Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
grafik yang menunjukkan Matahari dan planet-planet di Tata Surya (commons.wikimedia.org/NASA/JPL)
grafik yang menunjukkan Matahari dan planet-planet di Tata Surya (commons.wikimedia.org/NASA/JPL)

Bisa dibilang, beragam warna mengelilingi kehidupan kita. Yap, mulai dari dedaunan jingga yang telah mengering hingga berbagai macam warna bunga yang menyejukan mata. Namun, saat astronaut melihat Bumi dari luar angkasa, Bumi tampak berkilau seperti bola berwarna biru dan hijau. Tepat sekali, itu karena Bumi terdiri dari 71 persen air dan dan daratan terlihat hijau dari kejauhan karena diselimuti pepohonan hijau.

Sebenarnya, banyak warna yang terdapat di Bumi, tetapi warna-warna tersebut pudar karena adanya corak-corak paling dominan yang membentang di seluruh dunia. Nah, yang bikin menariknya lagi, planet kita memang terlihat berbeda jika dilihat dari luar angkasa dibandingkan dengan apa yang kita lihat dari dekat. Hal serupa juga terjadi pada planet-planet lain di tata surya, yang memiliki corak uniknya sendiri.

Planet-planet ini berada di tata surya yang sama dan mengitari matahari panas yang sama. Pertanyaannya, kenapa warna planet-planetnya berbeda? Rupanya, ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap fenomena ini, lho. Penasaran? Yuk, cari tahu jawabannya!

1. Warna merupakan pesan antara mata dan otak

ilustrasi tata surya (pexels.com/Zelch Csaba)

Apa, sih, warna itu? Pasti kamu menghubungkan warna dengan apa yang kamu lihat, atau sifatnya visual. Namun, pada kenyataannya, warna bukanlah objek yang nyata, melainkan pesan yang disampaikan antara otak dan mata manusia.

Dikutip Pantone, persepsi warna adalah cara otak kita menerjemahkan penyerapan cahaya. Jadi, saat kita melihat apel sebagai warna "merah", sebenarnya, mata kita yang memberi tahu otak bahwa objek tersebut — dalam hal ini apel, memantulkan panjang gelombang cahaya tertentu yang menghasilkan warna merah. Setiap objek dicat dengan warna yang berbeda oleh otak kita sebagai cara untuk memberi label jumlah cahaya yang dipantulkan objek tersebut.

Mata manusia memiliki sel reseptor cahaya atau sel-sel khusus yang berfungsi untuk mendeteksi cahaya. Sel-sel ini menerjemahkan sekitar satu juta warna yang mengelilingi kita di setiap sisinya. Namun dari luar angkasa, perspektif pantulan cahaya melukiskan potret warna yang paling intens dari Bumi, yaitu biru dan hijau.

NASA melaporkan bahwa dari sudut pandang Stasiun Luar Angkasa Internasional, kamera juga dapat menangkap padang pasir berwarna kuning dan lereng gunung berwarna putih bersih. Ini semua masalah sudut, cahaya, dan perspektif. Namun, bagaimana dengan warna planet lain? Apa yang membuat Mars berwarna merah dan Saturnus berwarna kuning-oranye yang pucat?

2. Warna planet terbentuk dari komposisi unik masing-masing planet

Planet Merkurius (unsplash.com/NASA)

Rupanya, salah satu faktor yang memengaruhi warna setiap planet adalah material yang ditemukan di permukaan tanah planet. Misalnya, medan permukaan tanah Merkurius sebagian besar terdiri dari material kaya karbon yang kita kenal sebagai grafit. Melalui teleskop, permukaan grafit yang bergerigi terlihat berwarna abu-abu batu tulis (abu-abu gelap). Warna abu-abu ini tidak sama dengan warna abu-abu bulan, yang merupakan hasil dari besi, bukan grafit.

Seperti yang dijelaskan The Verge, menurut para ilmuwan, bercak-bercak grafit di Merkurius tidak hanya ditemukan di permukaannya saja. Bercak-bercak ini juga berada di bawah kerak planet Merkurius, yang merupakan sebuah petunjuk tentang seperti apa rupa planet itu di masa lalu. Jadi, faktor-faktor yang menentukan warna suatu planet tidak hanya terlihat dari permukaan tanahnya saja, tetapi terkadang juga dari apa yang terkubur di bawah permukaannya. Selain itu, warna planet juga dipengaruhi oleh komponen yang melayang di atas permukaan setiap planet.

3. Atmosfer setiap planet memberikan kontribusi terhadap warna setiap planet

potret planet Mars yang diambil oleh OSIRIS pada antariksa ESA Rosetta (commons.wikimedia.org/ESA and MPS for OSIRIS Team)

Nah, seperti material dari permukaan suatu planet, ternyata, atmosfer juga memengaruhi pantulan dan penyerapan cahaya. Hal ini juga berkontribusi pada setiap warna planet, lho. Warna jingga bercampur kuning pucat yang dikaitkan dengan planet Venus, misalnya, merupakan warna yang tercipta dari lapisan padat karbon dioksida dan asam sulfat yang berada di atmosfer planet tersebut.

