SPCA. Akibatnya, kucing pun menunjukkan reaksi penolakan seperti mencakar, menggigit, atau mendesis dan menjauh darimu.

3. Tidak terbiasa dibelai

ilustrasi kucing marah (freepik.com/freepik)

Alasan anabul mencakar saat dielus ini akan lebih banyak kamu alami pada kucing liar. Kucing tidak terbiasa dielus. Bahkan saat kucing mendekatimu, bisa saja anabul tetap menganggap tanganmu sebagai ancaman.

Lagipula kucing tidak saling mengelus untuk menyapa anabul lain, bukan? Kucing cukup bersentuhan singkat di bagian kepala atau tubuh lainnya, melansir Your Cat. Bagi kucing elusan bukan sebagai metode berkenalan yang dikenali.

4. Menyentuh bagian sensitif kucing

Kucing juga bisa punya batasan yang perlu dihormati, lho. Bahkan jika kucing sudah tinggal bersamamu sejak masih kecil. Beberapa bagian sensitif di tubuhnya, seperti perut atau ekor, mungkin akan tetap menjadi titik yang sebaiknya tidak kamu sentuh.

Ketika sesi bermanja dan kamu tidak sengaja mengelusnya, anabul pun otomatis berontak. Penyebab kucing mencakar saat dielus ini sangat jelas. Bagian tubuh tersebut memiliki bulu dengan folikel yang lebih sensitif, melansir National Geographic. Selain itu, bagian tubuh tertentu mungkin berdekatan dengan organ vital yang bagi anabul harus selalu dilindungi. 

5. Rasa sakit

ilustrasi kucing sakit (pexels.com/Y BOX)

Apakah kucing langsung menjaga jarak, bahkan ketika kamu belum sepenuhnya mengelus mereka? Bisa jadi kucing sedang menyembunyikan rasa sakit yang dialami, contohnya luka atau abses di bagian tubuh tertentu. Kucing bukan hanya menjauh, bisa jadi meresponsmu dengan cakaran.

Jika kamu mencurigai alasan kesehatan sebagai alasan kucing mencakar saat dielus, perhatikan juga tanda lainnya. Anabul yang sakit mungkin lebih menjaga jarak, senang menyendiri, dan tidak beraktivitas secara aktif seperti biasanya. 

Kenapa kucing mencakar saat dielus memang bisa membingungkan pemilik. Lagi-lagi alasannya bisa tergantung pada kebiasaan dan karakter si kucing sendiri.

Editorial Team