5 Fakta tentang Jan Pieterszoon Coen dalam Memimpin VOC di Nusantara

Gubernur jendral VOC terpopuler

Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan Gubernur Jenderal yang satu ini yaitu Jan Pieterszoon Coen. Ia merupakan salah satu pimpinan VOC selama berkuasa di Asia Tenggara, khususnya Nusantara. Jendral yang satu ini memang sangat terkenal dari banyak hal mulai dari kekerasannya hingga merebut Jayakarta dan mengganti namanya menjadi Batavia.

Penasaran bagaimana Jan Pieterszoon Coen dalam memerintah VOC di Nusantara?  Berikut adalah beberapa faktanya.

1. Gubernur Jenderal VOC termuda dan ambisius

5 Fakta tentang Jan Pieterszoon Coen dalam Memimpin VOC di Nusantaralukisan Jan Pieterszoon Coen (cdn.britannica.com)

Coen yang terkenal itu bukanlah Gubernur Jendral pertama VOC yang membuat pondasi bagi kongsi dagang Belanda. Ia justru menggantikan pendahulunya yaitu Laurens Reaels (1615-1619) yang sudah terlebih dahulu memimpin VOC di tanah Nusantara, khususnya Maluku. Laurens terlalu fokus di Maluku dan tidak begitu memikirkan wilayah kekuasaan VOC lainnya, sehingga tidak bisa berkembang. Akhirnya digantikan oleh seorang administrator ulung bernama Jan Pieterszoon Coen.

Waktu awal menjabat, seperti melansir laman PBS, gubernur jenderal kelahiran 1587 di kota Hoorn itu masih terbilang masih sangat muda yaitu 28 tahun. Meski begitu, ia terampil dan cakap dalam memimpin perusahaan. Bagaimana tidak, ia sering membuat keputusan-keputusan yang begitu berani serta kontroversi. Baginya, sebuha bisnis tak akan bisa maju tanpa adanya kekuasaan yang kuat, sehingga ia akan melibas siapa saja yang menghalangi tindakan dan kebijakannya. 

2. Berkuasa selama dua periode

5 Fakta tentang Jan Pieterszoon Coen dalam Memimpin VOC di NusantaraJan Pieterszoon Coen (id.m.wikipedia.org/Jacob_Waben)

Tidak seperti Gubernur Jenderal lainnya, ia ternyata berkuasa selama dua periode yaitu tahun 1619-1623 dan 1627-1629. Secara resmi ia mulai memerintah VOC di Hindia Belanda, khususnya Batavia pada tahun 1619. Jeda antara kedua periode masa jabatannya itu digantikan oleh Pieter de Carpentier.

Periode pertamanya sebagai gubernur jenderal VOC dihabiskannya dengan memperluas kekuasaan dan melebarkan sayap monopoli rempah-rempah. Selama itu pula, tepatnya tahun 1623 ia sampai melakukan pembantaian penduduk Banda yang enggan kooperatif dengan mereka. Melansir Britannica, ada pula 10 orang berkebangsaan Inggris, 10 tentara Jepang, dan satu orang Portugis yang menjadi korban pembantaian itu. Alhasil ia dapat menguasai monopoli perdagangan rempah Maluku dan mendirikan markas besar di Batavia. 

Apa yang dilakukannya itu menjadi kontroversi di kalangan direktur VOC pusat yang ada di Belanda. Masih di tahun yang sama dengan peristiwa pembantaian, ia kemudian di panggil kembali ke Belanda dan tidak diperkenankan kembali. Tak lama kemudian ia kembali ke Batavia bersama istrinya dan beberapa orang. Ia kembali menjadi gubernur jenderal pada tahun 1627. Kekuasaan keduanya berakhir pada tahun 1629 bulan September pasca peperangan besar-besaran dengan pasukan Sultan Agung.

3. Gaya pemerintahannya bersifat keras dan kejam

5 Fakta tentang Jan Pieterszoon Coen dalam Memimpin VOC di Nusantarapatung Jan Pieterszoon Coen (commons.m.wikimedia.org)

Dikutip dari buku Sejarah Modern Indonesia 1200-2004 karya Ricklefs, pernyataannya yang terkenal adalah VOC tidak akan bisa menguasai perdagangan tanpa perang, begitu pula sebaliknya tidak bisa melakukan perang tanpa adanya perdagangan.

