ilustrasi pohon natal (pexels.com/Doralin Tunas)
Beberapa rumah mulai mempertimbangkan membeli pohon dari lokasi yang dekat agar tidak perlu perjalanan panjang. Pohon lokal biasanya punya jejak transportasi lebih rendah sehingga pilihannya terasa lebih masuk akal. Sebagian daerah bahkan memiliki sistem pengembalian pohon untuk diolah ulang. Pilihan ini membuat proses setelah perayaan Natal lebih jelas arah pengelolaannya.
Pohon tiruan yang dibeli dari toko lokal memang tetap berasal dari pabrik jauh, tetapi keputusan menyimpannya selama puluhan tahun bisa mengimbangi jejak produksinya. Banyak rumah kemudian menetapkan aturan sendiri agar pohon tiruan tidak diganti hanya karena bosan. Pendekatan seperti ini membantu memilih pohon yang sesuai kebutuhan, bukan sekadar mengikuti tren. Faktor jarak, masa pakai, dan konsistensi pemakaian sering lebih menentukan daripada hanya memilih pohon natal yang asli atau tiruan.
Memilih pohon natal tidak lagi sesederhana memilih mana yang tampak paling cantik di ruang keluarga. Banyak faktor yang memengaruhi apakah sebuah pilihan terasa masuk akal untuk kebutuhan rumah. Jadi, kamu sendiri ingin mempertahankan pohon asli atau memaksimalkan pohon tiruan untuk waktu yang lama?
Referensi
"Natural vs. artificial Christmas trees: which is more eco-friendly?". Futura. Diakses pada Desember 2025.
"O Christmas tree, O Christmas tree, which is more sustainable: real or plasticky?". NPR. Diakses pada Desember 2025.
"Real vs. Fake Trees: How Sustainable is Your Christmas Tree?". Ecochain. Diakses pada Desember 2025.