NASA melaporkan bahwa Uranus mendapatkan rona biru dinginnya (biru kehijauan) dari sejumlah gas metana di atmosfernya. Nah, yang cukup menariknya lagi adalah, gas metana di Uranus sebenarnya menyerap cahaya merah, tetapi memantulkannya kembali ke luar angkasa dan terciptalah planet yang berwarna biru kehijauan.

Berbicara tentang warna merah, Mars, planet yang terkenal dengan warna merah menyalanya memperoleh coraknya dari atmosfer dan material dari permukaannya. Dikutip Space, Mars kaya akan zat besi dari permukaan hingga intinya, yang menurut banyak ilmuwan merupakan hasil dari ukurannya yang lebih kecil dan gravitasinya yang lebih lemah. Dalam keadaan tertentu, semua zat besi itu akan membuat planet tersebut tampak abu-abu. Namun, atmosfer Mars kaya akan oksigen, dan ketika zat besi teroksidasi, Mars memperoleh corak warna merah yang berkarat.

4. Badai yang dahsyat dapat mengubah warna planet

potret Jupiter yang diambil Hubble, yang atmosfernya terus berubah, di mana beberapa badai baru mulai terbentuk, dan laju perubahan warna di dekat ekuator planet ini terus mengejutkan para peneliti (unsplash.com/Amy Simon/NASA-GSFC/Michael H. Wong/UC Berkeley)

Kita mungkin keliru saat membayangkan warna sebuah planet, yang warnanya kita anggap tidak bisa berubah. Namun, karena warna dianggap sebagai cahaya yang dipantulkan atau diserap, ini berarti, jika terjadi badai yang hebat, warna sebuah planet bisa berubah. Dengan demikian, warna sebuah planet itu tidak selalu sama, terutama jika planet tersebut mengalami fenomena cuaca tertentu.

Inilah yang sebenarnya terjadi di Jupiter. Raksasa gas kosmik ini terkenal karena badainya yang hebat. Banyak yang menyadari Bintik Merah Besar di planet tersebut, sebenarnya hanyalah pusaran besar yang terbentuk selama 400 tahun, sebagaimana yang dijelaskan NPR. Di samping itu, warna lain yang bisa kita lihat dari planet ini juga akibat dari cuaca buruk.

Bintik-bintik cokelat di Jupiter, diyakini sebagai badai hangat yang bergeser melalui awan. Sedangkan bagian putihnya adalah badai dengan angin yang lebih dingin. Di samping itu, beberapa bagian badai di Jupiter berfluktuasi warnanya sepanjang waktu, berubah dari merah menjadi putih, tergantung pada suhu inti setiap badai.

5. Ketebalan awan dan kabut juga berperan dalam warna sebuah planet

planet Uranus (unsplash.com/NASA)

Planet-planet punya tampilan yang sangat mirip dan memiliki warna yang berbeda, seperti yang mungkin kamu lihat pada Uranus dan Neptunus. Yap, kedua planet ini memperlihatkan tampilan yang hampir sama dalam hal material, seperti massa, atmosfer, dan bahkan ukuran. Rupanya, berdasarkan pengamatan NASA, kedua planet ini seharusnya memiliki warna yang sama jika dilihat dari luar angkasa. Namun, kedua planet ini memiliki corak biru yang berbeda, di mana Neptunus jauh lebih terang dan Uranus dengan corak biru yang lembut.

Penelitian baru NASA menunjukkan bahwa perbedaan tersebut disebabkan oleh fakta bahwa, Uranus menghasilkan lapisan kabut yang lebih tebal. Kabut tebal ini menyelimuti planet tersebut dan membuat warna birunya tampak lebih kusam, setidaknya bagi mata manusia. Namun, persepsi cahaya dari mata manusia itu terbatas, membuat kita tidak dapat melihat banyak warna di alam semesta.

Selain itu, teleskop dirancang untuk menangkap sebagian kecil panjang gelombang inframerah dan ultraviolet yang tidak terlihat oleh mata manusia, tetapi terlihat oleh makhluk Bumi lainnya, seperti burung, katak, dan kupu-kupu. Namun, teknologi canggih ini pun tidak dapat menangkap spektrum cahaya secara penuh. Itu berarti, semua planet mungkin memiliki warna yang sangat berbeda dari apa yang dilihat oleh mata manusia.

Warna punya peran penting tentang bagaimana kita memandang dunia. Benar, kan? Dari jendela kamarmu, kamu bisa melihat banyak sekali warna di luar sana, seperti warna jingga terpancar dari matahari yang terbenam. Kamu juga pasti melihat rumput hijau yang menyembul dari tanah, dan banyak lagi. Namun, ada alasan tersendiri kenapa warna planet di luar angkasa sangat beragam. Nah, sekarang sudah paham, kan, kenapa setiap planet punya warna yang berbeda-beda?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team