Pada awal tahun 1621 ia mendarat kembali di kepulauan Banda bersama dua belas armada kapalnya. Di sana ia berusaha berunding dengan penduduk setempat agar bisa memonopoli rempah-rempah. Akan tetapi mereka mengalami jalan buntu, sehingga langsung melakukan tindakan kejam. Anthony Reid dalam buku Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680, menyebutkan ia memutuskan untuk menyingkirkan semua penduduk. Sekitar 15.000 manusia dibunuh, dibiarkan kelapran di tempat terpencil, dan dijadikan budak di Batavia. Ia kemudian membawa orang-orang Belanda ke Banda untuk bertani bersama budak-budaknya kemudian harus menyerahkan hasil produksi rempah kepada VOC.

4. Menjadikan Batavia sebagai “Ibukota” VOC di Nusantara

5 Fakta tentang Jan Pieterszoon Coen dalam Memimpin VOC di Nusantaragambar kota Batavia tahun 1780 (id.m.wikipedia.org)

Coen bahkan mengetahui dan percaya bahwa VOC bisa lebih besar dan menguasai seluruh Nusantara jika bermarkas di Batavia. Batavia dipilihnya sebab memiliki pelabuhan yang lebih bagus serta letaknya strategis. Sebelumnya, memang mereka sudah punya pos dagang di sana, namun tidak berfungsi baik karena adanya pesaing seperti China dan khususnya Inggris. 

Pada Mei 1619 Coen berlayar ke Batavia dengan membawa pasukan sangat banyak untuk menyerang kota. Mereka memulai dengan mengalahkan pasukan kesultanan Banten, membantai penduduknya, hingga meluluhlantakkan pemukiman. Di atas reruntuhan pemukiman tersebut, Coen dan kawanannya membangun benteng, pusat perdagangan, dan administrasi yang besar dan menjadikan Batavia sebagai pusat operasi VOC di Nusantara bahkan Asia. 

5. Meninggal di Batavia akibat terkena wabah kolera

5 Fakta tentang Jan Pieterszoon Coen dalam Memimpin VOC di Nusantaramakam Jan Pieterszoon Coen di museum Wayang Jakarta (commons.m.wikimedia.org)

Pada 20 September 1629 gubernur jenderal yang paling populer itu meninggal akibat wabah kolera. Hal itu bermula setelah Jawa yang dipimpin oleh Sultan Agung melakukan peperangan dengan VOC untuk menguasai wilayah Batavia. Pihak pemimpin Mataram itu telah berkali-kali berusaha menghancurkan benteng pertahanan VOC di ibukotanya, namun tidak banyak membuahkan hasil.

Pada misi penyerangan pertama di bulan Mei 1629 pasukan Sultan Agung kedapatan mulai bergerak menuju Batavia oleh VOC. Akibatnya, gudang-gudang persediaan beras dan perahu-perahu mereka dihancurkan. Hal itu diperparah dengan kondisi Jawa yang mengalami wabah kolera. Akibatnya pasukan Jawa mengalami kekalahan, banyak yang meninggal, kelaparan, dan sisanya kembali ke Mataram. 

Sementara itu, pasukan VOC tak banyak yang meninggal dan menderita serta Coen sendiri konon berdiam di benteng pertahanan. Namun, wabah kolera tidak memandang siapapun yang akhirnya menjangkit gubernur jenderal kedua sekaligus keempat tersebut. Coen dinyatakan meninggal akibat wabah tersebut serta dikuburkan di Batavia. 

Dengan demikian, masa kekuasaan Coen di Nusantara berakhir. Ia kemudian digantikan oleh Jacques Specx. Bagi bangsa Indonesia ia adalah seorang penjajah ulung yang melemahkan bahkan menghancurkan kerajaan-kerajaan lokal. Akan tetapi bagi bangsa Belanda, ia seorang pahlawan yang bahkan patut dibuatkan patung atau monumen.

Baca Juga: 4 Tokoh Penguasa Perempuan Dalam Sejarah Kerajaan Kuno di Indonesia 

Khus nul Photo Verified Writer Khus nul

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ane Hukrisna

Berita Terkini Lainnya