6 Fakta The Silk Road, Jaringan Arus Globalisasi Zaman Kuno

Pernah ramai pada masanya lho!

Jika era modern ini ada banyak sekali jaringan rute perdagangan baik melalui laut darat maupun udara untuk menjangkau negara lain, bahkan ke luar benua, maka berbeda halnya dengan era kuno. 

Jalur sutra merupakan jaringan arus perdagangan sekaligus globalisasi yang begitu ramai di era kuno. Menurut beberapa sumber jalur ini membentang dari Timur hingga Barat sekitar 5000 mil. Adanya jalur ini sangat mempengaruhi ekonomi dan kebudayaan masyarakat yang ada di sekitarnya. Inilah fakta menarik jalur sutra!

1. Dari jalan kerajaan Persia ke banyak penjuru

6 Fakta The Silk Road, Jaringan Arus Globalisasi Zaman Kunochinadiscovery.com

Jalur sutra memiliki sejarah yang begitu panjang, bahkan jauh sebelum Dinasti Han membuka diri berhubungan dengan dunia Barat. 

Dilansir laman World History Encylcopedia, bagian jalur sutra yang terkenal itu sudah ada sejak zaman kerajaan Persia (Kekaisaran Achemaid 550-330 SM). Awalnya, jalur tersebut hanyalah sebuah jalan biasa yang membentang dari Persia Utara sampai ke Laut Mediterania.

Jalannya relatif kecil, hanya saja di beberapa tempat dibangun pos-pos. Pada setiap pos, mereka menyiapkan kuda-kuda bagi pengembara atau pejalan. Hal itu bertujuan untuk mempercepat pengiriman pesan. 

Dengan demikian, rute ini sangat efisien untuk banyak kepentingan. Bahkan penulis Yunani kuno, Herodotus mencatat bahwa pembawa pesan dari atau ke Persia itu sangat cepat dan tiada tandingannya. 

Kerajaan Persia memelihara jalan tersebut secara maksimal. Akibatnya, bisa bertahan hingga beberapa abad kemudian. Akhirnya, jalur Persia merambah ke wilayah di sekitarnya seperti ke India, seberang Mediterania, dan Mesir.

2. Sutra bukan satu satunya komoditas perdagangan

6 Fakta The Silk Road, Jaringan Arus Globalisasi Zaman Kunobritannica.com

Disebut sebagai jalur sutra bukan berarti hanya sutra yang menjadi komoditas utama perdagangan, tetapi mencakup beragam komoditas.

Melansir laman History, selain sutra, bubuk mesiu dan kertas merupakan barang yang paling banyak diperdagangkan masyarakat Timur dan Barat melalui jalur sutra. Kertas dari China kemudian sampai ke Samarkand dan akhirnya dikenal oleh orang Eropa. 

Dampak tersebarnya kertas ini begitu signifikan bahkan ke seluruh penjuru dunia. Di Eropa misalnya, mereka akhirnya dapat mencetak surat kabar di kertas-kertas, sehingga informasi dapat lebih mudah diakses. Sedangkan bubuk mesiu asal China yang sampai ke Barat membuat wilayah tersebut menganut sistem merkantilisme. Banyak perang ataupun industri yang memanfatkan bubuk mesiu.

Komoditas yang tak kalah pentingnya adalah rempah-rempah. Orang-orang Eropa membutuhkan rempah-rempah itu yang hanya bisa di dapat dari Timur. Mereka memperdagangkannya melalui jalur sutra entah itu dari China, Srilanka, maupun Indonesia. 

Begitu pula dengan kuda. Statusnya bukan hanya binatang ternak tetapi juga transportasi bagi pengembara. Kala itu kaum elit China sangat tertarik dengan kuda dari Arab, sehingga terjadilah jual beli antar mereka yang dilakukan melalui jalur sutra. 

Tak heran jika kuda merupakan komoditas perdagangan di jalur sutra yang bernilai tinggi. Bahkan sering disebut sebagai barang mewah bagi kaum elit kawasan Eurasia. Pada dasarnya masih banyak komoditas yang diperdagangkan melalui jalur sutra seperti buah-buahan, biji-bijian, sayuran, batu giok, hasil karya seni, dan kulit binatang. 

3. Menjadi jaringan akulturasi banyak kebudayaan lintas negara

6 Fakta The Silk Road, Jaringan Arus Globalisasi Zaman Kunoupload.wikimedia.org

Mengingat beragamnya pelancong yang melintasi jalur sutra, tentu sangat banyak kebudayaan yang berkembang dan disebarkan oleh mereka. Salah satunya sebagaimana dilansir New World Encyclopedia pada abad ke-2 Masehi beberapa biksu Buddha asal India mulai aktif menyebarkan ajaran Budha ke Cina. Kemudian mulai abad keempat dan seterusnya, masyarakat China yang penasaran dengan ajaran Budha lebih mendalam melakukan perjalanan menuju India sendiri melalui rute jalur sutra. 

Melansir Penn Museum, salah satu bukti percampuran budaya yang terjadi akibat adanya jalur sutra adalah orang-orang Sogdiana, penutur bahasa Iran  yang memasuki wilayah China Tengah dengan mengadopsi beberapa kebudayaan China dan tetap mempertahankan kepercayaan asal mereka yaitu Zoroastrianisme. Orang-orang itulah yang dipercaya berperan penting dalam menyebarkan agama-agama besar dari Timur Tengah ke Uyghur dan China pada umumnya.

Pada abad ke-8 pengaruh orang Sogdiana mulai hilang dan digantikan oleh pedagang muslim dari berbagai etnis yang lalu lalang melewati jalur sutra. Tentu sambil menyebarkan agama mereka. 

Di sisi lain pada zaman Dinasti Tang, masyarakat China banyak yang mengadopsi budaya asing. Misalnya, model rambut, tata rias, tarian, musik dan bahkan permainan polo bagi perempuan yang konon berasal dari Iran. 

4. Bahaya jalur sutra

6 Fakta The Silk Road, Jaringan Arus Globalisasi Zaman Kunoupload.wikimedia.org

Rute perdagangan yang begitu panjangnya itu memiliki titik bahaya yaitu di gurun Gobi. Gurun ini sebagaimana dilansir laman Ancient Origins sangat gersang, padat, dan berbatu. Tantangan terbesar para pelancong yang melewati gurun ini tentu adalah badai gurun hingga ketersediaan air agar mereka tetap mendapat energi untuk melanjutkan perjalanan. Mereka harus pandai memenuhi kebutuhan air untuk dirinya maupun kendaraannya (kuda ataupun unta). 

Beberapa titik di gurun Gobi terdapat semacam rumah singgah untuk menginap, sekedar istirahat minum, dan sebagainya. Akan tetapi bahaya lain yang selalu mengintai adalah bandit, perampok, dan semacamnya. Jadi, tak banyak pelancong yang mampu menempuh seluruh rute jalur sutra. Rata-rata mereka hanya menempun beberapa mil saja. 

5. Jaringan penyebaran penyakit menular

6 Fakta The Silk Road, Jaringan Arus Globalisasi Zaman Kunobritannica.com/Geography and Map Devision/Library of Congres

Tim Peneliti Universitas Cambride dan Institut Gansu Bidang Kebudayaan dan Arkeologi seperti dilansir Ancient Origins menemukan sisa kotoran manusia dari jamban yang ditemukan di sekitar gurun Taklamakan, bagian dari rute jalur sutra. Hasilnya menyebutkan bahwa sisa kotoran tersebut mengandung beberapa jenis cacing yang menyebabkan timbulnya penyakit diare, kanker hati, dan penyakit kuning.

Beberapa peneliti kemudian meyakini bahwa sepanjang jalur sutra beberapa penyakit menular menyebar ke banyak tempat. Seperti halnya wabah pes (black death) yang diperkirakan sampai di Konstantinopel sekitar tahun 542 Masehi sebagaimana dilansir World History Encyclopedia

6. Sepi pasca Turki Usmani menaklukkan Konstantinopel

6 Fakta The Silk Road, Jaringan Arus Globalisasi Zaman Kunobritannica.com

Penaklukan Konstantinopel, Turki Usmani atas orang muslim membuat jalur sutra sepi. Hal disebabkan mereka memblokade jalur tersebut dari orang Barat, termasuk barang-barang yang keluar masuk dari dan ke Barat.  Bangsa Barat pun tidak kehilangan akal karena memang mereka sangat membutuhkan komoditas rempah-rempah yang hanya bisa diperoleh dari Timur. Akhirnya mereka mencari jalan lain yaitu jalur maritim.

Sejak saat itulah jalur sutra benar-benar tutup dan sepi. Zaman itu sering disebut sebagai zamab Eksplorasi (1453-1660 M), dimana para pelancong dari berbagai penjuru tak lagi memanfaatkan jalur sutra darat dan beralih ke jalur laut yang dinilai lebih cepat serta bebas dari ancaman politik. Selain itu, mereka juga bisa menemukan pangsa pasar yang baru. 

Itulah beberapa fakta jalur sutra yang pernah menjadi nadi perdagangan zaman kuno. Meskipun banyak tantangan di sepanjang rute, para pelancong tetap pantang menyerah ya. Patut kita contoh nih!

Baca Juga: 10 Museum Sains Terbaik di Dunia, Inspirasi Inovasi dan Wisata Sejarah

Khus nul Photo Verified Writer Khus nul

Pembelajar dan Pejalan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ane Hukrisna

Berita Terkini Lainnya